"Aduh.""Kenapa, Mas?" Aku melihatnya khawatir ketika dia mengaduh sambil meringis. "Ngilu," katanya. "Yang mana?" "Ini yang di punggung. Tadi keusap sama kamu.""Tuh, kan ... kata aku juga apa. Jangan dulu, tapi kamunya ngeyel. Coba lihat, berdarah, gak?" Mas Raffi memunggungiku, memperlihatkan lukanya yang tadi kata dia terasa ngilu. Aku bisa bernapas lega, karena ternyata tidak ada darah yang keluar dari sana.Mas Raffi membalikkan tubuhnya lagi menghadapku setelah kukatakan lukanya baik-baik saja. Tangannya merangkul pinggangku, menariknya perlahan hingga jarak diriku dengan dia hanya beberapa senti saja. Embusan napasnya terasa hangat menerpa keningku. Sentuhan lembut bibirnya pun membuatku tersenyum mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. "Mas, kamu tahu, gak. Saat di Bandung, aku sering menangisi kamu. Setiap solat, aku terus menyebut namamu di dalam hati, saat sujud terakhir. Kamu, kok tega gak pernah balas pesanku, juga tidak menghubungiku. Aku pernah berpikir, j
Last Updated : 2023-05-26 Read more