Home / Pernikahan / Istri Pajangan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Istri Pajangan: Chapter 31 - Chapter 40

45 Chapters

Membuat Kerusuhan

"Aura? Mau apa kamu kemari, dan darimana kamu tahu kalau aku berada disini?!" tanya Sekar kaget. Senyum sinis tersungging di bibir merah Aura. Make up pengantinnya sedikit luntur karena keringat mengucur di dahinya."Munafik kau Sekar! Kau bilang kau sudah tak peduli dengan Mas Sandi bukan? Lalu kenapa kau menyembunyikannya dariku, padahal kau sendiri tahu, kalau kami akan menikah hari ini bukan?" cecar Aura, tanpa mendengar lebih dulu penjelasan dari Sekar. Ia terus berjalan mendekati Sekar, menyerang secara verbal maupun fisik. Tangannya terus mendorong dada Sekar, sehingga membuat Sekar hampir terjatuh."Tolong bersikap sopan dirumah orang ya! Datang-datang kau bawa masalah dirumah ini?!" Sekar memperkuat dirinya, dan mempertahankan tubuhnya, agar tak bisa lagi didorong oleh Aura."Apa yang sebenarnya kau inginkan lagi dariku? Aku sudah memberikanmu Mas Sandi kan? Lalu untuk apa kau mencari masalah lagi denganku?" bentak Sekar, kali ini tak mau kalah."Cuih! Perempuan munafik kau S
Read more

Rusuh

Aura seketika menghentikan tingkahnya. Ia menelan saliva saat melihat beberapa orang kinu tengah berdiri didepannya, dan menghakiminya."Saya hanya sedang mencari calon suami saya. Jadi jangan ikut campur," jawab Aura, sedikit gugup."Saya tidak tahu masalah apa yang sedang terjadi diantara anda dan Bu Sekar. Tapi jika anda membuat warga saya tak nyaman, maka itu sudah menjadi tanggung jawab saya untuk membereskannya," tegas Pak RT yang langsung mengajak perempuan itu berdiskusi didalam rumah Bu Warti.Mereka duduk berhadapan, dengan wajah masam dan penuh kebencian, Aura terus menatap tajam ke arah Sekar. Ia masih tak percaya jika memang Sandi tak ada disana. Pikirnya, Sekar tengah bersekongkol dengan Sandi, menyembunyikan Sandi darinya."Silahkan. Anda mau memberikan alasan apa? Sudah jelas anda membuat kerusuhan dirumah Bu Warti. Bu Warti ini warga saya yang baik, dia tidak pernah membuat masalah sedikitpun dengan orang lain," Pak Rt berpendapat."Saya tidak tahu menahu tentang Ibu
Read more

Kamu Ada Disini?

Sandi hanya mengernyitkan keningnya. Pikirannya kembali berputar, mencoba mengenali suara siapa itu. Sepertinya ia sangat mengenalinya."Apa Sandi boleh lihat Bu?" tanya Sandi meminta ijin."Kamu kan lagi sakit, disini saja. Ada pak Rt yang sedang mengurusnya. Sepertinya dia orang stres," jawab Bu Warti melarang. Namun rasa penasaran Sandi semakin membuatnya ingin melihat siapa perempuan yang dimaksud. Ia memaksakan diri untuk melihat kerusuhan yang terjadi. Seketika matanya melebar, kala ia melihat perempuan yang sangat ia kenali."Aura! Sedang apa dia disini? Kenapa dia begitu nekad, dia bisa tahu alamat rumah ini dari siapa?" batin Sandi, semakin tak karuan. "Dasar kau perempuan tak tahu malu! Suamimu itu sudah tak mau denganmu. Harusnya kau lepaskan saja dia, biarkan dia bahgia dengan perempuan pilihannya, giliran dia mau menikah, kau malah mempersulitnya!" Tangan Aura kini menjambak kerudung Sekar. Walaupun banyak orang disana, ia sama sekali tak peduli akan hal itu. Melihat Au
Read more

Kontrak Kerja

Akhirnya Sandi dan Aura pergi dari rumah Bu Warti. Tak ada alasan yang mampu Sandi berikan lagi. Ibu mertuanya pun sudah sangat marah dan tak suka padanya. Ia harus apa? Tak ada pilihan lain, ia harus menerima pernikahan ini.Selama perjalanan, ia hanya meratapi nasibnya ke depan. Entah seperti apa hidupnya saat sudah bersama Aura nanti."Ingat ya Mas, kamu jangan pernah sekali-kali lagi mencoba kabur dariku," ancam Aura, sambil memegang erat lengan Sandi yang tak se kekar dulu lagi. Sandi tak menghiraukan apapun yang dikatakan oleh perempuan di sampingnya itu. Ia hanya teringat akan Sekar, yang nampak sedih ketika tragedi tadi. Sangat nampak jelas kalau Sekar menyimpan sejuta rasa kecewanya pada Sandi."Aku sudah tak punya lagi kesempatan untuk memperbaiki hubunganku dengan Sekar, dan ini semua karena ulah Aura," Sandi selalu menyalahkan Aura. Ia tak sadar, kalau semua itu terjadi berawal dari kesalahannya yang mengkhianati pernikahan mereka. Jika semua baik-baik saja, mungkin Sandi
Read more

Salah Perkiraan

Dengan tangan gemetar Sekar mengambil amplop yang di sodorkan oleh Antoni. Matanya berkaca-kaca, masih tak menyangka jika uang yang sekarang ada di tangannya itu adalah hasil jerih payahnya sendiri. Uang yang baginya begitu bernilai, uang yang berjumlah fantastis. Selama ia menjadi istri Sandi, tak pernah ia memegang uang sebanyak itu. Jangankan hingga puluhan juta, satu juta saja ia belum pernah menerimanya. Paling besar mungkin lima ratus ribu rupiah, dan itu pun jika akan menjelang hari raya saja."Mashaallah, aku sangat terharu," ungkap Sekar dengan suara yang amat pelan. Lantas ia meminta ijin untuk menemui Ibunya lebih dulu, sebelum ia berangkat bekerja."Bu, Sekar pamit dulu. Sekalian ada Andis dan Ayahnya juga, mungkin kami akan berangkat bersama. Ini, Sekar ada sedikit uang untuk bapak dan ibu, sebagai tanda terimakasih Sekar karena sudah mau menjaga Nida dan adiknya saat Sekar bekerja,"Sekar membuka amplop tersebut, dan menghitung dua puluh lembar uang ratusan ribu, , untu
Read more

Salah Paham

Antoni menginjakkan kakinya pada pedal rem. Mereka kini sudah sampai di sekolahnya Andis dan Sekar. Seperti biasa, Antoni turun lebih dulu, untuk membuka pintu mobil Andis. Baru saja Sekar akan turun, ternyata kali ini Antoni malah membukakan pintu untuk Sekar. Memang tak ada maksud apapun, murni itu hanya untuk membantu Sekar agar lebih mudah dan cepat keluar dari mobil.Tangan mereka tak sengaja saling bersentuhan. Sontak Sekar langsung menarik jauh tangannya. Bagaimana pun juga, mereka bukanlah siapa-siapa. Hanya sebatas orang tua murid dan gurunya saja, serta sebatas teman kerja saja."Maaf saya tak sengaja," ungkap Antoni, seketika ia tarik juga tangannya."Iya, tak apa," jawab Sekar membuang jauh mukanya. Ia tak mau terjadi fitnah jika ada orang yang melihat mereka.Antoni pun kini mengeluarkan Andis dari dalam mobil. Dan Sekar lebih dulu masuk ke dalam kelas. Namun Andis, tak sedikitpun ingin ketinggalan dari guru favoritnya itu. Ia langsung lari mengejar Sekar, sampai ia bisa
Read more

Cembung Buta

Antoni meninggalkan Serly bersama rasa kepenasarannya. Ia berlari mengikuti Antoni yang terus berjalan dengan cepat. Dunia seolah berubah bagi Serly. Dulu, dirinya lah yang selalu sibuk dengan semua urusannya. Seringkali Antoni meminta waktu untuk berdua, atau bertiga bersama anaknya, tapi Serly selalu menyibukkan dirinya. Dan saat ini, semu berbanding terbalik. Antoni kini sedang fokus pada bisnisnya. Ia sudah lupa bagaimana rasanya punya seorang istri."Mas. Tunggu aku. Jangan cepet-cepet Begitu dong jalannya!" teriak Serly dengan terengah.Tapi Antoni masih tetap berjalan meninggalkan istrinya yang kesusahan berjalan. Ia memasuki sebuah ruangan, dimana tak ada orang lain yang bisa masuk selain hanya yang berkepentingan saja."Stop bu. Jangan ikut masuk. Di dalam sedang ada rapat besar, jadi mohon ibu tak ikut masuk,""Apa? Kau berani melarang ku masuk? Kau satpam baru disini, jadi tak tahu siapa saya hah?""Tak penting bagi saya anda itu siapa. Tugas saya hanya mengamankan Bos saya
Read more

Tak Mau Berpisah

Semua kerjasama sudah selesai.Sekar sudah mendapatkan bayaran untuk novelnya, dan Tuan Antoni akan segera memulai membuat film tersebut. Mereka kini pulang masing-masing ke tempat tujuan mereka sendiri.Serly hanya membuang mukanya, merasa tak suka jika Antoni bekerja sama dengan Sekar.Antoni yang tak paham akan hal itu, malah terus menerus menceritakan guru baik itu didepan istrinya."Mas. Apa kau tak ada lagi cerita lain selain cerita tentang Sekar?" tanya Serly yang merasa kupingnya panas mendengar cerita membosankan tentang Sekar."Lo, memangnya kenapa? Ada yang salah kalau Mas cerita tentang Sekar? Dia itu perempuan yang hebat. Mas acungkan jempol untuk perempuan mandiri seperti dia," puji Antoni lagi, untuk Sekar.Serly memutar bola matanya dengan malas. Sungguh rasa cemburu itu membuatnya merasa sangat tersiksa.***Sekar langsung pulang ke rumahnya. Ia rebahkan tubuhnya diatas ranjang keras yang terbuat dari kayu jati, milik ibunya.Rasanya hari ini begitu sangat melelahkan b
Read more

Diusir

"Lalu? Kamu tak sanggup membelikannya untuk Aura?" tanya Ayahnya Aura dengan sengit."Pak, bapak sendiri kan tahu, kalau saya sekarang tidak bekerja. Saya hanya pengangguran. Bagaimana saya bisa membelikan apa yang Aura mau?" keluh Sandi mengusap keringat di keningnya."Seharusnya kamu bekerja! Cari uang yang banyak!" timpal Ayahnya lagi. Sandi seperti seekor sapi yang diperah tenaganya. Baru sehari jadi suami Aura, dia diperlakukan dengan tidak baik oleh mereka. Sangat jauh dengan apa yang selalu ia dapatkan dari keluarga Sekar dulu. Dia selalu dihormati, diperlakukan dengan sangat baik. Tapi sekarang itu semua hanya tinggal kenangan. Semua berakhir karena kesalahannya sendiri. Sandi hanya bisa menyesali semuanya.Sandi berjalan masuk ke rumahnya. Namun tangan kekar mertuanya menghalalkan Sandi di gawang pintu."Siapa suruh masuk? Saya tak mengijinkan kamu masuk sebelum keinginan anakku kamu kabulkan!" ucapnya dengan datar."Apa? Yang benar saja ? Ayah kira mudah cari uang jutaan unt
Read more

Semua Karena Sekar

"Kamu masuk yuk! Jangan tidur diluar, nanti sakit. Udara diluar sangat dingin sekali," ajak Ibunya Aura, sembari memberikan sebuah selimut tebal pada mantunya itu."terimakasih banyak bu. Tapi Sandi disini saja. Ayah juga tak mengijinkan Sandi masuk,""Tak usah dengarkan apa kata Aura dan Ayah. Kamu masuk saja, ayo!" Ibu masih berusaha untuk membujuk Sandi agar mau masuk kerumah. Sangat tak tega rasanya melihat anak mantunya diperlakukan seperti itu.Usaha Ibu sama sekali tak membuahkan hasil. Sandi lebih memilih tidur diluar saja dari pada harus tidur didalam kamar bersama Aura."Aku lebih baik diam disini saja. Daripada aku harus tidur bersama perempuan yang tak aku cintai," ucap Sandi pelan. Ia kemudian tutupkan selimut itu pada seluruh tubuhnya.***Keesokan harinya, Sekar sudah bersiap untuk pergi. Tapi kali ini, bukan untuk pergi ke sekolah atau menjalankan bisnis yang lainnya, melainkan ia akan pergi ke pengadilan Agama. Baginya tak adalagi yang perlu dipertahankan dari Sandi.
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status