All Chapters of Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap): Chapter 61 - Chapter 70

83 Chapters

Part 60 | Under the Blanket

Keduanya tiba di kamar hotel mereka. Earl yang tetap menggendong Alle dari lobi hotel ke kamar mereka langsung menurunkan Alle dengan perlahan. Sedangkan Alle hanya memejamkan matanya berusaha untuk menghilangkan pening yang terus menggelayuti. Wanita itu sekali lagi hampir oleng saat Earl menurunkannya dari gendongan pria itu. “Aku akan membersihkan diri dulu ya.” Alle langsung pergi ke kamar mandi dan tubuhnya luruh begitu saja begitu pintu kamar mandi tertutup. Wanita itu menjambak rambutnya kuat dan pelan-pelan merintih. Dia menyalakan keran air agar rintihannya tidak terdengar. Lima belas menit kemudian Alle keluar dari kamar mandi. Dia masih merasa pusing namun terasa lebih baik sekarang. “Xa, kau baik? Kau terlihat pucat, Xa.” Earl menatapnya khawatir namun Alle seperti biasa selalu tersenyum. “Tentu saja aku baik. Cepat bersihkan dirimu, aku sangat mengantuk.” Alle mendorong Earl untuk ke kamar mandi, sedangkan wanita itu menuju ranjang dan masuk ke dalam selimut. Matanya
Read more

Part 61 | (Not) A Farewell

Alle menarik napasnya panjang dan mengeluarkannya perlahan. Akhirnya dia kembali tiba di Jerman setelah fashion week-nya selesai dan sukses. Dia tersenyum dan tidak sabar untuk bertemu dengan Earl. Sejak pria itu pulang ke Jerman dan meninggalkannya, Alle semakin merindukan pria itu, dia bahkan menangis di malam-malamnya karena begitu ingin melihat dan mendengar Earl. Dia sudah berusaha untuk menghubungi Earl namun pria itu benar-benar tidak bisa dihubungi, entah karena apa, Earl mengabaikan setiap pesannya padahal dia begitu merindukan pria itu. Alle ingin menemui dokter setelah bertemu pria itu, frekuensi sakitnya, mualnya semakin sering. Dia berharap jika dirinya benar-benar hamil. Sebelum memastikan ke dokter, Alle ingin mencoba mengeceknya dengan test pack. Dia begitu merindukan untuk membuat makan malam untuk Earl, jadi setelah ini dia hanya akan menuju sebentar ke apotik lalu bergegas kembali ke rumah. Rumah begitu sepi, tentu saja hanya ada maid yang menyambutnya. Alle berg
Read more

Part 62 | My Hardest Goodbye

“Apa lagi yang coba untuk kau sangkal, Earl! Aku mencari bukti ini dengan susah payah. Namun kau tidak mempercayaiku?!” “Valeria. Kau tidak masuk akal, tidak mungkin Alle mencintaiku dan justru sengaja menjebakku dalam pernikahan ini. Dia yang berkorban untukku, untuk kita.” Earl masih tidak mengerti dengan semua ucapan Vale bahkan bukti-bukti yang dimiliki wanita itu. Rasanya tidak masuk akal. Alle tidak mungkin melakukan hal bodoh dan mengkhianatinya. “Earl!! Aku sudah membawakanmu jurnal milik wanita itu! Semuanya tertulis jelas di sana! Kau bisa mengenali tulisan sahabatmu itu kan?! Jangan bodoh, Earl!” Valeria semakin marah karena melihat Earl justru seperti hilang arah. Earl pelan-pelan membuka jurnal itu lembar demi lembar, dia mengenali itu tulisan Alle, dia membaca setiap bagian dan membukanya satu persatu, dadanya bergemuruh dengan perasaan sesak juga marah dan benci. Sejauh itu Alle telah mengkhianati persahabatan mereka. Bahagia dengan pernikahan mereka di saat dia be
Read more

Part 63 | Be Alright

“Brengsek!” Jeremy memukul meja kerjanya penuh kekalutan dan emosi, dirinya baru saja menerima informasi tentang apa yang telah terjadi antara Earl, Alle dan Vale. Bom waktu itu akhirnya meledak, dia tidak peduli dengan apapun kecuali Alle, wanita itu yang paling terluka dan dirugikan di sini.Dengan tergesa Jeremy segera menghubungi nomor Alle, namun wanita itu tidak menjawab panggilannya sama sekali. Sekali dua kali namun panggilannya masih belum juga diangkat. Hingga panggilan yang ke enam, Jeremy akhirnya menghela napas lega karena mendengar suara wanita itu.“Allexa,” panggilnya dengan nada penuh kelegaan.“Hai, Jer. Ada apa?” Tanya wanita itu begitu santai, yang membuat Jeremy menahan diri untuk tidak berteriak karena rasa khawatir.“Kau baik-baik saja? Di mana sekarang? Kenapa tidak mengatakan apapun padaku, Xa. Aku khawatir setengah mati.” Jeremy mengerang frustasi namun ketakutannya dibalas oleh tawa ringan oleh Allexa.“Allexa, tidak ada yang lucu sama sekali. Kau baik-baik
Read more

Part 64 | Another Sorrow

“Apa yang kau lakukan Valeria?!” Earl berteriak saat Valeria tiba-tiba menyodorkan surat cerai dengan Alle yang sudah tanda tangan di sana. “Kau masih bertanya? Aku mengurus semuanya untukmu, Earl! Sekarang tinggal kita mengurus pernikahan kita.” Valeria tidak kalah emosi. Earl begitu sulit dihubungi akhir-akhir ini, sejak semuanya meledak. Pria itu begitu sulit untuk dijangkau.“Bisa kau memberiku waktu untuk semua ini, Vale? Aku butuh waktu, untuk mengerti dan menerima semua ini. Kehilangan Alle atas apa yang dilakukan wanita itu, hubungan kita, dan semua ini. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri.” Earl menatapnya frustasi, namun mendengar itu Valeria justru mendecih kesal.“Earl! Seharusnya kau bahagia dengan semua ini! Menenangkan diri? Untuk apa?! Kita bisa memiliki jalan yang mulus menuju pernikahan, seperti yang kita impikan selama ini. Seharusnya kau sangat bahagia seperti yang aku rasakan! Apa katamu? Kehilangan Alle? Kau merasa kehilangan?! Kau tidak mencintainya kan, Ear
Read more

Part 65 | He Knows

Alle terbangun saat mendengar ketukan pintu yang cukup nyaring di pagi hari. Wanita itu mengerjap dan dengan segera beranjak untuk membuka pintu.“Jeremy? Kau datang lagi?” Alle terkejut saat melihat Jeremy kembali datang dengan berbagai sayur dan buah juga daging seperti yang biasa pria itu bawa setiap ke sini. Pria itu langsung masuk dan hanya membalas keterkejutan Alle dengan senyum lebarnya. Menuju dapur dan membuka kulkas untuk menata semua belanjaan itu. Alle mengikutinya dari belakang, merasa terharu juga bersalah karena dia selalu membuat Jeremy repot.Sudah hampir dua bulan sejak dirinya tinggal di Swiss. Dia menemukan kedamaian dan ketenangan walau terkadang kesepian dan kesedihan itu ia rasakan. Usia kandungannya sudah tiga belas minggu, sudah tiga bulan lewat satu bulan. Dia bahagia dan bersyukur untuk setiap detik yang berhasil ia lewati. Kenyataan tentang penyakit yang baru ia ketahui saat dirinya baru tiba di sini nyatanya tidak membuatnya larut dalam kesedihan, karena
Read more

Part 66 | The Final Decision

Earl melonggarkan dasi yang terasa mencekiknya seharian ini, dia baru saja tiba di Hamburg setelah perjalanan bisnisnya di Hongkong dua minggu, lalu dilanjutkan ke China dan terakhir Jepang, bisnisnya di wilayah Asia sedang mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan membuatnya sangat sibuk. Pria itu benar-benar terlihat gila kerja, bahkan semua pesan Vale yang terus bertanya kapan kepulangannya untuk mengurus pernikahan mereka hanya dijawab sekadarnya oleh Earl dengan janji-janji yang hanya omong kosong.Hidup pria itu kini hanya tentang bekerja, bekerja dan bekerja. Dia tengah menghindari sesuatu, namun seolah enggan untuk mengakuinya. Perasaan yang dia rasakan justru berbanding terbalik dengan yang seharusnya. Dia merasa hampa, kehilangan All benar-benar menyakitkan, namun seharusnya dia bahagia, karena hubungannya dengan Vale akan berjalan mulus, wanita itu bahkan sudah menyusun tentang pernikahan mereka dan sibuk sendiri. Namun, yang Earl rasakan hanya kehampaan yang tiada ak
Read more

Part 67 | We Are Just Stranger

Alle terbangun dua jam kemudian, wanita itu tampak berpikir, apakah kejadian dia melihat Earl datang dan mengetahui kehamilanya hanyalah mimpi semata? Perutnya yang terasa lapar membuat dia memilih beranjak dari ranjangnya, namun saat membuka pintu kamarnya dia melihat sebuah koper besar teronggok di dekat sofa. Lalu saat langkahnya menuju dapur dia melihat Earl tengah membuat sesuatu di sana. Pria itu memasak? Alle mengernyit keningnya bingung, sadar juga jika yang tadi bukanlah mimpi semata.Earl yang menyadari kedatangannya, menatapnya sekilas lalu fokus kembali pada kegiatannya. “Makanlah, kau terlihat begitu kurus untuk ukuran wanita hamil. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada bayiku.” Tau-tau Earl sudah menyiapkan semangkuk nasi juga sup daging dengan berbagai sayur-mayur yang sangat menyehatkan. “Tidak perlu berpikir macam-macam! Aku hanya ingin memastikan anakku sehat dan tumbuh dengan baik! Kita hanya dua orang asing yang terpaksa terikat karena bayi kita.” Ucap Earl begitu
Read more

Part 68 | Such Excruciating Pain

“Brengsek!! Apa yang kau lakukan di sini, bastard?!” Jeremy berteriak penuh emosi, tatapannya nyalang, membuat Alle yang mendengar teriakan langsung berlari menuju sumber suara.Earl yang tidak terima langsung memberikan pukulan balik pada pria itu, berkali-kali. Jeremy kembali membalasnya dan perkelahian itu tidak bisa diindahkan. Keduanya saling baku hantam seolah melampiaskan semua emosi yang mereka tahan selama ini.“Ya Tuhan! Stop! Apa yang kalian lakukan?! Stop!!” Teriakan Alle nyatanya tidak digubris oleh keduanya yang masih terlibat baku hantam. Alle ingin melerai namun dirinya cukup waras untuk tidak berada di antara kedua orang yang kesetanan. Tau-tau dirinya yang terkena pukulan. Alle lalu mengambil vas kaca di dekatnya, membantingnya dengan keras di lantai hingga menimbulkan bunyi yang memekakkan telinga. Membuat kedua pria itu berhenti dan menatap Alle seolah baru tersadar. Alle menatap keduanya dengan kecewa. “Rumahku bukan arena tinju!” Alle berteriak, membuat Jeremy
Read more

Part 69 | See You Again, Maybe?

Alle terjaga pukul dua pagi, lagi-lagi dia terbangun dengan melihat punggung Earl yang begitu kokoh, tengah sibuk dengan laptopnya, melihat itu membuatnya semakin merasa bersalah. Dia lalu pelan-pelan beranjak dan mendekat pada Earl, membuat pria itu tersadar dan menatapnya penuh tanya. Sudah dua minggu sejak Earl datang dan pria itu selalu mengerjakan pekerjaannya dari Swiss, hari-harinya begitu sibuk dengan berkutat di depan laptop atau menerima dan melakukan banyak panggilan .“Ada apa? Ada yang kau inginkan? Kau lapar?” Tanya Earl yang beranjak dari duduknya, membuat Alle menggeleng dan tersenyum tipis, Earl menunjukkan kekhawatirannya dan Alle bahagia dengan perhatian kecil itu walaupun dia tau semua yang pria itu lakukan hanya karena bayinya.“Tidak apa-apa. Earl, aku melihatmu begitu kesulitan menghandle pekerjaanmu hingga melihatmu bekerja sepanjang hari bahkan hingga tengah malam. Kumohon kembalilah ke Jerman, kau bisa mengunjungi bayi kita setiap weekend, atau kita bisa mela
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status