Semua Bab Cinta untuk Suami Kedua: Bab 21 - Bab 30

57 Bab

Merasa Tak Asing

“Maaf, Mas. Aku tidak bermaksud untuk mengecewakanmu,” ujar Adinda dengan kepala tertunduk setelah keluar dari kamar mandi. Dia menghampiri Ardiaz dengan rasa bersalah yang mendalam.“Tidak usah pikirkan itu, Din. Sekarang bagaimana keadaanmu?” tanya Ardiaz justru tampak khawatir.“Entahlah. Aku merasa perutku tidak nyaman,” keluh Adinda.“Apa mungkin kamu salah makan?” tebak Ardiaz.“Aku tidak makan aneh-aneh kok, Mas” bantah Adinda.“Mungkin saja kelelahan karena pekerjaan. Besok mas antar ke rumah sakit ya. Kita periksa ke dokter,” ajak Ardiaz.“Tidak usah, Mas. Biar aku pergi sendiri saja. Lagi pula aku ingin menemui Dokter Sylva. Ada yang harus aku bicarakan dengannya,” tolak Adinda. Ardiaz tidak memaksa keinginan Adinda. Dia sudah mengerti bahwa istrinya itu tidak ingin ditemani setiap kali menemui Dokter Sylva.“Baiklah kalau memang kamu ingin pergi sendiri. Jaga diri baik-baik ya,” pesan Ardiaz yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Adinda.Setelah kegagalan mereguk surga dun
Baca selengkapnya

Test Pack

Adinda begitu terkejut mendapatkan pertanyaan dari perempuan paruh baya yang tiba-tiba sudah berada di dalam ruangan itu. Adinda tidak mengenalinya tapi dia bisa menebak bahwa perempuan itu pasti keluarga pasien. Dia merasa tidak nyaman karena kedapatan menggunakan fasilitas kamar tanpa meminta izin sebelumnya. “Siapa kamu?” tanya perempuan itu mengulangi. “Emm...maaf, Bu. Perkenalkan nama saya Adinda,” jawab Adinda sembari memaksakan senyum terbit di wajahnya. “Adinda siapa? Kenapa bisa ada di kamar anak saya?” tanyanya lebih lanjut. Adinda mengangguk paham. Sekarang dia mengerti bahwa perempuan yang sedang dia hadapi adalah ibu mertua dari Alvia. Sejenak Adinda meneliti penampilan ibu itu dengan seksama. Adinda bisa menyimpulkan penilaian sementara bahwa mertua Alvia sejatinya adalah seseorang yang baik. “Saya temannya Alvia. Alvia sedang ada keperluan sebentar jadi dia meminta bantuan saya untuk menjaga anak ibu sementara waktu,” jelas Adinda. Tampak ibu itu menggelengkan kepal
Baca selengkapnya

Calon Anak Haram

Adinda keluar dengan langkah gontai dari ruangan Dokter Sylva. Dia kemudian memberanikan diri pergi ke apotek terdekat untuk membeli alat tes kehamilan. Dia juga melakukan cek mandiri di toilet rumah sakit.Adinda menunggu dengan cemas. Butuh waktu sekitar dua sampai lima menit hingga hasilnya keluar. Selama itu benaknya gencar merapalkan doa agar hasilnya negatif.Setelah merasa waktunya cukup, Adinda menatap test pack itu dengan lekat seolah menjadi benda yang paling menakutkan. Suhu tubuhnya terasa mendingin. Tangannya gemetar perlahan mengambil alat tes kehamilan itu dan melihat hasilnya.“Astaghfirullah...kenapa ini terjadi padaku,” ucapnya langsung histeris dan terduduk lemas di lantai kamar mandi.Air mata berjatuhan tak kuasa dia tahan saat melihat tanda garis dua muncul pada alat tes kehamilan. Dia tahu bahwa hal itu menandakan dirinya positif hamil. Berkali-kali dia memastikan bahwa dia tidak salah melihat hasil.Namun sebanyak apa pun dia mengerjapkan mata, hasilnya tetap s
Baca selengkapnya

Melarikan Diri

Semburat senja menerpa wajah perempuan yang sudah sembab karena menangis terlalu lama. Hari sudah beranjak petang namun dia tak memiliki keberanian untuk pulang. Adinda masih duduk diam di salah satu bangku taman dekat rumah sakit.Meratapi nasib rasanya sudah lelah dia lakukan. Dia hanya melamun hingga mendengar suara adzan Maghrib berkumandang. Pandangannya mengarah pada rumah Tuhan yang berdiri megah di seberang jalan.Perlahan Adinda bangkit dan mengikuti kerumunan orang yang mulai memadati tempat ibadah itu. Dia membasahi wajah dengan air wudhu. Dia melaksanakan kewajiban sebagai seorang hamba dengan harapan mendapatkan secercah ketenangan.Namun sebaliknya tangis kembali tak tertahankan bahkan sebelum shalatnya mampu dia selesaikan. Dia teringat beratnya beban hidup yang sedang dia hadapi. Batinnya merintih meminta kekuatan. Hanya pada Tuhan dia mampu untuk mencurahkan.Setelah selesai melakukan sembahyang, Adinda kembali duduk termenung di serambi masjid. Lantunan ayat-ayat suc
Baca selengkapnya

Minta Cerai

Setelah berusaha cukup keras akhirnya Ardiaz berhasil membujuk sang istri untuk pulang ke rumah bersamanya. Walau sepanjang perjalanan Adinda hanya terus menangis dan tak mengatakan apa-apa. Ardiaz merasa tidak tega melihatnya. Walau dia sendiri masih kebingungan harus memberikan respon seperti apa atas kabar yang baru saja didengarnya.Ardiaz sangat terkejut mendengar berita kehamilan yang disampaikan Adinda. Seandainya janin itu adalah anaknya, maka pasti dia akan langsung sujud syukur karena bahagia. Tapi apa yang dia dengar justru membuat kecewa.Sebagaimana manusia normal pada umumnya, tentu Ardiaz tidak rela jika istrinya harus mengandung benih dari laki-laki lain. Tapi melihat kesedihan dan keputus asaan yang tampak jelas di wajah Adinda, rasanya dia tidak mampu mengutarakan keberatannya. Cintanya pada Adinda terlalu besar.Ardiaz tahu saat ini Adinda sedang terpukul. Kenyataan itu tidak hanya berat baginya tapi juga bagi Adinda. Dari pada menggugat masalah lebih jauh, Ardiaz m
Baca selengkapnya

Kunjungan Sepupu

Seorang laki-laki berbadan tinggi tegap dengan setelah jas yang begitu rapi memasuki loby rumah sakit. Kedatangannya telah menjadi pusat perhatian para petugas medis atau pun pengunjung yang ada di sana. Penampilannya saja mudah membuat orang menduga bahwa dia bukanlah golongan orang biasa.“Permisi. Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang resepsionis saat dihampiri oleh laki-laki itu.“Beritahukan di mana kamar pasien atas nama Arrasya Alvarendra,” ujarnya.Sang resepsionis pun segera memberikan informasi yang diinginkan. Saat mengetahui yang akan dikunjungi adalah pasien VVIP, dia semakin yakin bahwa laki-laki itu bukanlah orang biasa dan dia tidak ingin sampai melakukan kesalahan.Setelah mendapatkan petunjuk tentang kamar Rasya, laki-laki itu pun pergi dengan langkah mengikuti arahan resepsionis. Dia adalah Reganza Aditama, kakak sepupu dari Rasya. Ayah Regan merupakan kakak dari ibunya Rasya.Tak berbeda dari Rasya yang bergelut dalam bidang bisnis, Regan pun telah menjadi C
Baca selengkapnya

Mengunjungi Panti

Malam itu Ardiaz berhasil menenangkan istrinya walau dengan susah payah. Keesokan harinya, Adinda juga tidak masuk kerja dan mengajukan izin dengan alasan tidak enak badan. Dia tidak sepenuhnya berbohong karena memang sejak pagi dia sudah mual-mual dan muntah sampai beberapa kali.Adinda mengalami morning sickness yang biasa terjadi pada ibu hamil. Tubuhnya bahkan sampai terasa lemas. Pada saat seperti itu, Ardiaz juga tak kalah memainkan peran pentingnya sebagai seorang suami. Ardiaz tetap perhatian pada Adinda dan kandungannya walau tahu itu bukanlah anaknya.Ardiaz menunjukkan sikap siaga dan bertanggung jawab. Mulai dari memijat tengkuk sang istri, membuatkan teh hangat untuk mengurangi mual dan juga membawakan sarapan ke kamar. Perhatian Ardiaz membuat Adinda kembali mempertanyakan sikap sang suami.“Kenapa kamu sangat perhatian padahal kamu tahu dalam kandunganku ini adalah anak orang lain,” ujar Adinda yang sedang berbaring lemas di tempat tidur. Mendapat pertanyaan demikian, A
Baca selengkapnya

Peran Baru

Kunjungan ke panti asuhan membuat Adinda menyadari satu hal penting. Sekarang dia tahu apa tujuan Ardiaz membawanya ke sana. Setelah keluar dari panti, ekspresi wajah Adinda berubah menjadi murung. Dia benar-benar tertampar dengan pelajaran yang dia dapatkan.“Kenapa, Din?” tanya Ardiaz saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil. Dia memperhatikan Adinda yang terlihat bersedih.“Aku merasa tidak nyaman. Bagaimana bisa aku berkomentar buruk tentang ibunya Faraz sementara aku juga melakukan hal yang tidak jauh berbeda dari perempuan itu. Seperti dirinya, aku juga tidak menerima kehadiran anak ini dengan baik,” ungkap Adinda.Adinda sadar terlalu banyak keluh yang sudah dia utarakan atas kehamilan yang tak diharapkan. Perlahan dia mengusap perutnya yang masih rata. Dia mulai berpikir bagaimana perasaan sang bayi jika tahu bahwa kehadirannya tidak diinginkan.“Bukankah hubungan ibu dan anak sangat terikat? Katanya janin dalam kandungan bisa merasakan apa yang dirasakan oleh ibunya. Ak
Baca selengkapnya

Pengakuan Mengharukan

Sikap Adinda kembali menjadi pendiam setelah pertemuan tak sengaja dengan Anifa. Dia tidak banyak memberikan penjelasan. Untung saja saat di mall Ardiaz langsung berinisiatif untuk mengalihkan topik dan mencairkan suasana. Namun tetap saja Adinda yakin pasti adik iparnya merasa curiga.Sekarang Adinda menjadi cemas. Dia berpikir bagaimana akan menghadapi keluarganya dengan berita kehamilan itu.“Bagaimana jika Anifa menceritakan kejadian hari ini pada ayah dan ibumu, Mas?” ujar Adinda setelah mereka tiba di rumah.“Memang apa masalahnya kalau Anifa memberitahu orang rumah?” balas Ardiaz justru merasa begitu santai. Sangat berbanding terbalik dengan Adinda yang terus gelisah.“Apalagi kau tahu sendiri bahwa mama dan papa memang sangat ingin segera mendapatkan cucu. Aku yakin mereka akan sangat bahagia jika mendengar kabar tentang kehamilanmu,” imbuh Ardiaz.“Tapi, Mas. Kamu tentu tidak lupa bahwa anak ini bukanlah anak kandungmu. Seharusnya aku tidak lupa bahwa ini bukan hanya tentang
Baca selengkapnya

Resign

Ardiaz menenangkan Adinda agar perdebatan mereka tidak terjadi di rumah orang tuanya. Sesungguhnya Ardiaz memang belum membicarakan lebih jauh dengan istrinya terkait resign kerja. Itu baru sebatas rencananya sendiri saja.Tapi dari respon Adinda, Ardiaz bisa melihat tampaknya sang istri tidak menyukai rencana itu. Ardiaz bisa mengerti bahwa Adinda sejak awal telah terbiasa menjadi wanita mandiri. Namun kondisinya yang sudah berbadan dua membuat Ardiaz berpikir akan lebih baik jika Adinda tidak terlalu terbebani dengan pekerjaan.Ardiaz pun memberi pengertian setelah mereka pulang. Bahkan tanpa menunggu Ardiaz menjelaskan, Adinda sudah lebih dulu melayangkan protes.“Apa maksud Mas Ardiaz mengatakan lebih baik aku berhenti kerja?” tanya Adinda.“Tenang dulu, Din. Ayo kita duduk dan bicarakan semuanya baik-baik,” ajak Ardiaz. Adinda pun menurut dan mereka berdiskusi di sofa ruang tamu.“Sebenarnya itu baru rencanaku saja. Aku hanya memikirkan kebaikanmu,” ujar Ardiaz memulai penjelasan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status