Home / Pernikahan / Istri Pajangan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Istri Pajangan: Chapter 21 - Chapter 30

45 Chapters

Ooh, Aku tahu Mas

Hanya butuh beberapa menit saja, kini Sekar sudah tiba dirumah Sandi. Rumah yang dulu menjadi tempat ia pulang kala lelah mengajar, rumah yang selalu ia bersihkan kala suami tercintanya bekerja, kini menjadi sebuah rumah yang nampak seperti rumah kosong.Tak ada kehangatan di dalamnya. Semenjak kepergian Sekar dan kedua anaknya, rumah itu menjadi tak terawat dan kehilangan kehidupannya."Eeh Bu Sekar ya? ya Allah bu kemana aja? Sudah seminggu saya enggak lihat ibu. Ibu sehat kan?" tanya seorang ibu yang tak lain adalah tetangga dekatnya.Sekar yang semula menatap dengan berat bangunan yang terpampang didepannya, kini menolah ke arah sumber suara."Eh bu Tono, Alhamdulillah bu saya sehat. Ibu sendiri bagaimana?" tanya Sekar kembali dengan keramahannya."Alhamdulillah saya juga sehat. Anak-anak kok Enggal ikut? Ibu ini sebenarnya kemana saja lo bu, sepi rasanya saya enggak punya tetangga kayak ibu," keluh bu Tono, merasa kehilangan sosok tetangga yang baik hati."Hemm, saya dirumah ibu
Read more

Pertemuan Itu

"Sudahlah Sekar...Apayang sebenarnya kau pikirkan? Kenapa kau begitu berharap kalau Sansi kembali padamu lagi? Kenapa kau berharap kalau lelaki yang sudah membuatmu patah hati itu bisa memperbaiki sikapnya? Bukankah jauh darinya lebih baik dan lebih tenang untukmu mu?" Sekar menasihati dirinya sendiri, walaupun sebenarnya hatinya masih dilema tentang perasaannya. Perlahan ia balikkan tubuh kurusnya, karena sang pemilik rumah ternyata tak ada disana.Dengan sejuta kecewa, Sekar pergi dari rumah Sandi tanpa membawa hasil apa-apa. Langkah-langkah kaki ramping itu kini membawa tubuhnya berada dipinggir jalan, menunggu kendaraan umum roda empat yang selalu setia menemaninya setiap berangkat berjuang.Pagi ini harusnya menjadi pagi yang indah dan cerah, karena Sekar akan memulai hidup barunya, maju selangkah dari star awal, dengan bertemu sang produser yang akan menaikkan cerita novelnya menjadi sebuh film. "Ya, aku harus fokus pada tujuan ku. Mas Sandi bukan lagi menjadi tujuan ku sekaran
Read more

Bulat Sudah tekadku

"Ingat ya Sekar, besok jam 8 pagi!" teriak Aura lebih lantang. Sontak Sandi menutup mulut perempuan berambut panjang itu dengan cepat. Ia tak habiskan pikir kalau Aura bisa-bisanya bersikap norak seperti itu."Aura! Apa-apaan sih kamu? Tingkahmu itu memalukan sekali. Kalau kau memang mau mengundang Sekar, kenapa kau tak datang langsung saja ke rumahnya? Bukan berteriak seperti ini?" tanya Sandi kesal, dan lekas kembali berlari mengejar Sekar yang terlibat semakin jauh. Secepat apapun langkah seorang Sekar, tetap Sandi bisa mengejarnya."Sekar, tunggu dulu. Tolong dengarkan penjelasan Mas dulu. Kamu jangan salah paham dulu Sekar," ungkap Sandi, menggenggam tangan Sekar yang terasa dingin karena keringatnya."Lepas tanganmu Mas. Aku sudah bilang, kalau aku sudah tak peduli dengan apapun yang akan kau lakukan. Sebentar lagi juga hubungan kita akan segera berakhir, jadi kamu tak usah khawatir Mas," jawab Sekar, masih membuang muka, enggan memperlihatkan rasa sakit di dadanya."Kamu sudah
Read more

Sekar

Sandi pasrah dengan keadaan yang saat ini menimpanya. Tak ada lagi elakan atau sangkalan seperti awalnya ia menolak keputusan keluarga Aura. Dengan tatapan kosong dan pasrah, Sandi hanya melengos dan masuk ke dalam rumah Aura."Mungkin ini sudah jalan takdirku, aku pasrah untuk semuanya. Lagi pula aku terlalu banyak melakukan kesalahan dan menyakiti hatinya, sehingga Sekar tak mau lagi kembali padaku. Aku terima takdir ini," batin Sandi yang tiba-tiba pasrah begitu saja. Terlalu sakit rasanya jika mengingat penolakan yang Sekar lakukan dalam pertemuan tadi. Pikirannya melayang memikirkan Sekar. Tak bisa dibohongi, hatinya masih terpaut erat dengan perempuan yang kini merajai pikirannya itu. Sampai kapanpun ia akan menjadi perempuan terindah baginya.Begitu kuat syaiton telah mempengaruhinya dulu, sehingga ia mampu meninggalkan Sekar dan kedua anaknya hanya demi perempuan seperti Aura, dan kini penyesalan sudah tiada lagi guna.sandi pejamkan matanya, terbayang senyum manis Sekar yang
Read more

Aku Pergi

Sandi semakin merasa yakin untuk meninggalkan Aura. Baginya, tak ada lagi alasan untuk mempertahankan perempuan macam Aura. Sifatnya yang kasar, egois, dan selalu mementingkan keinginannya sendiri, membuat Sandi semakin geram dengan tingkah Aura.BLUMMM... Suara dentuman pintu yang dibanting membuat jantung Sandi terasa bergetar dengan hebat. Sifat asli Aura yang baru terlihat aslinya, membuat Sandi menggelengkan kepalanya."Aku harus keluar dari neraka ini," batin Sandi semakin mantap. Sedangkan Aura, kini merebahkan tubuhnya diatas kasur miliknya. Nafsu makannya seketka hilang sekaligus, saat Sandi membandingkan dirinya dengan Sekar. Ia tutup mukanya dengan bantal ditangannya."Aku benci kau Sekar! Bahkan setelah Mas Sandi pergi meninggalkanmu saja, kau masih diingat. Apa kurangku? Hanya karena hal sepele seperti itu, Mas Sandi selalu membanggakanmu!" umpat Aura sambil marah-marah.***Jika Aura dan Sandi perlahan sedang merasakan karmanya, lain hal dengan Sekar yang kini sedang te
Read more

Dunia itu Sempit

Sekar nampak berbahagia saat ini. Ia sedang duduk manis disebuah warung lesehan, dimana ia sudah membuat janji dengan kawannya dan prosedural film itu. Sesekali ia lirik jam di tangannya, karena sudah hampir 10 menit belum nampak juga batang hidung orang yang sedang ia tunggu."Lama juga mereka ya," ucap Sekar pelan. Ia ambil segelas es kelapa dingin di depannya, lumayan bisa membuat tenggorokannya yang kering sedikit membasah dan segar. Bola mata Sekar berputar, kala melihat sosok perempuan yang dia tunggu. Dari kejauhan nampak senyum ramahnya, menyapa Sekar "Hai Sekar! Maaf membuatmu lama menunggu," ucapnya, sembari menyodorkan pipi kanan dan kirinya, untuk bercipika- cipiki."Ah tak Apa. Aku juga belum lama kok," ungkap Sekar, menyambut kedatangan sahabatnya itu."Kamu sudah pesan makanan Sekar?" Sarah bertanya pada sahabatnya yang hanya meminum es kelapa muda, tanpa ada sepiring makanan didepannya. Sekar hanya menggelengkan kepalanya, karena memang ia juga belum lama disana, jadi
Read more

Ia Tuan Antoni?

Sarah yang memperhatikan Sekar yang hanya termangu melihat sosok lelaki tampan didepannya itu, sontak mencubit lengan sahabatnya. Sarah pikir Sekar juga terpesona dengan lelaki yang berpenampilan gagah itu, padahal nyatanya Sekar tengah memperhatikan dan mengingat siapa dia.ah kamu munafik sekarang katanya nggak tertarik sama laki-laki tampan itu buktinya matamu melototka kedip-kedip dari tadi hayo loh jangan coba-coba loh dia udah punya istri tahu goda Sarah sambil terus menyenggol lengan Sekar."Hih, jangan salah paham ya Sarah. Aku kayak kenal deh sama produser itu,""Halah, mimpi kamu ketinggian Sekar. Hayoh! Bilang aja kamu naksir!""Istighfar deh, kita udah punya suami sama anak, huss.. jangan berasa masih ABG," Timpal Sekar pada sahabatnya yang mendadak centil saat melihat lelaki tampan nan gagah di hadapannya.Ternyata bukan hanya Sekar yang tertegun melihat sosok itu. Produser itu pun terhenyak, saat melihat ternyata orang yang akan bekerja sama dengannya tak lain adalah Sek
Read more

Kontrak

"Kalau saja saya tahu anda ini adalah penulis novelnya, tidak perlu saya capek-capek cari kesana kemari tentang penulis novel ini, langsung saja saya bertemu dengan ibu ya," kata Antoni, sedikit bercanda. Dan perbincangan mereka berlangsung begitu hangat, dekat dan mengabdi sebuah kesepakatan yang sangat membuat Sekar bahagia. Antoni langsung memberikan penawaran yang fantastis untuk novel buatan Sekar. Dan tentunya itu adalah hal yang sangat membanggakan sekali."Silahkan anda pikirkan dulu Bu Sekar, nominal yang saya tawarkan itu apa anda setuju?" tanya Antoni dengan Serius. Sekar hanya melirik ke arah Sarah. Ia belum berpengalaman dalam hal ini, makanya ia minta pendapat pada Sarah yang memang sudah menjadi pekerjaannya mengurus hal seperti itu. Sarah mengedipkan matanya, meminta Sekar untuk menyetujuinya. Nilai yang sangat besar, untuk sebuah novel rumah tangga."Baiklah pak, saya terima tawaran bapak," jawab Sekar dengan pelan. Lantas tersungging senyuman kebahagiaan di wajah An
Read more

Kabur dari Perjodohan

Ia meninggalkan motor miliknya dirumah Aura. Pikirannya benar-benar sudah gelap. Ia ingin bebas dari semua itu. Dengan langkah tergesa, akhirnya Sandi kini bisa bebas keluar dari rumah Aura.Padahal besok adalah hari pernikahan diantara Sandi dan Aura. Pernikahan yang tak diinginkan oleh Sandi, namun sangat di mimpikan oleh Aura.Langkah kaki Sandi tertatih-tatih tak tentu arah. Dengan ongkos seadanya, ia gunakan uang yang ada di dompet miliknya untuk pergi ke rumah mertuanya."Aku akan mencari perlindungan dari Sekar. Aku tak bisa jika harus menghadapi Aura dan orangtuanya sendirian begini?" resah Sandi, dengan nafas tersengal."Mau turun dimana pak?" tanya seorang kernet mobil pada Sandi."Didepan pak, depan lampu merah ketiga," jawab Sandi sambil menyerahkan ongkos di tangannya."Lho, kurang pak. Masa cuma segini? Tambah 10rb lagi pak!" pinta kernet itu kembali. Sandi mencoba merogoh uang di saku celananya, llau di pakaian yang ia pakai. Ternyata sama sekali tak ada uang sedikitpun
Read more

Gagal Menikah

Ayahnya yang mendengar teriakkan Aura bergegas menemui anak perempuannya itu. Ia segera menemui Aura yang seperti seorang anak kecil kehilangan barang kesayangannya."Ada apa Aura, pagi-pagi begini teriak-teriak?" tanya Ayah Aura, mendapati Aura menangis sambil memegang pintu kamar Sandi."Mas Sandi enggak ada di kamar Ayah. Kayaknya Mas Sandi kabur Yah. Gimana dong Yah?" kata Aura, merengek."Yang bener kamu?!" sontak Ayahnya Aura melotot, dan bergegas masuk ke dalam kamar Sandi. Ia mencoba mencari Sandi didalam lemari, dan kolong ranjang. Saat panik begini, memang terkadang akal sehat mati dan tak bisa dibawa berpikir."Kurang ajar lelaki itu. Dia mau mencoba minggat dan lari dari tanggung jawab? Dia pikir dia bisa melakukan itu? Awas saja kau!" Ayahnya Aura mengepalkan tangannya kuat, sampai urat-urat di tangannya nampak bergurat, menunjukkan kalau dia tengah begitu emosi."Cepat cari Mas Sandi Ayah!""Kamu tenang saja. Ayah akan mencarinya sekarang juga,""Aku ikut Ayah," lagi, Au
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status