“Maaf, Mas. Aku tidak bermaksud untuk mengecewakanmu,” ujar Adinda dengan kepala tertunduk setelah keluar dari kamar mandi. Dia menghampiri Ardiaz dengan rasa bersalah yang mendalam.“Tidak usah pikirkan itu, Din. Sekarang bagaimana keadaanmu?” tanya Ardiaz justru tampak khawatir.“Entahlah. Aku merasa perutku tidak nyaman,” keluh Adinda.“Apa mungkin kamu salah makan?” tebak Ardiaz.“Aku tidak makan aneh-aneh kok, Mas” bantah Adinda.“Mungkin saja kelelahan karena pekerjaan. Besok mas antar ke rumah sakit ya. Kita periksa ke dokter,” ajak Ardiaz.“Tidak usah, Mas. Biar aku pergi sendiri saja. Lagi pula aku ingin menemui Dokter Sylva. Ada yang harus aku bicarakan dengannya,” tolak Adinda. Ardiaz tidak memaksa keinginan Adinda. Dia sudah mengerti bahwa istrinya itu tidak ingin ditemani setiap kali menemui Dokter Sylva.“Baiklah kalau memang kamu ingin pergi sendiri. Jaga diri baik-baik ya,” pesan Ardiaz yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Adinda.Setelah kegagalan mereguk surga dun
Baca selengkapnya