BAB 1Tiba-Tiba Manis “Fi, Ibu dengar, kalian sudah pembagian warisan, ya? Jadi, kamu dapet berapa, Fi?” Pagi-pagi sekali ibu mertuaku mengejutkan. Sosoknya sudah berdiri di belakangku. Aku syok, sebab tumben sekali dia mau menimbrung di dapur ketika aku tengah sibuk menyiapkan sarapan. “Eh, Ibu.” Aku sedikit gugup. Senyum Ibu mengembang. Beliau tiba-tiba menyambar sutil yang kupegang. Aku terkesiap penuh tanya akan sikapnya yang aneh tersebut. “Kamu masak nasi goreng, Fi? Ya ampun, wanginya enak banget, lho. Ibu bantu, ya?” Wanita 49 tahun yang mengenakan daster batik warna cokelat itu mengembangkan senyum. Tangannya kini lihai bermain sutil di atas wajan. Sekali lagi, aku heran. “Tumben udah bangun, Bu?” tanyaku pelan. Kupandangi mertuaku yang biasanya tidak banyak bicara itu. Setengah tahun jadi menantunya, baru sekarang dia mau ikut terjun ke dapur. Sikapnya jadi berubah
Last Updated : 2022-11-13 Read more