All Chapters of Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap): Chapter 51 - Chapter 60

83 Chapters

Part 50 | Failed Date

Pria itu terlihat tengah sibuk bersiap-siap untuk pulang, mengambil tuxedonya juga kunci mobilnya. Senyumnya mengembang sempurna saat melirik arloji di tangan kirinya sudah menunjukkan pukul lima sore. Dia memiliki hari yang special hari ini. Jadwal dating dengan sang istri malam ini. Pria itu –Earl- sudah akan mendial nomor Alle dan mengatakan jika dia akan menjemputnya di bouetique. Namun sebuah panggilan masuk dari Vale terlebih dahulu menghentikannya. Membuatnya mengernyit bingung lalu menjawab panggilan itu. “Vale? Ada apa, sayang?” Tanya Earl yang berubah khawatir saat mendengar Vale yang merintih juga terisak di telepon. “Earl … Aku …. Aku sakit. Bisakah … bisakah kau datang?” Sebuah suara lirih Vale yang tak berdaya membuat pikiran Earl langsung buyar. “Apa yang terjadi, Vale? Kenapa tiba-tiba sakit?” Tanya Earl yang kini sudah berjalan meninggalkan ruangannya dengan langkah tergesa. “Aku … aku sakit perut dan terjatuh di kamar mandi. Argh ….. Earl …. Aku tidak tahan. P
Read more

Part 51 | A Night With Jeremy

Bukan tanpa alasan Jeremy tiba-tiba datang. Dia tau dengan pasti dan yakin jika Alle dan Earl memang memiliki kencan seperti yang wanita itu ceritakan sebelumnya. Sejak jam lima tadi Jeremy menunggu wanita itu dari boutique-nya. Mengikuti ke mana Alle pergi dan melihat bagaimana tatapan sedih juga kecewa wanita itu saat di kafe setelah menunggu berjam-jam. Dalam hati benar-benar mengutuk Earl dan Vale. Lalu saat melihat Alle justru pergi ke sini, tidak ada alasan baginya untuk tidak menemani wanita itu menghapus sedihnya. “Ini punyamu.” Alle tiba-tiba saja sudah di depannya. Menyodorkan Currywurst-nya yang aromanya benar-benar membuat perut Jeremy semakin keroncongan. Pria itu tertawa dan langsung menerimanya dengan senang hati. Ternyata Alle juga memesan satu, pria itu lalu kembali merangkul Alle untuk menuju salah satu kursi panjang yang kosong selagi mereka menikmati Currywurst mereka. Keduanya benar-benar menikmati waktu mereka, menikmati semua wahana dan mencoba beberapa makan
Read more

Part 52 | Should I Give Up?

Jeremy menghela napasnya sekali lagi, menunggu kedatangan Edward di kediaman Addison. Jantungnya berdegup cepat, ingin mengatakan keputusannya, mungkin dia akan mengecewakan Edward, namun dia tau ini yang terbaik. “Jeremy, nice to see you here. It’s been two weeks? Or more? After you went back to Hamburg.” Sapaan Edward dengan senyum sumringah membuat Jeremy membalasnya singkat. “Ayo ke ruanganku saja, agar kita bisa lebih leluasa untuk bicara.” Edward memimpin dan Jeremy mengikutinya. “Jadi bagaimana Afrika, Jeremy? Aku harap mendengar kabar baik darimu.” Tanya Edward masih dengan senyumannya. “Yeah, pekerjaan sangat baik, semua berjalan sebagaimana mestinya, mungkin dalam tiga sampai enam bulan ke depan aku harus melakukan peninjauan kembali.” “Bagus, kau tidak pernah mengecewakan.” “Your secret mission?” Tanya Edward dengan tatapan lebih mendetail, tidak ada lagi senyum di wajahnya. “That’s the point why I am here.” Ungkap Jeremy menghela napas panjang. “Aku menyayangin
Read more

Part 53 | Here the Same Shit Again

Alle tiba di kediaman Addison dengan jantung yang berdegup kencang, juga rasa sesak yang terus menemani dalam setiap langkahnya. “Allexa, Ya Tuhan sayang.” Jennie yang melihat kedatangan Allexa saat memasuki ruang tamu langsung menyambutnya dengan sumringah dan memeluk Alle. “Mommy, apa Daddy ada?” Tanya Alle dengan senyum tipisnya, wajahnya menyiratkan sesuatu dan Jennie bisa melihatnya, membuatnya mengernyit bingung. “Allexa, kau datang? Sendirian?” Suara itu membuat Alle membalikkan badannya dan tersenyum melihat Edward yang terlihat baru pulang dari kantor. “Ya, Dad. Kebetulan sekali, aku ingin bertemu denganmu dan Mommy.” Ujar Alle lirih, membuat Edward dan Jennie saling bertatapan. “Apa Vale di rumah?” Lanjut Alle. “Tidak, dia bilang akan menginap di apartement malam ini, temannya mengadakan party katanya.” Jawab Jennie membuat Alle mengangguk. “Bolehkah kita berbicara di ruang kerja Daddy, ada hal yang ingin aku tanyakan.” “Tentu, tentu sayang. Ayo kita ke sana.” Edward
Read more

Part 54 | The Long Fight

Vale terus menggelayut manja di lengan Earl, dia sengaja datang ke kantor Earl tadi sore, menjemput pria itu dan mengatakan ingin membuat makan malam special untuknya, hari ini bertepatan dengan anniversary mereka. Membuat Earl tidak bisa menolak, dia berpikir, setidaknya dia harus merayakan anniversary mereka terlebih dahulu baru menepati janjinya untuk kencan dengan Alle. Waktu kini sudah menunjukkan pukul delapan malam. Keduanya baru saja menyelesaikan makan malam mereka dan kini tengah bersantai di ruang tamu. “Vale, aku harus pulang ya. Aku memiliki janji dengan Alle, aku akan berdosa jika mengingkarinya lagi.” Ucapan dari Earl membuat Vale langsung mendecak dan menatap tajam ke arah Earl. “Bagaimana kau bisa mengatakan itu dengan mudahnya?! Ini perayaan hari jadi kita! Dan kau ingin meninggalkanku!! Apa kau sudah tidak mencintaiku?!!” Vale berteriak penuh frustasi dengan air mata yang berlinang, membuat Earl menarik napasnya dan mengacak rambutnya dengan perasaan kacau. Memb
Read more

Part 55 | The Shit is Revealed

Earl terbangun dan tidak mendapati Alle di sana. Pria itu menggeram saat menyadari keadaannya yang masih telanjang. Seharusnya kemarin dia bisa menahan diri dan langsung pergi dari sana, dan seharusnya Alle tidak memancingnya. Dia semakin merasa bersalah pada Alle, menikahi wanita itu saja membuatnya tersiksa akan rasa bersalah, lalu sekarang dia justru menikmati tubuh wanita itu yang seharusnya tidak pernah ia lakukan. Dia lalu beranjak dari ranjang dan memakai pakaiannya, bergegas untuk menemui Alle yang sudah dia pastikan ada di dapur. “Allexa.” Panggil Earl dengan nada suara yang berat, membuat Alle yang sedang membuat pancake langsung menoleh dan tersenyum. “Sudah bangun?” Tanya Alle ringan, seolah tidak ada yang terjadi. “Allexa! Bagaimana kau bisa berbicara seenteng itu setelah yang terjadi?!” Earl terbawa emosi. Seharusnya wanita itu marah, ini yang kedua kalinya mereka melakukannya. Namun Alle lagi-lagi pasti akan berlindung atas dasar pernikahan. Seperti yang dia lakukan
Read more

Part 56 | Last Invitation for Dating

Alle mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, kepalanya tiba-tiba pening saat dia akan berdiri. Dia baru saja menyelesaikan meeting online-nya dengan beberapa sponsor untuk fashion week-nya. Alle memilih menuju sofa untuk berbaring di sana, berharap keadaannya akan membaik nantinya. Alle lalu mengusap lembut perutnya dengan senyum tipis yang muncul di bibirnya. “Mommy harap kau segera hadir ya sayang. Tapi Mommy minta maaf jika kita akan hidup tanpa Daddy nantinya. Tapi tenang saja, Mommy tetap akan mengenalkanmu pada sosok Daddy.” Alle menggumam lirih, tanpa sadar air matanya kembali turun. Dia tau perpisahannya dengan Earl sudah di depan mata. Cepat atau lambat pasti mereka mengetahui fakta jika mereka bukanlah saudara kandung dan tidak memiliki hubungan darah apapun. Pelan-pelan mata lelah itu terlelap, tepat saat itu seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya dari luar namun tidak ada jawaban, membuatnya pelan-pelan membuka pintu itu tanpa seizin pemiliknya. “Allexa,” Jeremy p
Read more

Part 57 | She Finds a Clue

Ini hari ke dua Alle di Melbourne, besok adalah hari pertama fashion week-nya digelar. Sejak tiba di Melbourne, Alle begitu sibuk untuk mengurus banyak hal. Walau begitu dia tetap berusaha untuk menanyakan keadaan Earl melalui pesan singkat. Namun masih belum ada jawaban dari pria itu. Alle juga sudah beberapa kali menghubunginya namun yang terdengar hanyalah nada sambung operator. “Xa, ayo makan malam.” Itu suara Jeremy yang membuatnya menyunggingkan senyum. Pria itu tiba di Melbourne kemarin, mengatakan jika dia sudah mengambil cuti penuh untuk melihat fashion week-nya. Alle bersyukur dan bahagia Jeremy ada untuk mendukungnya. “Oke, sebentar.” Alle bergegas, memperhatikan sekilas pesan-pesannya untuk Earl dan menghela napasnya panjang. “Kau ini, terlalu sibuk. Tadi melewatkan makan siang kan?” Tanya Jeremy dengan nada kesal, namun Alle hanya menanggapinya dengan tawa kecil. “Besok adalah hari pertama Jeremy, jantungku bergedup kencang, takut sesuatu yang buruk terjadi walau aku
Read more

Part 58 | All of Us are Messed

Tangan Vale bergetar dengan jantung yang bertalu keras membaca setiap bukti yang baru ia terima pagi ini di kantornya. Foto-fotonya saat kecil yang ia kenali, namun bukan dalam gendongan Edward atau Jennie, ada dua orang asing yang menggendongnya, dia dan kedua orang itu tertawa bahagia. Jantungnya semakin sesak saat membaca beberaoa artikel usang tentang kecelakaan maut pengusaha terkenal keluarga Wright lalu dirinya yang ada di panti asuhan dengan wanita itu, yang ia temui kemarin dalam paras yang masih muda, namun Vale bisa mengetahui semuanya. Hingga sebuah copy dokumen yang menyatakan keluarga Addison mengadopsi dirinya. Vale hanya bisa menganga dengan jantung yang bertalu keras, memukul-mukul dadanya yang terasa begitu sesak. Kenapa mereka tega sekali menyembunyikan fakta ini? Kenapa mereka tidak membiarkan dirinya mengenal orang tua yang telah melahirkannya? Jahat sekali mereka menjadikannya anak durhaka yang melupakan orang tuanya. Dengan tangan bergetar Vale menelpon sekertar
Read more

Part 59 | Last Dating

Alle tersenyum dengan raut wajah yang menunjukkan binar kebahagiaan walau cuaca malam ini begitu dingin. Dia mendekat ke arah Earl yang juga menunggunya dengan senyum lebar, pria itu mendekat dan meraih tangan Alle yang terasa begitu dingin. “Malam ini cukup dingin ya? Apa kita kembali ke hotel dan dinner di sana saja?” Tanya Earl menatapnya khawatir, pria itu menangkup wajah Alle yang sedikit pucat. Alle pasti lelah seharian ini dengan fashion week-nya, dan malamnya justru harus pergi dengannya. Gelengan keras Alle dengan raut kesal membuat Earl mengulum senyumnya. “Tidak bisa! Kau sudah jauh-jauh datang ke sini, aku juga ingin kencan denganmu di sini, sebagai last dating kita dalam waktu dua bulan ini.” Mendengar Alle dengan suara merengut membuat Earl menggenggam tangan gadis itu lebih erat dan memasukkannya ke saku mantelnya. “Baiklah, kita kencan malam ini, menjelajah kota Melbourne.” Earl lalu membimbing Alle menuju mobil, dia ingin membawa wanita itu ke pusat kota dan berjala
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status