"Diam kamu, Safina!" sentakku emosi.Tangan ini terkepal. Ingin sekali membungkam mulut wanita tidak waras itu, akan tetapi nanti justru akan menimbulkan banyak masalah. Lebih baik kutahan emosi walaupun kepala rasanya mulai berdenyut tidak karuan.Lagi. Safina tertawa nyaring kemudian menangis tergugu. Dia menghampiriku, mencoba meraih tangan ini akan tetapi aku segera beringsut menjauh darinya."Nggak usah pura-pura nggak maulah, Salim. Dulu saja kamu malu-malu, pura-pura nolak, tapi giliran sudah di dalam kamar kamu langsung kaya orang kesurupan, sampai bisa kubohongi. Kamu pikir dulu aku masih perawan, 'kan?" Dia terkekeh. Mengejek diriku di depan banyak orang. Malu, malu sekali."Jangan buat keributan di sini, Mbak. Sudah tengah malam!" Pak RT dan beberapa orang warga memegangi tubuh Safina dan menariknya masuk ke dalam mobil, berniat membawa dia kembali ke rumah sakit jiwa."Mas yang sabar ya!" Azalia mengusap lenganku, memberi duku
Last Updated : 2024-10-29 Read more