Semua Bab Istri Sementara Tuan Adam: Bab 41 - Bab 50

98 Bab

Rahasia yang Terungkap

"Tidak apa-apa, ayo kita pulang!" jawab Tuan Adam sambil berlalu dari tempat itu.Melihat Tuan Adam yang meninggalkannya membuat Sovia jadi meradang. Lalu ia segera menyusul dan ketika berada di dalam mobil mereka kembali berbicara lagi."Kenapa kamu datangnya lama sekali Al?" tanya Sovia dengan kesalnya."Aku kena macet," jawab Tuan Adam singkat."Kamu kenapa diam saja tadi di depan orang tua Yusuf? Seharusnya kamu--""Please Sovia jangan dibahas lagi! Aku lelah hari ini," potong Tuan Adam dengan tegas. Ia sedang tidak ingin berdebat dengan istrinya. Pikirannya sungguh kacau karena kenyataan yang tidak pernah diduga.***"Hadiah dari om ganteng paling bagus, dari semua kado yang Yusuf dapat," ujar bocah itu sambil memeluk bolanya dengan erat ketika berada di dalam sebuah taksi online."Yusuf dengarkan ibu! Mulai sekarang kamu tidak boleh menerima atau meminta mainan dan hadiah lagi dari tante cantik atau om ganteng! Mengerti?" seru Sari yang membuat Yusuf terlihat bingung."Kenapa, i
Baca selengkapnya

35. Dia Anakku

Tuan Adam segera keluar dari kamar dan menemui security yang menjaga rumahnya."Selamat malam, Tuan?" ucap seorang security ketika melihat majikannya datang ke pos penjagaan."Malam, siapa kemarin yang mengantarkan Yusuf dan ayahnya pulang?" tanya Tuan Adam dengan serius."Saya, ada apa, Tuan?" jawab security itu sambil balik bertanya."Sebentar!" seru Tuan Adam sambil mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.[Hallo Kang Asep, saya sudah tahu di mana Sari tinggal. Tolong dengarkan baik-baik lokasinya!] ujar Tuan Adam kepada orang suruhannya itu.[Baik Tuan,] sahut Kang Asep dari seberang sana.Tuan Adam segera memberikan ponselnya kepada security itu seraya berseru, "Beritahu dengan jelas di mana lokasi rumah Yusuf!" Security itu tampak mengangguk dan menerima ponsel Tuan Adam. Tidak lama kemudian ia tampak berbincang dengan serius. Setelah selesai, lelaki itu mengembalikan handphone itu ke majikannya.[Bagaimana Kang?] tanya Tuan Adam.[Saya tahu daerah itu Tuan. Apa yang h
Baca selengkapnya

36. Aku Akan Terus Mencari

"Maaf." Hanya satu kata yang terucap dari bibir Tuan Adam sambil menatap Sovia ketika mereka sarapan pagi."Iya, itu sudah biasa bukan?" sahut Sovia seolah menyindir suaminya, tanpa membalas tatapan lelaki itu.Tuan Adam hanya menatap Sovia dengan tajam ketika mendengar hal itu dan selanjutnya suasana tampak hening."Kamu mau ke mana?" tanya Tuan Adam ketika melihat istrinya sudah terlihat rapi sepagi ini."Ke rumah Yusuf," jawab Sovia singkat.Tuan Adam seketika menyudahi sarapannya. Lelaki itu terlihat mulai gusar mendengar Sovia ingin ke rumah Sari. Ia harus mencari cara agar istrinya tidak pergi ke sana. Dirinya takut Sovia akan bertemu dengan Kang Asep."Baru kemarin kamu ketemu Yusuf, apa tidak bisa lain hari saja?" ujar Tuan Adam menyarankan agar Sovia mengurungkan niatnya. "Di sana aku bisa terhibur dan tidak kesepian." Sovia memberikan pernyataan agar Tuan Adam lebih peka akan keinginannya.Tuan Adam tidak menjawab karena sedang memikirkan cara agar Sovia tidak jadi pergi. S
Baca selengkapnya

Menghadapi Kenyataan

"Ya aku tidak enak saja sama Zein, kalau meninggalkan pekerjaan yang belum selesai. Biar semua rampung dulu baru setelah itu kita pulang," sahut Tuan Adam terdengar masuk akal. "Bagaimana kalau aku ikut membantumu di kantor? Biar pekerjaan dan masalah cepat selesai." pinta Sovia agar dirinya tidak merasa jenuh di vila ini.Tuan Adam tampak mengangguk dan menyetujui, "Ide yang bagus, jadi kamu tidak akan bosan di rumah menunggu aku pulang kerja.""Iya, lagi pula kalau di Jakarta aku bisa bertemu dengan teman-teman dan kerabatku di sana," timpal Sovia kembali, "Jadi kapan aku bisa membantumu di kantor?" tanyanya meminta kepastian."Mulai besok juga sudah boleh," jawab Tuan Adam kemudian. Sambil tersenyum Sovia pun berucap, "Terima kasih Al." Ia terlihat senang sekali dan yakin bisa membantu pekerjaan Tuan Adam karena dulu dirinya juga seorang wanita karier. Tuan Adam segera menyetujui keinginan Sovia untuk bekerja di kantornya. Dengan begitu ia bisa fokus untuk mencari petunjuk tenta
Baca selengkapnya

37 Kemarahan Sari

Sari sudah kembali ke rumah ibunya dan mulai beraktivitas seperti biasa. Ia sudah siap menghadapi semuanya karena lari dari kenyataan tidak akan menyelesaikan masalah. Justru akan membuat berlarut-larut. Sekarang semua harus jelas dan pasti, demi kehidupannya dan Yusuf.“Yusuf, ayo makan dulu!” seru Sari kepada anaknya yang sedang asyik bermain.“Yusuf mau main bola,” tolak bocah itu sembari berlarian di ruang tamu.“Nanti main lagi, sekarang kamu makan ya!” bujuk Sari dengan sabarnya.Yusuf terlihat menggeleng sambil menendang sesekali bola kesayangannya. Sari tampak menghela nafas panjang melihat anaknya tidak mau lepas dari benda itu. Selalu dibawa ke mana-mana, baik mau tidur, main, dan bahkan mandi sekali pun.“Jika tidak mau makan, nanti semua mainan kamu ibu akan buang!” ancam Sari menakut-nakuti agar anaknya mau berhenti bermain sejenak.Yusuf tidak menghiraukan perkataan ibunya dan masih terus bermain bola. Tanpa disengaja bocah itu menendang bola cukup kencang dan meluncur
Baca selengkapnya

38. Ketika Semua Harus Berakhir

Tuan Adam terlihat gundah karena semenjak Sovia membantunya di kantor semua pekerjaan dan masalah tertangani dengan cepat. Pasti sebentar lagi wanita itu akan segera mengajak suaminya pulang. Tuan Adam tidak mempunyai alasan untuk tetap tinggal, sedangkan tujuan utamanya berada di sini untuk mendapat maaf dari Sari belum ia dapatkan. Lelaki itu ingin segera menuntaskan sepenggal kisah masa lalunya.“Kalian ada di mana?” tanya Tuan Adam di dalam kegusaran hatinya.Tiba-tiba ponsel Tuan Adam berdering dengan segera ia menerima panggilan masuk yang ternyata dari Kang Asep. Lalu lelaki itu pun berucap, [Halo Kang, ada kabar apa?] tanyanya kemudian.[Saya sudah bicara dengan Nyonya Sari dan dia mau bertemu dengan Tuan besok di taman Bunga Nusantara,] tutur Kang Asep memberitahu.Mendengar laporan dari Kang Asep membuat Tuan Adam tampak senang, akhirnya ia bisa bertemu dengan Sari. Begitu banyak rindu yang akan terbayar dan berapa pertanyaan yang akan didapatkan jawabannya dari kejujuran
Baca selengkapnya

Ketika Semua Tidak Sesuai Harapan

“Maafkan aku Sari, sungguh diriku sangat menyesal atas semua yang kulakukan kepadamu, “ ucap Tuan Adam bersungguh-sungguh.Sari tidak langsung menjawab, bibirnya tampak bergetar dan mata wanita itu terlihat berkaca-kaca. Lalu ia pun berkata, “Kamu tahu bagaimana rasanya dicampakkan dari suami yang dicintai? Sakit sekali Tuan, aku harus menjalani hari-hari dengan anak yang tidak pernah diharapkan kehadirannya. Mendengar cibiran dan hinaan dari orang-orang, semua itu tidak akan pernah terganti dengan sebuah kata maaf!” tutur Sari dengan berapi-api dan seketika tangisnya pun pecah.Entah mengapa Sari mengungkapkan semua perasaannya yang terluka. Kini hati wanita itu merasa lebih lega, setelah menumpahkan semua beban yang selama ini dirasakannya.Mendengar hal itu seperti mendapat sebuah tamparan keras bagi Tuan Adam. Ia tidak menyangka Sari terluka teramat dalam akibat perbuatannya di masa lalu. Lelaki itu tampak menitikkan air mata, menyesali semua perbuatannya. Ingin sekali ia bisa m
Baca selengkapnya

39. Aku Bukan Pelakor

"Dia lebih dahulu ada dalam hidupku.” Tuan Adam memberikan pengakuan yang sangat mengejutkan semua orang, terutama Sovia. “Oh … begitu, pasti dia simpanan kamu dari dulu ya? Dasar pela—“Plak ! Untuk pertama kalinya Tuan Adam menampar Sovia. Wanita itu tampak menyeringis kesakitan dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Sambil memegangi pipinya yang terasa panas dan perih, Sovia segera pergi dari tempat itu dengan berderai air mata. Sungguh ia tidak pernah terima diperlakukan seperti ini. Hatinya terasa sangat sakit sekali. Tuan Adam merasa meyesal telah melakukan itu. Ia tidak pernah berniat untuk menyakiti Sovia. Lelaki itu kemudian segera berlari untuk mengejar istrinya seraya memanggil, “Sovia tunggu!”Ini bukan akhir pertemuan yang diinginkan oleh Sari. Wanita itu tidak pernah menyangka akan begini jadinya. Ingin mendapatkan sebuah kepastian, justru ia diberi gelar baru sebagai perebut suami orang.“Sari ada apa?” tanya Bayu sambil mendekati wanita itu.“Huh … sudah punya pacar
Baca selengkapnya

40. POV SOVIA (Sakit Hati)

Hatiku sakit sekali ketika melihat Al tadi menatap wanita itu dengan penuh cinta yang mana tidak pernah aku dapatkan dari sorot matanya selama enam tahun lebih pernikahan kami. Cintaku seketika hancur berkeping-keping, terasa sangat perih seolah menghujam jantung. Sungguh aku tidak pernah menyangka Al tega menduakan setelah aku memberikan seluruh cinta ini untuknya. Apakah yang kurang dariku, aku merasa begitu sempurna sebagai seorang wanita, tetapi kenapa Al berpaling kepada Puspa. Apalagi setelah dia memberikan pengakuan jika wanita itu telah ada terlebih dahulu di hatinya.Aku tidak terima diperlakukan seperti ini. Akan kubuat mereka menyesal atas apa yang kurasakan. Aku sangat marah sekali dan akan membuat perhitungan dengan kalian, terutama kepadamu Puspa. Entah apa yang membuat Al sangat mencintaimu, apakah karena Yusuf?“Akkkhhhh …!” Aku merasa sangat tertipu dan begitu bodohnya. Bisa jadi Yusuf adalah anak dari hasil perselingkuhan mereka. Pantas saja Al tidak mau setiap kua
Baca selengkapnya

41. Penyelidikan Sovia

Sovia tampak menyipitkan mata ketika sinar matahari menerpa wajahnya dari celah gorden yang tidak tertutup rapat. Ia segera bangun dan menyibak selimut. Wanita itu melihat ada jejak yang ditinggalkan oleh Zein yang seharusnya tidak boleh terjadi. Akan tetapi, rasa sakit hati itu telah membuatnya lupa diri. Sovia merasa tidak bisa berdiam diri saja dan menerima semuanya. Sebelum Al mengajaknya pulang, ia harus bertindak cepat mencari jawaban dan penyelesaian dari semua masalah ini. Sovia segera turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi. Setelah selesai, wanita itu bingung mau memaki baju apa. Hingga pandangannya tertuju pada pakaian di atas meja. Baju Sovia sudah kering dan harum, pasti Zein yang mencucinya. Ia segera mengenakan pakaian dan bergegas keluar dari kamar. Wanita itu melihat Zein sudah menunggunya di meja makan untuk sarapan.“Selamat pagi, Sov,” ucap Zein dengan seulas senyum yang mengembang.“Pagi,” sahut Sovia sambil duduk di hadapan Zein.“Sepertinya kamu tidur de
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status