All Chapters of Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan: Chapter 71 - Chapter 80

525 Chapters

71. Hinaan dari Rowan

Dada Kara mendadak sesak. Tatapannya menerawang sejenak. Terkadang, saat sedang kelelahan bekerja atau melihat anak-anaknya bermain berdua saja, ia berharap dapat menemukan seorang pria baik hati yang bersedia menjadi ayah mereka. Bersama-sama, mereka bisa menjadi keluarga utuh yang bahagia. Akan tetapi, pria itu jelas bukan bosnya. Sekalipun Frank Harper adalah ayah si Kembar, mustahil mereka bisa bersama. Rintangan di antara mereka terlalu besar. “Untuk apa?” Kara mengangkat dagu dan tersenyum pahit. “Laki-laki itu sudah membuang anak-anaknya sejak awal, bahkan sebelum mereka dilahirkan. Anak-anakku tidak layak diperlakukan seperti benda yang tidak berharga. Mereka pantas bahagia.” Melihat mata Kara berkaca-kaca, Rowan merasa menang. “Begitukah? Lantas, apakah sekarang anak-anakmu bahagia?” Nada bicaranya penuh dengan hinaan. Sambil mencibir, ia kembali menyoroti Louis dan Emily. “Lihatlah pakaian itu .... Kurasa seragam sekolah nant
Read more

72. Tidak Selevel

Rowan mengumpat dalam hati. Ia merasa seperti disindir oleh balita itu. “Sean adalah asistenku. Dia tentu tidak selevel untuk makan semeja denganku.” Tiba-tiba, ia berdeham. “Sean sedang puasa. Dia baru akan makan sore nanti,” jawabnya ketus. Louis pun mengangguk. Setelah membaca doa, ia mulai makan bersama Emily dan sang ibu. Rowan hanya memakan sedikit salad. Ketika selesai, masih banyak makanan yang tersisa. Mereka kemudian memutuskan untuk membungkusnya. “Terima kasih banyak, Tuan Baik Hati. Nanti kalau kami mendapat rejeki, kami pasti akan mentraktir Anda,” ucap Louis mewakili ibu dan adiknya. Rowan tersenyum meremehkan. “Baiklah, akan kutunggu ... kapan kalian mendapat rejeki itu.” Sedetik kemudian, ia menggeser tatapannya kepada Kara. “Tolong ingat kesepakatan kita baik-baik. Pastikan semua tetap terkendali.” Kara tersenyum meremehkan. “Mudah bagi saya untuk memegang omongan, Tuan. Pastikan saja calon cucu menantu Anda
Read more

73. Bersikap Natural

Alih-alih meminta maaf, Frank malah mendesak dahi dengan kedua alis. “Aku tidak bermaksud menyinggungmu. Hanya mengatakan kejujuran.” “Hubby!” Suara Isabela telah mencapai puncak, sama seperti kekesalannya. Namun, ketika ia menyadarinya, cepat-cepat ia mengatur napas dan meredam emosi. “Oke, tidak apa-apa. Aku paham kalau kau masih perlu waktu untuk menyesuaikan perubahan. Tapi ingatlah faktanya, Hubby, yang akan menjadi pendamping hidupmu adalah Isabela Hall, bukan gadis lain.” Sedetik kemudian, Isabela merogoh tas dan mengeluarkan sebuah kartu. “Aku sudah melakukan survey. Ini adalah bridal terbaik. Kita punya janji fitting besok sore, jadi luangkan waktumu.” Frank melirik kartu yang diletakkan Isabela di atas dokumennya. Tidak ada respons yang ia tunjukkan. Ketika Isabela beranjak dari meja dan membungkuk untuk mencium pipinya, barulah ia memundurkan badan dan berdeham. “Kau hanya ingin menyampaikan ini?” Frank menaikkan sebelah alis. “Ya. Besok aku akan mampir ke sini. Kita
Read more

74. Sisi Manis Frank Harper

"Sama sekali tidak," bantah Frank sigap. "Jeremy juga punya kartu semacam ini. Hanya saja, ada limit untuk kartunya." Usai bergumam di ujung pernyataannya, Frank meletakkan kunci mobil di atas kartu dan tablet.  "Ini untuk mempermudah mobilisasimu. Kau tidak perlu membuang waktu di transportasi umum lagi. Dan terakhir ...." Frank mengeluarkan sebuah ponsel berlapis berlian yang hanya diproduksi dua unit di dunia.  "Aku tahu ponselmu dirusak oleh Ben." "Cukup, Tuan," sela Kara seraya mundur selangkah. "Saya tidak bisa menerimanya." Selagi Frank menaikkan sebelah alis, Kara meletakkan barang-barang di atas meja.  "Saya hanya membutuhkan tablet ini. Selebihnya, tidak. Terima kasih." "Kenapa tidak?" Frank terdengar kesal sekaligus kecewa. "Karena itu bukan hak yang sewajarnya diterima oleh sekretaris seperti saya. Barang-barang ini akan membuat saya terlihat seperti wanita simpanan yang ingin mengeruk
Read more

75. Perdebatan Kara dan Isabela

"Kau memilih makhluk serupa untuk appetizer dan dessert?" Isabela tidak memperhatikan nada bicara Frank yang agak meninggi. Ia mengangguk tegas."Ya. Aku sengaja mengatur makan siang kita dengan tema laut. Bukankah dulu kau suka berlibur ke pantai dan berlayar?""Dan kau memilih udang?" Frank menambah penekanan.Akan tetapi, Isabela malah mengangguk bangga. Ia tidak sadar telah menyajikan racun untuk calon suaminya. Usai mendengus jijik, Frank kembali menyantap saladnya. "Berikan makanan itu kepada orang lain. Aku tidak tertarik."Mata Isabela membulat. "Kenapa? Apakah tujuh bintang masih kurang? Kau ingin aku mencari koki lain yang lebih berpengalaman?""Cepat singkirkan. Kau merusak nafsu makanku. Pekerjaanku masih menumpuk dan aku tidak ingin fokusku terganggu karena memikirkan liburan."Mendengar nada dingin itu, Isabela mengeraskan rahang. Dengan sangat terpaksa, ia mengumpulkan kotak-kotak it
Read more

76. Membela yang Benar

"What?" Pita suara Isabela terjepit. “Hubby?” Namun, belum sempat ia melancarkan protes, Frank telah berbalik menuju ruangannya. Kara tidak punya pilihan lain selain mengikuti sang CEO. Ia celingak-celinguk, bolak-balik menatap rahang sang pria yang mengeras dan raut terkejut perempuan di belakang mereka. "Tuan? Makan siang saya—" "Tinggalkan saja." Kara tidak tahu harus berkata apa. Ia tidak menduga akan terjebak dalam situasi semacam itu. "Hubby!" panggil Isabela lagi, membuat Kara kembali menoleh. Raut sang supermodel belum pernah sejelek itu. Akan tetapi, Frank tidak peduli. Ia terus berjalan dan berbelok menuju ruangannya. Saat pria itu mendudukkannya di kursi tamu, Kara akhirnya mendapatkan kembali akal sehatnya. "Tuan, Anda tidak seharusnya membela saya di depan calon istri Anda." "Aku membela yang benar," sanggah Frank sigap. Sedetik kemudian, ia mengeluarkan ponsel lain dari dalam laci dan meletakkannya di samping milik Kara. Itu yang tadi ingin diberikannya kepad
Read more

77. Fitting Baju Pengantin

Napas Isabela menderu. "Apa maksudmu? Kau bilang tidak tertarik dengan menu itu. Sekarang kau mau memakannya? Bersama perempuan murahan itu?"  Tanpa terduga, Frank meloloskan desah tawa. "Ya, aku tertarik karena dia yang menemaniku. Lihat, aku bahkan sudah menghabiskan appetizer dan dessert." Isabela kehabisan kata-kata. Ia menganga dan terus melontarkan napas kekesalan.  "Kurasa kau lebih baik mengganti pakaianmu, Isabel. Jangan sampai ada paparazi yang melihat. Kau bisa viral. Kembalilah lagi nanti sore, tepat saat jam pulang." "Hubby, kau sudah berjanji untuk menikahiku. Kenapa kau masih saja dekat dengan perempuan ini? Dia seharusnya sudah kau tendang dari perusahaanmu." Sebelum tangan Isabela sampai di pundak Kara, Frank menghalanginya.  "Aku berjanji untuk menikahimu, bukan memberikan hatiku kepadamu. Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah mencintaimu. Jadi, terserah kau mau melanjutkan ke pernik
Read more

78. Frank Terlalu Tampan

Sesaat kemudian, Frank menyingkap tirai. Setelan putih itu membuatnya terlihat begitu gagah. Aura bangsawannya terpancar terang. Ia seperti seorang pangeran dari negeri dongeng. Kara sampai lupa berkedip. "Dia setiap hari mengenakan jas, tapi mengapa sekarang terlihat berbeda?" "Bagaimana penampilanku?" Kara mengerjap dan memaksakan paru-parunya kembali bekerja. Kepalanya bergerak naik turun dengan canggung. "Bagus." "Nyatakan dalam angka." Kara berkedip lucu. "Hmm, 80?" Raut Frank berubah manyun. "Serendah itu?" "Itu tinggi. Rata-rata saya adalah 65." Bibir Frank kembali melengkung. Ia menang 15 poin dari rata-rata.  Dengan cepat, ia berganti ke setelan peak lapel hitam berpola. "Bagaimana sekarang?" Kara kembali terpana. Frank terlihat lebih maskulin, tetapi ia lebih suka yang sebelumnya.  "Saya rasa 75." Mata Frank menyipit. "Turun?" Padahal, ia merasa lebih percaya
Read more

79. Kecantikan Kara

Isabela menatap Kara lembut. "Aku ingin melihat model mana yang terbaik. Setelah menentukan pilihan, aku akan mencobanya nanti. Itu bisa menghemat energi. Apa kau bersedia membantuku, Nona Martin?" Kara tersenyum kaku dan mengangguk. "Anda benar. Bergonta-ganti pakaian biasa saja melelahkan, apalagi gaun pengantin yang berat." Lengkung bibir Isabela melebar. "Bagus! Kalau begitu, kalian ... tolong bantu Nona ini. Perlakukan dia dengan baik." "Siap, Nona." Sebetulnya, Kara tahu ada yang tidak beres. Isabela tidak mungkin bersikap baik padanya tanpa alasan. Akan tetapi, ia tetap masuk ke bilik ganti. Sementara itu, Isabela telah menarik Frank untuk duduk di sofa. Sang model tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya melirik ke arah pintu dan mengangguk. Frank yakin, Vidi sedang bersiaga di sana. "Apa yang mereka rencanakan?" "Hubby, sudah berapa setelan yang kau coba? Apakah ini yang terbaik?" Suara Isabela begitu manis. Para pelayan yang mendengar kembali berbisik dan terkikik. Se
Read more

80. Insiden Gaun Pengantin

Para pelayan bergerak cepat membantu Kara. Setelah gadis itu turun, Frank dapat melihat lebih jelas lewat belahan rendah pada bagian depan. Gaun itu sungguh terbuka.  Isabela sadar ke mana arah tatapan calon suaminya. Secepat kilat, ia memeluk lengan pria itu dan berusaha mencuri perhatiannya.  "Hubby, apakah menurutmu, gaun itu cocok untuk kukenakan di hari pernikahan kita nanti?" Frank menarik napas berat. Tatapannya bergeser ke wajah Kara. Ia mendesah samar, "Mungkin cocok." Isabela menggertakkan rahang. Membuat Frank terpikat pada Kara tidak ada dalam daftar rencananya.  Setelah para pelayan selesai merapikan gaun Kara, Isabela menjauh dari Frank. Ia kembali fokus menyoroti Kara dengan kamera ponselnya.  "Mulailah berjalan. Aku ingin melihat bagaimana kira-kira gaun itu terayun di atas karpet." Kara mulai bergerak. Ia harus super hati-hati dengan sepatu setinggi 14 cm yang bertabur kerang dan mutiara di
Read more
PREV
1
...
678910
...
53
DMCA.com Protection Status