Home / Pernikahan / Istri Pajangan / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Istri Pajangan: Chapter 11 - Chapter 20

45 Chapters

Sambutan Tak Menyenangkan

"Eeh ternyata nak Sandi, ibu kira siapa," ujar Ibu saat melihat anak mantunya datang."Ibu sehat Bu?" Sandi berbasa-basi."Iya, Alhamdulillah. Duduk nak!" ibu Warti menyuruh Sandi duduk, dan lekas ke dapur mengambil air minum untuk Sandi. Sementara Sekar masih betah berada diruang tengah, bermain dengan kedua anaknya, tanpa keinginan sedikit pun untuk menemui suaminya itu."Kamu ini Sekar, ada suamimu kenapa diam saja? Temui sebentar saja Sekar," "Sekar minta maaf Bu, Sekar tak bisa lagi berbaik hati pada Mas Sandi,""Mungkin dia merasa menyesal sudah melakukan Kesalahan kemarin, apa kamu tak mau juga memberikan maaf pada suamimu?" Ibu masih berusaha agar Sekar berbaik hati pada Sandi, karena Sekar tak menceritakan semua salah yang Sandi lakukan. Ia hanya bercerita kalau Sandi selalu menghina dan menuntunnya saja. Namun Ia menutup aib Sandi yang berselingkuh dengan Aura, si janda anak satu itu."Maafkan aku Bu. Sekar belum bisa bertemu dengan mas Sandi," sekali lagi Sekar menolak nasi
Read more

Tak Bisa Menerima Kenyataan

"Kenapa? Kenapa kamu bicara seperti itu?" Tanya Sandi lirih."Lho, Mas malah bertanya padaku? Bukankah itu perkataan yang selalu keluar dari mulutmu Mas? Kamu sendiri yang bicara, kamu sendiri yang lupa. Aku sudah kenyang dengan semua penghinaan yang selalu kau Lintar Mas. Selama enam tahun kita bersama, apa tak layak jika aku mendapatkan sedikit saja pujian manis darimu? Namun sayang, kau lebih memilih memuji potongan kaca itu daripada berlian, dan sekarang, aku sudah berpikir. Aku juga ingin bahagia bersama anak-anakku,""Apa selama ini kau tak bahagia denganku?""Kau ini orang yang cerdas Mas. Harusnya kau tahu sendiri tanpa harus aku jelaskan. Istri Mana yang bahagia, jika selalu mendapat hinaan dan cemoohan dari suaminya sendiri. Dan yang lebih membuatku tak bisa memaafkanmu adalah, kau yang menceritakan aib dan kelemahan istrmu sendiri pada kekasihmu itu. Kau kerap kali membandingkan aku dan Aura, seolah aku ini hanya barang rusak, yang sudah tak berguna,"Dengan nafas yang mem
Read more

Sesal Tiada Guna

Bu Warti hanya menghela nafasnya berat. Ia tak bisa memaksakan apa yang sudah menjadi kehendak putrinya itu. Jika sebuah nasihat sudah tak berlaku, maka entah apa yang harus Bu Warti lakukan.Dengan langkah lemas, seolah tak lagi ada tenaga yang tersisa, Sandi melangkahkan kakinya pelan. Sesekali ia kembali menoleh, berharap jika Sekar bisa berubah pikiran. Nampak wajahnya terlihat sangat sedih. Ia merasa hidupnya hancur hari ini. Usahanya mengajak Sekar dan kedua anaknya ternyata berujung kekecewaan.Kini mobil Sandi sudah melaju. Sekar hanya menahan sesak di dadanya, menyaksikan kepergian Sandi. Sebisa mungkin ia menahan rasa sakit itu kembali. Jauh di lubuk hatinya, masih ada tersimpan rasa sayang, walau setipis tisu, namun rasa kecewanya begitu dalam, sehingga tak mampu mengalahkan tipisnya rasa sayang itu.Bu Warti kembali masuk ke dalam rumahnya, dan kini duduk di sebelah Sekar. Ia paham, kalau perasaan Sekar sedang tidak baik-baik saja."Sekar, apa ibu bisa bicara denganmu? Ada
Read more

Meminta Pertolongan Tuhan

Tak jauh dari tempat Sandi beristirahat, ternyata terdapat sebuah masjid. Segera ia parkir kan kembali mobil miliknya dan lekas turun dari dalamnya. Ketika ia membuka pintu mobil, nampak matanya nanar melihat tempat didepannya, yang sudah sangat lama sekali tak pernah lagi ia kunjungi.Entah berapa minggu, berapa bulan, bahkan berapa tahun ia tak pernah lagi berkunjung ke rumah Allah. Semua perasaan bercampur aduk, membuat Sandi segera berjalan untuk masuk ke dalamnya.Segera ia ambil wudlu, dan lekas masuk ke dalam masjid. Rasa sejuk begitu menusuk ke dalam dadanya. Tiba-tiba ia kembali mengingat Sekar. Ya, apapun yang pernah terjadi diantara Sekar dan dirinya, kini menjadi sebuah kenangan paling indah.Bagaimana istri Sholihahnya itu selalu mengingatkan dirinya untuk sholat berjamaah ketika Sandi sedang berada dirumahnya. Tapi dulu, hal itu sama sekali tak menarik baginya. Ajakan itu tak enyak seperti sebuah gonggongan yang memekik ditelinga. Membosankan hidup dengan perempuan yang
Read more

Di hadapkan pada Pilihan Sulit

Sandi terdiam sejenak. Ia bingung dengan langkah apa yang harus ia ambil. Sampai sesaat, ia baru sadar, kalau pertengkaran mereka membuat beberapa tetangga melihat dan menjadikan mereka sebagai tontonan.Terlihat beberapa orang ibu-ibu berkerumun melihat adu mulut antara Sandi dan lelaki yang mengaku ayahnya Aura tersebut. Mereka saling berbisik, pasti membicarakan Sandi. Terdengar bisik salah satu diantara mereka, berbicara kurang enak di telinga Sandi."Iih dasar ya, lelaki tak tahu bersyukur, kurang apa Bu Sekar ya, dia kan perempuan baik, Sholihah, kenapa juga main serong ya?""Ooh pantas saja beberapa hari ini dia tak terlihat, mungkin dia pulang ke rumah orang tuanya ya?" timpal salah satu lagi diantara mereka. Spontan Sandi melirik ke arah mereka dan tentu saja para ibu-ibu itu langsung membuang muka, seolah tak sedang melihat Sandi."Sialan! Ternyata aku jadi pusat perhatian tetangga. Bisa turun harga diriku gara-gara kejadian ini. Malu aku kalau sampai tinggal disini, gara-gar
Read more

Bingung

Hari berganti menjadi gelap. Warna biru yang semula menghias langit, kini berubah menjadi warna merah bersemu orange, menggantikan posisi biru daripadanya.Sekar kali ini nampak termenung diatas sajadah panjangnya. Kedua anaknya sudah tertidur lelap sekali. Mungkin mereka merasa lelah dan capek karena seharian ini mereka habiskan dengan bermain. Selain itu, makanan yang enak yang Sekar bawa kini telah mengisi perut mungil Nida, sehingga anak sulung Sekar kini tertidur begitu lelapnya.Mata lentik Sekar kini tengah memperhatikan kedua malaikat kecil itu dari jarak beberapa meter. Sekar yang barusaja menjalankan sholat Maghrib, kini tengah mengadu pada sang penguasa, tentang langkah yang harus ia ambil.Ia tengadahkan tangannya, dengan mata tertutup, dan seluruh perasaan yang menjadi bebannya, ia ungkapkan lewat lantunan do'a pada Tuhan.Nafasnya terasa berat dan sesak, kala ia kembali mengingat sosok Sandi, lelaki yang sudah meminangnya beberapa tahun yang lalu.Tidak munafik, rasa cint
Read more

Ini Sudah Tekadku Mas!

"Kenapa Mas Sandi selalu saja menggangguku? Aku sudah bertekad untuk meninggalkannya. Aku sudah berusaha untuk berjuang keluar dari semua rasa sakit ini, tapi kenapa seolah dia tak rela jika aku hidup bahagia dengan kedua anakku saja?" Batin Sekar, yang ragu antara membalas pesan Sandi atau hanya mendiamkannya saja.Kembali ponselnya berdering, kali ini ternyata Sandi menghubunginya lewat telepon. "Apa aku harus mengangkatnya?" Lagi-lagi rasa ragu itu menerpa perasaan Sekar. Rasa iba kini menggelayuti perempuan bernama Sekar itu. Tangannya terus mengarah ke arah icon telepon warna merah, namun entah kenapa, jarinya bergeser, dan menerima panggilan dari lelaki yang saat ini masih jadi suaminya."Assalamualaikum Sekar, terimakasih karena sudah mau mengangkat telepon dariku," terdengar suara parau dari balik sambungan telepon miliknya."wa'alaikumsalam Mas. Katakan saja ada perlu apa? Kalau mau bertanya tentang anak-anak, mereka sudah tidur Mas,""Aah bukan, bukan itu. Mas hanya ingin m
Read more

Bukti

Tak butuh waktu yang lama untuk Sandi bisa sampai dirumah Aura. Jika waktu yang seharusnya ditempuh butuh 20-25 menit saja, ternyata benar sesuai dengan perkiraan Sandi, hanya dalam 15 menit saja kini ia sudah sampai dirumah Aura.Sesampainya dirumah Aura, Sandi lekas turun dan melepas helm yang dipakainya. Langkah kakinya ia cepat kan, dan kini ia sudah sampai di teras rumah Aura.Nampak rumah itu sangat sepi. Mungkin perempuan itu belum bangun. TOK TOK TOK....Suara ketukan pintu tak membuat si pemilik rumah membuka pintunya. Sampai beberapa kali ia mengetuk pintu rumah Aura, namun hasilnya nihil juga. Lekas Sandi membuka ponselnya dan menghubungi Aura, berharap ia segera membuka pintu rumahnya."Aaakkkh, ada apa Mas pagi-pagi sudah kesini?" tanya Aura, seperti gugup."Aneh kau ini, katanya saya suruh datang ke rumahmu! Cepat buka pintunya, lebih cepat lebih baik bukan?""Tapi kan kita janjinya malam Mas?""Sama saja, saya ingin segera selesai urusan denganmu! Biar gak jadi beban
Read more

Kepentok Keadaan

"Sulit untuk aku percaya pada perempuan sepertimu Aura. Kau saja masih mau berhubungan denganku, padahal kau sendiri tahu kalau aku adalah suami orang kan? Naah, kemungkinan lain kau bisa jadi berhubungan dengan laki-laki lain selama denganku juga kan? jadi bagaimana aku bisa percaya kalau itu adalah anakku?"Suasana menjadi tegang, saat Sandi memfitnah Aura. Perempuan yang tengah berbadan dua itu tak terima dengan tuduhan Sandi. Ia tak habis pikir dengan pemikiran Sandi yang sepicik itu."Hei! Kurang ajar kamu ya! Kalau bukan karena anakku, sudah ku hajar habis-habisan kau ini!" tiba-tiba suara seorang lelaki terdengar berteriak dari kejauhan. Ternyata ayah Aura kini sudah berada didepan rumah Aura. Saat mereka bersitegang, lelaki itu tak terima jika Sandi memfitnah dan memojokkan anaknya seperti itu.Sandi mundur beberapa langkah, dan menghela nafasnya berat. Ia khawatir lelaki setengah baya itu memukulnya karena emosi padanya.Lengan kekar dari ayahnya Aura kini menarik kuat kerah
Read more

Lupa

Sandi mengerdilkan bahunya, dan menggelengkan kepalanya. Ia tak tahu kenapa dia diperlakukan seperti seorang penjahat, yang tak punya pilihan lain selain menuruti apa yang diperintahkan oleh Pak Ardi."Kamu tak apa-apa Mas?" tanya Aura, mencoba melihat wajah Sandi yang merah, dengan beberapa bekas pukulan."Tak usah kasih aku perhatian, aku hanya ingin bebas darimu!" jawab Sandi dengan pelan. Ia masih berusaha menjaga perasaan Cinta, walaupun dia sangat marah terhadap Aura.Sandi mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia didekatnya. Ia menjatuhkan kepalanya di kursi tersebut, dan memejamkan matanya. Entah seperti apa lagi kehidupan yang akan dia hadapi setelah ini. Sandi benar-benar berada dalam kebimbangan.***Roda kehidupan memang berputar, dan itu benar adanya. Seperti Sandi yang dulu berada di atas angin, dengan semua keberuntungan dan dewi Fortuna yang berpihak padanya, namun sayang... kesempatan itu Sandi sia-siakan. Kini semua berbalik arah. Sandi sudah tak se gagah dulu, tak
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status