Home / Rumah Tangga / Pembalasan Buat Suami Egois / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Pembalasan Buat Suami Egois: Chapter 1 - Chapter 10

33 Chapters

Keputusan sepihak Nizam

"Ra, Mas cuma mau bilang, mulai besok Ibu sama Siska tinggal bersama kita!" ucap Mas Nizam. Mahira menghentikan pergerakan tangannya yang hendak mengambil nasi goreng. DIa menolehkan pandangan ke arah Nizam, suaminya. 'Apa maksudnya bicara seperti itu?' batin Mahira. Kembali Mahira menaruh piring yang semula akan diisi dengan nasi goreng tadi. "Lho, kamu gak jadi makan?" tanya Nizam tanpa merasa bersalah. Mahira menatap anak-anaknya yang sedang menyantap sarapan mereka. Kembali dia mengarahkan pandangan pada Nizam. "Maksud Mas apa? Ngomong kalau besok Ibu dan Siska akan tinggal di sini? Ibu, kan punya rumah sendiri?" tanya Mahira keheranan. "Ya, emang Ibu punya rumah sendiri, tapi Ibu dan Siska mau tinggal di sini bersama kita." "Dan kamu menyetujuinya tanpa bicara apa-apa sama-sama aku, Mas?!" tanya Mahira lagi dengan nada agak sedikit tinggi. Anak-anaknya kompak melihat ke arah Mahira. Karena mereka memang jarang mendengar dia berbicara dengan nada tinggi, tepatnya seme
last updateLast Updated : 2022-11-24
Read more

Kedatangan Mertua dan Ipar

Setelah sarapan, Nizam langsung pergi ke kantor dengan menggunakan mobil. Dia bekerja di sebuah perusahaan farmasi sebagai staf administrasi. Gaji Nizam bisa dikatakan lumayan. Empat juta tiga ratus. Belum uang lemburan. Tapi ya gitu, dia lebih mengutamakan Ibu dan adiknya. Padahal, kalau dibilang kondisi ibunya bukanlah orang susah. Ayah mertua meninggalkan uang pensiunan. Ibu juga mempunyai usaha toko sembako yang bisa dikatakan lumayan yang terletak di pasar. Sedangkan adiknya Siska, sudah bekerja di salah satu mall sebagai kasir. Tapi, setiap bulan Nizam akan memberikan sebagian gajinya untuk ibunya yaitu senilai dua juta. Uang bensin dan pegangannya satu juta. Sisanya baru dikasihkan ke Mahira dengan perincian uang setoran rumah satu juta, listrik dan air tiga ratus ribu. Sedangkan untuk keperluan anak dan kebutuhan dapur Mahira yang menanggungnya karena dia juga bekerja. Jadi, Nizam berpikiran karena dia sudah mengizinkan Mahira bekerja, jadi wajib bagi Mahira ikut memenuhi
last updateLast Updated : 2022-11-24
Read more

Semua Untuk Siska

Mahira memasukkan koper Bu Susi ke kamar tamu. Lalu kembali ke ruang makan. "Siapa, Bu?" tanya Kayla. "Nenek dan Tante Siska," jawabnya singkat. Dia kembali duduk dan menyantap makan siang. "Ngapain ke sini?" tanya Bila dengan wajah keheranan. "Untuk sementara Nenek dan Tante Siska akan tinggal di sini bersama kita!" jawab Mahira lagi. Terlihat raut wajah anak-anaknya yang tidak menyukai keberadaan Ibu mertuanya dan Siska. Bukan apa-apa. Sewaktu mereka masih tinggal di rumah Bu Susi, sikap kejam mereka berdua bukan hanya kepada Mahira namun juga kepada anak-anaknya. Tak heran mereka keberatan Bu Susi dan Siska tinggal di sini. "Sudah kalian tenang saja! Ibu gak akan biarkan yang terjadi di rumah nenek akan terjadi lagi di sini," ucap Mahira meyakinkan mereka. Kayla dan Bila mengangguk mengerti. "Kami pasti selalu dukung Ibu! Kita harus jadi tim yang solid, Bu!" ucap Kayla bersemangat Mahira dan Bila mengacungkan jempol menyetujui ucapan Kayla. Kemudian mereka berdua mem
last updateLast Updated : 2022-11-24
Read more

Harusnya Untuk Kami, Mas

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Bergegas Mahira membereskan barang-barangnya dan langsung keluar dari ruangan. "La, Mbak pulang duluan! Ada keperluan penting!" pamit Mahira pada Dila. "Siap, Mbak!" jawab Dila. Mahira langsung keluar dan memacu kembali motor ke rumah. Bersyukur saat dia tiba, Siska dan Ibu mertuanya tidak berada di rumah. Mahira masuk ke dalam rumah dan melangkah menuju kamar belakang. 'Wah, keren! Mas Nizam yang pemalas, demi Siska, rela membersihkan kamar belakang. Dan sempat-sempatnya memasang wallpaper baru," batin Mahira. "Assalamu'alaikum," Terdengar salam dari depan. Mahira segera kembali ke depan. Ternyata, Pak Sugeng tetangganya dua rumah dari sini. "Wa'alaikummussalam, Pak Sugeng! Ada perlu apa, Pak?" tanya Mahira heran. "Ini, Bu tadi saya pasang wallpaper di rumah Ibu sama bersih-bersih, terus tadi ada alat saya yang ketinggalan," jelas Pak Sugeng. 'Oh, ternyata nyuruh orang buat bersihkan kamar. Begitu perhatiannya dia sama Siska. S
last updateLast Updated : 2022-11-24
Read more

Kecurigaan Mahira

Pagi ini, Mas Nizam izin gak masuk kantor. Dia mengeluh badannya sedikit meriang. Setelah menyiapkan sarapan untuk Mas Nizam dan anak-anak pergi ke sekolah, aku segera ke butik. Namun nasib jelek mungkin lagi menghampiriku. Ponsel yang biasa kupakai bekerja ketinggalan di rumah. Aku kuatir nanti Mas Nizam menemukannya dan mengetahui apa yang selama ini aku kerjakan. Bergegas kuputar balik motor. Kumatikan motor di luar pagar agar tidak terlalu berisik. Lalu kugiring motor masuk ke dalam pagar. Saat aku hendak membuka pintu, aku melihat sepasang sepatu perempuan. Bukannya ini milik Siska. Tadi, kan dia sudah pergi sebelum aku. Kubuka pintu perlahan-lahan agar tidak menimbulkan suara. Aku mengendap-ngendap masuk ke dalam rumah. Sepi, tidak terdengar suara apapun. Sebaiknya aku langsung mengambil hape dan melihat keadaan Mas Nizam. Kubuka pintu kamar perlahan-lahan. 'Lah, kok kosong? Kemana Mas Nizam?' Tadi ketika aku melewati kamar ibu sepertinya juga gak ada orang. Bergegas kuambi
last updateLast Updated : 2022-11-24
Read more

Siska Berulah

Cukup lama aku tidak berkomunikasi dengannya. Seingatku terakhir sewaktu hari raya tiga bulan yang lalu. Segera kuangkat panggilan dari Mbak Melani. "Halo, assalamu'alaikum, Mbak!" jawabku. "Wa'alaikummussalam, Ra!" Mbak Melani membalas salamku. "Apa kabar, Mbak? Maaf, jarang nelepon lagi banyak kerjaan," ucapku berbasa-basi. "Alhamdulillah, Mbak baik. Kamu sendiri gimana, Ra?" Mbak Melani balik bertanya. "Alhamdulillah, Mahira dan keluarga semua sehat, Mbak!"Mbak Melani ini kakak tertua Mas Nizam. Dia sudah menikah dan tinggal di kota lain mengikuti suaminya. Karena suaminya dipindahtugaskan kembali ke sini makanya Mbak Melani ikut balik ke sini lagi. "Ra, Mbak mau ngomong sesuatu sama kamu!" Nada bicara Mbak Melani terdengar serius. 'Aku jadi deg-degan sendiri. Apa yang mau diomongin ya? Kok, tiba-tiba perasaanku jadi tidak enak begini.'"Iya, Mbak, mau ngomong apa? tanyaku. "Mbak dengar, Ibu dan Siska tinggal di rumah kamu, ya?" tanya Mbak Melani. Aku bingung, kok Mbak Mela
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more

Ibu VS Mertua

"Sialan, kamu, Mbak!" Siska mengumpat saat tangannya ditarik paksa Pak Adi. Setelah Siska keluar, aku meminta maaf pada pelanggan yang ada di sana atas keributan yang terjadi. Beruntung mereka semua maklum. Aku kembali ke atas dan Dila masih mengekoriku. "Mbak, maksudnya tadi apa? Karyawan gudang? Jelaskan ke Dila, Mbak!" pinta Dila sesampainya kami di ruanganku. Dia langsung duduk dihadapanku dengan raut wajah penasaran. Aku tersenyum memandangnya. "Suami Mbak dan keluarganya menganggap Mbak sebagai karyawan gudang karena Mbak selalu keluar dari pintu samping dekat gudang!" jawabku. Dila masih terlihat belum puas dengan jawabanku. "Terus, kenapa Mbak gak cerita sama mereka, kalau sebenarnya Mbak yang punya butik ini?!" tanya Dila lagi. "Gak, Mbak gak mau! Kamu liat sendiri, kan gimana sikap adik ipar Mbak tadi. Kalau Mbak bilang, justru malah bikin tambah susah. Mereka akan besar kepala dan semena-mena. Biar saja, mereka berpikiran seperti itu," ucapku. "Apa itu juga salah satu
last updateLast Updated : 2023-01-05
Read more

Solusi dari Bang Rahman

"Emang apa yang saya lakukan?! Udah deh, Bu, Mahira itu dididik yang bener biar jadi istri yang nurut sama suami!" ucap Ibu Mas Nizam dengan lantang. "Sebaiknya kita duduk dulu, harus dicari apa yang jadi masalahnya," ucap Bang Rahman dengan sabar. Kami semua duduk di sofa. Aku duduk di tengah antara Bang Rahman dan Ibuku. Di hadapan kami, Mas Nizam duduk bersebelahan dengan ibunya. "Nah, sekarang Mahira, jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Bang Rahman dengan lembut. Kuceritakan semua dari mulai Siska yang datang cari keributan di butik, teriak-teriak gak jelas, hingga disuruh pergi tapi masih ngotot juga. Akhirnya satpam yang membawanya keluar. "Sekarang kamu Nizam, Siska ngadu apa sama kamu?!" tanya Bang Rahman. "Siska nelpon saya, Bang. Katanya, Mahira ngusir-ngusir dia sampe dia malu soalnya dia digiring sama satpam udah kayak tahanan aja. Dia gak mau balik lagi ke rumah ini karena sakit hati sama Mahira!" jelas Mas Nizam. "Tapi, dia gak ada bilang, kan apa yang dia
last updateLast Updated : 2023-01-07
Read more

Ibu juga curiga

"Enak saja kamu nyuruh saya dan Siska tinggal di rumah sewa! Kalau Mahira gak suka tinggal bersama saya, dia aja yang pergi, kenapa harus saya? Ini rumah Nizam, lepas dari Mahira, rumah ini juga bakalan jadi milik Nizam!" ucap Ibu mertua dengan lantang. "Maaf ya, Bu! Rumah ini atas nama Ira karena DP dan biaya renovasinya semua murni dari uang Ibunya Ira. Gak ada sedikitpun uang Mas Nizam di sini!" timpalku. "Tapi, aku yang nyicil tiap bulan, kamu jangan lupa itu, Ra!" sungut Mas Nizam. "Kamu nyicil rumah? Coba kamu ingat, tiap bulan kamu kasih aku berapa? Satu juta tiga ratus, Mas. Masih besar uang bulanan yang kamu beri untuk ibu dibanding ke aku!""Iya, kan satu juta untuk rumah, tiga ratus untuk listrik dan air," sahut Mas Nizam tanpa perasaan bersalah. "Terus keperluan yang lain, anak dan makan dari mana?" tanya Ibuku. "Yah, dari Mahira dong, Bu! Dia kan sudah Nizam izinin kerja, wajib baginya bantu keuangan rumah," jawab Mas Nizam lagi. "Hebat bener kamu, Zam! Jadi, jatuhn
last updateLast Updated : 2023-01-07
Read more

Rencana Mahira

"Itu juga yang jadi pikiran Ira, Bu! Tadi ketika di butik, Mbak Melani nelepon Ira!" ucapku sambil berbisik. Takut terdengar Mas Nizam. "Kenapa dia nelepon kamu? Ini juga gara-gara dia, kan?" tanya Ibu dengan pelan-pelan. "Iya, tapi anehnya, Bu, dari cerita mbak Melani, sebenarnya Ibunya yang memaksa mereka tinggal di situ padahal mereka dapat rumah dinas. Dan mbak Melani pesan sama Ira berkali-kali, awasi gerak-gerik Siska. Kalau bisa Ibu mertua dan Siska jangan lama-lama tinggal di rumah ini, begitu pesannya, Bu! Tapi, mbak Melani gak ngejelasin alasan detilnya itu apa!" ucapku panjang lebar. "Benar-benar aneh dan membingungkan, ya?" tanya Ibu. Aku mengangguk membenarkan ucapan Ibu. "Kan pada di dapur, udah abang tebak dari tadi! Ngucap salam gak ada dijawab, asyik banget ngobrolnya," Tiba-tiba Bang Rahman muncul di dapur. "Eh, Bang sudah pulang, ya?" tanyaku. "Iya, Dek! Ibu sama kamu asyik ngobrol, gak tau kalau abang dah pulang!" rajuk Bang Rahman. Aku dan Ibu jadi malu mend
last updateLast Updated : 2023-01-08
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status