Pada dasarnya Alvia adalah perempuan yang memiliki empati tinggi. Dia turut prihatin mendengar masalah yang menimpa Adinda. Dia menunjukkan kepeduliannya dengan tidak membiarkan Adinda melakukan pemeriksaan kandungan sendirian.Alvia mengutarakan maksudnya untuk menemani Adinda. Adinda sempat menolak tapi Alvia juga tidak mau menurut.“Aku bisa menemui dokter sendirian,” kata Adinda.“Pokoknya aku akan ikut denganmu. Kalau kamu merasa tidak nyaman, bagaimana kalau kita gantian saja? Aku akan menemanimu melakukan pemeriksaan kandungan dan sebagai gantinya kamu harus menemaniku menjaga tunanganku, bagaimana?” tawar Alvia. Mau tidak mau Adinda akhirnya menyepakati hal itu.Alvia menemani Adinda menemui Dokter Sellia. Dokter mengatakan kondisi kandungannya cukup sehat walau tetap ibunya harus banyak istirahat. Berbeda dengan Adinda yang tampak biasa saja, Alvia justru sangat antusias selama proses pemeriksaan.Setelah keluar dari ruangan dokter dan ditanya oleh Adinda mengenai hal itu, Al
Setelah beberapa saat akhirnya Alvia datang bersama seorang dokter dan perawat. Alvia sempat menceritakan adegan yang baru saja terjadi, walau dokter tidak bisa turut menyaksikan langsung sebab genggaman tangan Rasya sudah lebih dulu dilepas oleh Adinda.Dokter pun memeriksa kondisi Rasya. Sementara itu Adinda melanjutkan niatnya untuk pergi dari sana. Dia berpamitan dan meninggalkan ruangan tanpa menunggu penjelasan dokter. Semakin lama berada di sana membuatnya semakin merasa tidak nyaman. Alvia juga tidak mencegahnya.Lagi pula Adinda merasa tidak enak hati pada Alvia. Entah bagaimana perasaan Alvia saat mendengar tunangannya mengingau nama perempuan lain. Adinda tidak ingin keberadaannya di sana semakin memicu kesalah pahaman.Adinda berjalan pelan menyusuri lorong rumah sakit. Pikirannya masih sibuk mengingat apa yang terjadi pada Rasya. Adinda juga memperhatikan pergelangan tangannya yang merupakan bekas genggaman laki-laki itu.“Apa ini? Kenapa aku merasakan sesuatu yang berbed
Setelah memutuskan berhenti dari pekerjaannya, Adinda hanya menghabiskan kesehariannya di rumah. Terkadang jika bosan dia memilih untuk menemani Ardiaz pergi ke restoran. Meskipun di sana dia juga tidak melakukan apa-apa dan hanya menyaksikan bagaimana suaminya bekerja.Kejadian yang melibatkannya dengan Rasya di rumah sakit membuat Adinda membatasi diri. Adinda tidak lagi mengunjungi Alvia dan tunangannya itu. Bahkan untuk melakukan pemeriksaan kandungan pun sekarang Adinda selalu meminta untuk ditemani Ardiaz. Dia tidak pernah mau pergi sendiri lagi.Adinda juga semakin mempererat hubungannya dengan Ardiaz. Dia selalu memanfaatkan kesempatan untuk dekat dengan sang suami. Itu sebabnya dia selalu meminta ikut setiap kali Ardiaz mau pergi bekerja.Adinda melakukan semua itu karena tidak ingin ada celah di hatinya untuk laki-laki lain. Dia merasa itu sudah seharusnya dia lakukan sebagai seorang istri. Dia tidak ingin bayangan Rasya atau pun laki-laki lainnya mengusik perasaannya pada A
“Bagaimana kamu bisa tahu mengenai kondisi Mas Ardiaz sampai sejauh itu?” tanya Adinda berbicara berdua dengan Kafia di tempat yang sedikit terpisah dari kerumunan keluarga yang lain.Adinda cukup dibuat tercekat dengan pengakuan Kafia tentang Ardiaz yang dinyatakan tidak bisa memiliki keturunan. Bahkan tidak hanya Adinda, Ardiaz dan ibunya yang juga ada di sana turut merasakan hal yang sama.Untungnya Kafia segera mengalihkan perhatian mereka dengan mengatakan kemungkinan dokter salah diagnosa karena buktinya sekarang Adinda sudah hamil. Kafia menjelaskan itu hanya pemeriksaan beberapa tahun yang lalu dan dilakukan oleh dokter yang baru praktik jadi ada kemungkinan hasilnya salah.Sementara itu Adinda sudah gemetar tak terkira mendengar pernyataan Kafia. Dia takut keluarga mereka curiga dan mempertanyakan asal usul calon bayi dalam kandungannya.“Aku adalah dokter dan aku berteman cukup lama dengan Ardiaz jadi wajar jika aku mengetahuinya,” balas Kafia santai. Dia bisa melihat ekspre
Kabar baik tentang kondisi Rasya yang sudah sadar menjadi secercah sinar kebahagiaan bagi keluarga Ardito dan Rehana. Saat mendapatkan kabar itu, mereka langsung datang ke rumah sakit. Sementara Alvia yang setia berada di sana menjadi orang pertama yang menyaksikan kekasihnya kembali membuka mata.“Mama sangat senang akhirnya kamu sadar, Sayang. Padahal sebelum ini, hampir setiap hari mama merasa takut. Mama takut tidak akan bisa memelukmu lagi,” ujar Rehana begitu terharu sembari merangkul Rasya yang duduk bersandar.“Maaf membuat kalian semua cemas karena kondisiku. Tapi sekarang aku sudah lebih baik,” balas Rasya.“Tadi dokter juga sudah melakukan pemeriksaan. Katanya semua fungsi organ sudah normal. Hanya saja Rasya mungkin harus melakukan beberapa terapi untuk melatih motoriknya seperti berjalan. Mengalami koma selama beberapa bulan mungkin akan membuat kakinya sedikit kaku,” jelas Alvia menyampaikan apa yang dikatakan oleh dokter.“Tidak masalah. Rasya tidak akan keluar dari rum
Perasaan Rasya begitu gelisah saat Alvia menyebut nama Adinda. Rasya tidak tahu apa saja yang sudah terjadi selama dirinya mengalami koma. Hanya saja dia berpikir tidak mungkin Alvia mengenal Adinda karena Rasya juga masih menutup erat rahasia kejadian malam itu. Hanya dirinya dan Andre yang tahu.“Sebenarnya aku punya seorang teman. Namanya Adinda. Aku pernah meminta bantuannya untuk menjagamu di sini. Hari itu dia menemaniku menjagamu. Tiba-tiba kamu menggenggam tangannya dan menyebut nama Adinda,” jelas Alvia.“Jadi Adinda itu temanmu?” tanya Rasya. Penjelasan Alvia membuat Rasya sedikit merasa lega. Dia berpikir ada banyak nama Adinda. Bisa jadi Adinda temannya Alvia bukanlah Adinda yang Rasya kenal.“Iya. Tapi aku juga tidak mengerti kenapa kamu bisa menyebut namanya. Padahal kalian tidak pernah saling kenal sebelumnya. Apakah ada Adinda lain dalam hidupmu?” tanya Alvia kembali membuat Rasya tercekat. Dia gelagapan sibuk mencari alasan agar tidak ketahuan.“Emm...tidak juga. Mung
Jantung berdebar tak karuan saat Adinda melihat Rasya sudah berdiri tak jauh dari dirinya dan Alvia. Adinda memperhatikan Rasya dengan baik. Sekarang laki-laki yang semula hanya terbaring tak berdaya itu telah kembali bangkit dan berpijak dengan kedua kakinya sendiri.Mungkin seharusnya Adinda turut berbahagia untuk Alvia atas kesembuhan Rasya. Tapi entah mengapa bertemu dalam keadaan seperti itu justru membuat Adinda merasa tidak nyaman. Ada gelisah dan sedikit rasa takut yang tak bisa dijelaskan alasannya.“Hei, kamu ke sini, Sayang?” sapa Alvia sembari bergelayut manja di lengan Rasya. Adinda hanya menjadi penonton adegan mereka.“Iya tadi aku menunggumu karena kita akan segera pulang. Kamu terlalu lama jadi aku mencarimu,” jawab Rasya.“Maaf. Aku tidak sengaja bertemu dengan temanku. Sekalian aku ingin memperkenalkan kalian karena kamu juga sudah di sini,” kata Alvia.“Perkenalkan ini Adinda. Dia temanku yang pernah aku ceritakan padamu,” ujar Alvia.“Saya Rasya, tunangannya Alvia
Pada keesokan hari setelah pulang dari rumah sakit, Rasya sudah bertekad untuk masuk kantor. Dia juga mengabaikan Rehana yang memintanya untuk istirahat dulu di rumah. Rasya meyakinkan bahwa dirinya sudah baik-baik saja. Padahal sesungguhnya yang membuat Rasya begitu bersemangat untuk masuk kantor bukanlah perihal pekerjaan.Dia tak sabar ingin segera bertemu Andre. Sesuai rencana dia akan meminta Andre mencari informasi lagi terkait kehidupan Adinda. Dia tidak bisa menyerahkan tugas itu pada orang lain sebab selama ini yang mengetahui masalahnya dengan Adinda hanyalah Andre.Kerahasiaan tetap harus terjaga. Selain karena sudah punya tunangan, posisi Rasya sebagai pewaris tunggal perusahaan milik ayahnya juga tetap harus diperhatikan. Kalau sampai tersebar kabar tentang dirinya yang meniduri seorang wanita sebelum menikah, maka pasti image perusahaan juga akan tercoreng.Andre adalah salah satu orang yang sangat dia percaya. Tidak hanya asisten biasa, Rasya sering meminta nasihat dan