Home / Pernikahan / Kontrasepsi di Kamar Adikku / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Kontrasepsi di Kamar Adikku : Chapter 211 - Chapter 220

232 Chapters

Part 208

***Pukul sembilan pagi, mengajak Azalia ke sebuah rumah sakit untuk memeriksakan keadaannya. Sebab sudah berkali-kali menghubungi bahkan mendatangi rumah Dokter Maria, akan tetapi dokter berwajah oriental itu sepertinya sedang tidak berada di kediamannya. Rumah sang dokter terlihat sepi dan lampu ruangannya terlihat gelap, hingga akhirnya harus membawa Azalia ke rumah sakit yang letaknya lumayan cukup jauh dari rumah, karena tidak mungkin membawa dia ke rumah sakit tempat dulu dia bekerja. Bisa bahaya kalau sampai bertemu Dokter Fatih. Takut laki-laki berkacamata itu kembali berbuat macam-macam terhadap istri.Setelah kurang lebih dua puluh menit membelah kemacetan kota, mobil kutepikan di sebuah area parkir gedung berlantai tiga dan membukakan pintu serta membantu sang bidadari hati turun dari kendaraan roda empatku."Ayo Sayang, sudah sampai." Mengulurkan tangan dan segera disambut dengan senyum mesra oleh wanita shalehah yang sudah menemani
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Part 209

Dokter Fatih berjalan menuruni undakan, menghampiri kami berdua dengan gaya begitu congkaknya. Memangnya dia pikir Azalia bakalan mau dengan laki-laki yang sudah berani menyekapnya?Lagian, Azalia itu istriku. Wanita yang begitu aku cinta dan selamanya kami tidak akan terpisahkan kecuali oleh maut."Ayo, Azalia. Ikut dengan saya. Saya berjanji akan selalu menyayangi serta mencintai kamu dengan setulus hati. tidak akan ada yang namanya air mata jika kamu hidup dengan saya!" Dengan lancang pria berkemeja hijau telur asin itu menggengam pergelangan tangan istri dan mengajaknya pergi."Lepaskan saya, Dokter!" Tepis Azalia dengan kasar."Tolong jangan melecehkan saya seperti ini. Saya sudah berkali-kali bilang sama Dokter, kalau saya tidak mau disentuh oleh laki-laki yang bukan mahram saya!" sentaknya terlihat begitu emosi. "Tapi, Li. Saya tidak bisa melihat kamu menangis seperti tadi. Saya mencintai kamu, dan kamu tahu itu, Azalia!
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Part 210

Dering ponsel yang sejak tadi tergeletak di atas meja menjeda aktivitasku di depan layar komputer. Gegas kuambil benda pipih persegi itu, melihat siapa yang menghubungi dan ternyata dari rumah sakit tempat dimana Safina sedang dirawat. Ada apa lagi?"Selamat siang, Pak Salim," sapa seorang wanita dari ujung sambungan telepon."Siang, ada apa ya, Mbak?" "Maaf mengganggu waktunya. Kami dari rumah sakit jiwa XX Jakarta, ingin mengabarkan kalau Bu Safina kembali mengalami perdarahan."Aku menghela napas berat. Kenapa sih, dia itu selalu saja menyakiti dirinya sendiri. Apa dia memang sengaja mencari perhatian?Astaghfirullahaladzim...Jangan berprasangka buruk seperti itu, Salim. Dia ini kan memang sedang mengalami depresi. Pasti dia juga sebenarnya tidak mau mengalami hal-hal tragis seperti itu."Iya, Mbak. Nanti saya ke rumah sakit untuk menjenguk mantan istri saya. Terima kasih sudah mengabari saya," ucapku setelah berpi
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Part 211

"Sudahlah, Bi. Lupakan saja masalah itu. Yang penting sekarang Abi sudah berubah dan menyesali perbuatan Abi. Nggak mungkin 'kan, aku menuntut dan mencebloskan ayah kandungku sendiri ke dalam penjara. Walaupun tidak dinasabkan dengan Abi, Abi tetap ayah biologisku dan Aisyah sangat membutuhkan Abi. Jangan sampai dia ikut juga merasakan seperti yang kakaknya rasakan ketika aku masih kecil. Tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua kandungnya." Sebenarnya tidak enak mengatakan hal itu kepada Abi. Tetapi mau bagaimana lagi? Mulut ini sudah terlanjur berkata demikian."Terima kasih. Maaf kalau Abi sudah membuat kamu menderita!" Pelan dia berujar dengan suara serak serta bergetar."Kata siapa aku menderita, Bi. Aku memiliki ayah dan bunda yang begitu menyayangiku. Mencintai diriku dengan setulus hati tanpa pernah membeda-bedakan. Aku juga berterima kasih karena sudah dilahirkan ke dunia ini, walaupun kehadiranku dulu tidak pernah diinginkan. Insya Allah aku ikhlas m
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Part 212

*Malam kian beranjak larut. Hanya keheningan yang menyelimuti, karena istri sudah sejak tadi terlelap memeluk guling yang akhir-akhir ini menjadi teman tidur favoritnya. Biasanya, dia tidak akan bisa tidur tanpa aku peluk. Tapi saat ini, dia lebih sering memeluk benda mati dari pada guling yang bisa bergerak.Tidak apalah. Mungkin bawaan bayi jadi seperti itu. Lagi pula Azalia juga suka sensitif dengan bau tubuhku, walaupun terkadang justru jika aku baru pulang dari tempat kerja dia akan selalu melarangku buru-buru untuk mengganti pakaian. Kata Bunda, memang kalau orang sedang mengandung itu tingkahnya suka aneh dan hidungnya begitu sensitif terhadap bau-bauan. Jadi, tidak mengapa jika akhir-akhir ini juga banyak perubahan yang ditunjukkan oleh istri."Mas, Mas Salim sudah tidur?" Tiba-tiba Azalia mengusap bahuku pelan."Belum, Sayang. Ada apa?" Memutar badan, berbaring miring dengan satu tangan menopang kepala."Pengen mie ayam yang ped
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

POV Tejo

"Diam kamu, Safina!" sentakku emosi.Tangan ini terkepal. Ingin sekali membungkam mulut wanita tidak waras itu, akan tetapi nanti justru akan menimbulkan banyak masalah. Lebih baik kutahan emosi walaupun kepala rasanya mulai berdenyut tidak karuan.Lagi. Safina tertawa nyaring kemudian menangis tergugu. Dia menghampiriku, mencoba meraih tangan ini akan tetapi aku segera beringsut menjauh darinya."Nggak usah pura-pura nggak maulah, Salim. Dulu saja kamu malu-malu, pura-pura nolak, tapi giliran sudah di dalam kamar kamu langsung kaya orang kesurupan, sampai bisa kubohongi. Kamu pikir dulu aku masih perawan, 'kan?" Dia terkekeh. Mengejek diriku di depan banyak orang. Malu, malu sekali."Jangan buat keributan di sini, Mbak. Sudah tengah malam!" Pak RT dan beberapa orang warga memegangi tubuh Safina dan menariknya masuk ke dalam mobil, berniat membawa dia kembali ke rumah sakit jiwa."Mas yang sabar ya!" Azalia mengusap lenganku, memberi duku
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

POV Tejo 2

"Aku mencintai kamu, Safina!" bisikku pelan, tepat di telinga Safina."Tapi saya ini keponakan njenengan, Lik.""Tidak masalah. Hanya keponakan tiri!" Dari balik keremangan aku terus menatap wajah Safina yang kian memucat. Sepertinya dia sangat ketakutan. Padahal, wajahku tidak menyeramkan.Pelan-pelan menggeser tubuh lebih mendekat, menarik selimut yang menutupi tubuh mulus keponakannya Lastri dan melempar kain itu ke sembarang tempat.Safina menjerit. Akan tetapi dengan sigap kubekap mulutnya, mengikat kedua tangan gadis itu di sandaran ranjang besi lalu menyumpal mulutnya menggunakan kaus dalam yang baru saja aku lepas.Tanpa dikomando air mata gadis itu mengalir deras membasahi pipi, ketika aku mulai mengungkung tubuhnya dan mengambil mahkota paling berharga yang dia miliki. Wajah gadis itu memerah, keringat membasahi tubuh kami berdua hingga permainan itu selesai dan aku terlelap di samping Safina.*"Fin,
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Part 215

"Ada apa ini?" tanya Fahri yang baru saja datang entah dari mana."Zakira menunggu kamu di rumah. Temui dia, atau kamu juga akan mendapatkan ganjaran seperti ayah kamu!" tekanku seraya melenggang pergi.Aku mengangkat satu ujung bibir. Merasa puas sudah memberi hadiah tinju kepada ayahnya Fahri. Siapa suruh berani menghina anakku. Sekarang, tahu sendiri akibatnya 'kan?Suasana rumah Mas Wahyu terlihat begitu ramai ketika aku melitas. Banyak sekali warga menyemut, juga ada Pak RT sedang duduk di teras dan terlihat sedang berbincang dengan salah seorang tetangga. Ada apa ini? Apa jangan-jangan Safina menceritakan kejadian kemarin, atau dia malah bunuh diri?Ragu-ragu berjalan menghampiri salah seorang ibu yang baru daja keluar dari rumah Mas Wahyu. "Maaf, Bu. Di rumah kakak ipar saya kok ramai sekali. Ada apa ya?" tanyaku basa-basi."Safina kumat, Lik. Dia tiba-tiba teriak-teriak dan tertawa sendiri. Dia juga bilang ke orang-orang
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Part 216

Mataku menyipit ketika melihat siluet hitam berkelebat di depan kamar Zakira. Penasaran. Kuhampiri bayangan tersebut, berjalan mengendap-endap dan ketika ingin melayangkan pukulan ternyata Fahri lah yang sedang berada di depan kamar putriku."Sedang apa kamu di sini, Fahri?" tanyaku dengan suara sedikit meninggi."Sa--saya, saya kepengen ketemu sama Zakira, Pak!" jawabnya tergagap. Sorot matanya menunjukkan kalau dia sangat ketakutan luar biasa.Aku tersenyum menatap lelaki pemberani itu. Dia memang pantas menjadi pendamping hidup Zakira putriku. "Mari, silahkan masuk. Zakira ada di dalam kamar." Dia pun mengekor di belakangku, ikut masuk ke dalam rumah dan duduk di kursi ruang tamu."Masuk ke kamar saja, Fahri. Zakira ada di dalam. Temui dia. Lepaskan rasa rindu kalian, dan bapak tidak akan melarang. Bila perlu, bermalamlah di sini karena kamu akan aman jika berada di rumah ini!" Fahri menatap ragu. Akan te
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Part 217

"Sayang, jangan capek-capek! Biar Mas yang ngerjain," ucapku seraya mengambil piring kotor yang ada di tangan Azalia dan segera mencucinya. Tidak tega melihat istri harus berjibaku dengan pekerjaan rumah sendiri, apalagi aku lihat tubuh Azalia semakin kurus sekarang ini."Mas, aku bisa kok. Nggak capek kalau nyuci piring doang," protesnya."Udah, nurut sama suami. Duduk saja. Bukankah tugas seorang istri itu harus menuruti apa kata suami?"Azalia memonyongkan bibir manja. Kalau suaminya sudah berkata seperti itu pasti dia akan menyerah serta menurut. Dia lalu duduk di meja makan, menatapku yang sedang mencuci piring sambil menikmati buah apel yang tergeletak di atas meja.Sudah dua hari ini kami menempati rumah yang baru dan belum mendapatkan asisten rumah tangga. Jadi, aku harus rajin-rajin membantu dia suapaya tidak terlalu capek. Bukankah tugas seorang suami itu harus memberikan sandang, papan serta pangan yang layak?"Mas, sudah belum? Kalau belum biar aku bantuin." Mata Azalia ti
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1
...
192021222324
DMCA.com Protection Status