Home / Romansa / Ditinggal Suami Dinikahi Bos / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Ditinggal Suami Dinikahi Bos: Chapter 71 - Chapter 80

143 Chapters

#Season 2 Part 1

Aku sudah bilang pada Teo untuk tidak membuat acara lain setelah pinangannya padaku kala itu. Bagiku semua sudah lebih dari cukup. Tapi namanya Teo selalu mengejutkanku dengan berbagai macam cara."Ibu mana?" tanyanya begitu sampai di kontrakan."Di belakang," jawabku singkat. Kami sempat berdebat di ponsel beberapa saat lalu."Martia?""Jalan-jalan sama Akila."Teo mengangguk-angguk. Ia berjalan maju mendahuluiku tanpa mengindahkan peringatanku sejak awal."Masyaallah, Teo. Udah dateng?" tanya Ibu yang langsung sadar akan kedatangan Teo. Suaranya terdengar sampai teras rumah. Aku pun menutup pagar dengan malas sambil menyeret langkah, berat."Iya, Bu. Dari semalem mau ke sini tapi sama Amira gak dibolehin," adu Teo pada ibu. Seolah dia anak kesayangannya."Ya lagian baru balik dari Medan, Bu. Capek pasti," ujarku membela diri."Wes, wes gak apa-apa, Teo. Ndak usah repot-repot. Semalem Amira jemput pake taxi online." Ibu menerangkan kondisi kami."Maafin Teo ya, Bu."Ibu menggeleng. I
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

#Season 2 Part 2

"Gimana? Udah oke?" tanya pria berbadan tinggi yang sudah satu tahun ini membantuku melakukan banyak hal."Oke, Bos."Dia melotot tajam. Sebal setiap aku memanggilnya lengkap seperti itu. Akan tetapi aku sering membantah dan tetap memanggilnya seperti itu."Di resto. Nggak enak," kilahku.Bos Teo merotasi matanya. Di resto yang baru akan dibuka ini hanya ada kami berdua. Namun, aku selalu berdalih itu."Iya. Iya, maaf. Habisnya nggak terbiasa," imbuhku."Harus dibiasakan. Masa iya ntar kita mau malam ...." Bos Teo mengerling.Kali ini gantian aku yang melotot. Menghentikan ucapannya."Malam-malam panjang panggilnya Bos terus. Nggak romantis, lah," lanjutnya. Tak jadi menggoda."Sejak kapan anda romantis?" tanyaku sinis. Selama dekat dengannya dia lebih banyak berteriak dan marah-marah setiap kali kerjaan tidak beres. Bahkan omelannya sudah seperti rapper ternama."Nglamar pakai resto buat hadiah nggak romantis?" bantahnya dengan mata mengerjap. Seperti tak nyaman dengan pertanyaannku
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more

#Season 2 Part 3

Rasanya cukup aneh melihat cincin itu tersemat di jari manisku. Setelah banyak hal yang kulalui tentunya. Dan hari ini pengajuan surat cuti menikah sudah kusiapkan. Aku tinggal menyerahkannya ke atasan sekaligus memberikan undangan pernikahan."Masuk!" seru Bu Hanania pimpinan akademi tempatku mengabdi. "Oh, Amira. Bagaimana?"Aku melangkah maju. Sebenarnya cukup aneh saat bicara dengan Bu Hana seformal ini karena kami nampak seumuran. Namun, beliau tetaplah atasan jadi rasa hormat dan patuh itu wajib ada."Saya mau izin Bu untuk minggu depan. Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya.""Merrit?" tanya Bu Hana memastikannya.Aku mengangguk kecil. "Iya, Bu.""Kamu mantap untuk membuka lembaran baru Amira? After 3 taun?"Aku mengangguk lagi. "Ini undangan untuk Bu Hana."Bu Hana mengambil undangan itu seraya melihatnya takjub. "Ikut senang saya, Amira. Semoga berjalan sesuai rencana. Saya pastikan akan datang.""Amiin. Terima kasih, Bu.""Ya."Dan satu per satu urusan mulai terseles
last updateLast Updated : 2023-02-04
Read more

#Season 2 Part 4

Motor matic merah kupacu lebih kencang dari biasanya. Jam pulang kantor, jam mulai les, jam beberapa orang berburu makanan selalu lebih padat. 5h yang biasanya cukup dua puluh menit pun bisa lebih."Bu Guru, maaf saya terlambat," seruku begitu sampai di dalam gedung. Nampak sekolah Akila sudah sepi."Akila sudah dijemput, Ibu. Tadi ada yang ayahnya ke sini.""Ayahnya?"Bu Guru mengangguk. "Ya. Karena sudah cukup sore dan saya tidak bisa menghubungi ibu jadi saya hubungi ayahnya.""Bu Guru telepon saya?" tanyaku nanar."Coba dicek hpnya, Bu."Kuperiksa ponsel di tas dan ternyata tidak menyala. Entah sejak kapan batrenya habis dan aku tidak sadar."Ibu memastikan kalau itu ayah Akila?"Bu Guru tersenyum sinis. "Mana mungkin kami salah, Bu Amira. Jelas-jelas yang menjemput Akila Pak Baja."Jantungku seperti diremas. Kenapa harus sekarang? Dari semua hari kenapa harus hari ini aku lupa menjemput Akila. Minimal memberi kabar pada pihak sekolah. Bodoh memang."Lain kali lebih diperhatikan p
last updateLast Updated : 2023-02-04
Read more

#Season 2 Part 5

"Masih punya muka kamu, hah?!" seru Pak Aditama begitu Teo melewatinya."Malam, Om. Maaf saya da----""Ayo, Amira!" tarikan Teo membuatku tak bisa melanjutkan kata-kata. Dia tak mau berkompromi sedikit pun untuk urusan ini."Kabur saja ke Belanda!" teriak Pak Aditama yang membuat kami semua tersentak."Sudah, Pa. Sudah. Malu sama anak cucu," ujar Tante Ajeng yang langsung mengusap lengan suaminya. "Kalian pergi saja tidak apa-apa," pintanya pada kami. Aku hanya mengangguk. Seraya berjalan menyusul Teo yang sudah lebih dulu menghentakkan kaki untuk pergi dari rumah ini. Sekilas aku melihat Raline yang menatap kami dengan sinis. Ya Tuhan semanis apa pun lamaran Teo untukku dan seindah apa pun persiapan pernikahan kami, realita yang ada seperti ini."Buruan!" pinta Teo tampak kesal."Iya, iya," jawabku sambil membawa Akila ke kursi penumpang. "Kalau ngantuk bobo aja, ya. Nggak usah dipikirkan ucapan-ucapan yang Akila dengar barusan." Akila menyunggingkan sedikit senyum. Meski nampak sy
last updateLast Updated : 2023-02-05
Read more

#Season 2 Part 6

"Nggak salah?" tanyanya keheranan. Kali ini Aku memilih tidak menunggu Teo menjemputku di kantor. Melainkan menyambanginya langsung di restoran."Kenapa? Nggak boleh?""Aneh.""Hemmm."Teo menggeleng kecil. Dia melanjutkan aktivitasnya sebentar untuk kemudian melepas approne yang dikenakan. Kadang aku bertanya-tanya mengapa Teo lebih memilih mendalami kegiatannya mengurus resti dibandingkan mengurus pabrik."Belum makan, kan?" tanyanya sambil meletakkan menu yang tadi ia masak sendiri."Bukan buat pelanggan?""Aku tau kamu bakal datang.""Punya indra keenam emangnya?" kelakarku. Nampak jelas dia sedang kalut. Dan aku memang harus menghiburnya. "Waoowww.""Enak?""Sangat!" Kuacungkan dua jempol tanganku sekaligus. Teo tersenyum. Dia nampak puas dengan hasil kerjanya."Akan kumasukan ke daftar menu," ujarnya seraya meninggalkanku.Menu? Menu baru di resto kah?Belum juga kuungkapkan tanya itu di sudah sibuk dengan ponselnya. Menelepon sana sini seperti kebiasaannya yang sudah-sudah. Ter
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

#Season 2 Part 8

Ini memang bukan yang pertama bagiku. Mendengarkan seseorang mengucap janji setia yang disaksikan keluarga adalah yang kedua kalinya. Namun, perasaan haru, berdebar sekaligus kelegaan tetap mengiringi pernikahan ini. Senyum Teo yang begitu tulus, uluran tangannya yang hangat dan bisikan kata I Love You yang dia ulang berkali-kali membuatku tak bisa menafikkan kedalaman cinta kami. Ucapan selamat satu per satu datang mulai dari Ibu, Tante Ajeng maksudku Mama Ajeng, Martia, Ajiz, Arga dan rekan kerja yang menyempatkan hadir di ijab qabul. Semua ini tak pelak membuatku semakin bersyukur berada di titik ini. Ya, aku kembali menjadi seorang istri. "Alhamdulillah, Mir. Ibu senang melihat kamu," ucap Ibu seraya membantuku menuju kamar ganti."Makasih, Bu. Maafkan Amira masih terus merepotkan ibu bahkan di pernikahan kedua Amira.""Pernikahan terakhir. Bismillah langgeng sampe janah ya."Aku mengangguk. Rasanya tak bisa kusembunyikan titik air yang sejak tadi mengumpul di sudut mata. Ia han
last updateLast Updated : 2023-02-10
Read more

#Season 2 part 8b

Aku masih menyangsikan keputusan ibu yang tiba-tiba ingin pulang. Saat membujuknya dulu, ibu sepakat akan tinggal di Jakarta bersama kami. Tapi, setelah kepindahan kami ke rumah Teo, ibu justru pamit."Sudah lah, Mir. Kau turuti saja. Namanya juga orang tua. Mana ada yang mau merepotkan anaknya.""Sama sekali tidak merepotkan, Martia. Sudah tanggung jawabku mengurusnya.""Tapi ibumu merasa masih bisa mengurus dirinya sendiri. Beliau lebih senang menghabiskan masa tuanya di sana. Kamu pahami itu, lah.""Mar," desisku kesal. Mengapa Martia malah menyetujui pendapat ibu.Martia mendekat. Dia raih jemariku seraya menggenggam erat. "Kamu bisa nengokin kalau pas ada waktu. Mumpung aku juga masih di sini, ibu biar pulang sama aku nantinya. Kamu tetap berangkatlah honeymoon ke belanda atau mana. Akila biar kami yang jaga.""Cutiku juga cuma satu minggu, Mar. Tiga hari lagi kelar.""Ya sudah dimanfaatkan itu. Jangan sampai tidak." Aku menggeleng. Mana bisa aku dan Teo bersenang-senang sementa
last updateLast Updated : 2023-02-12
Read more

#Season 2 Part 8b

“Kamu tidak akan menemui papamu?” Ragu-ragu kulontarkan pertanyaan itu. Takut juga jika Teo tersinggung karenanya. “Maksudku, Pak Aditama. Setidaknya untuk meluruskan semua kesalahpahaman.”Teo menggeleng. Dia konsisten dengan sikap bencinya pada Aditama. “Aku nggak ma.”“Teo ...”“Maaf, Amira aku nggak bisa. Maaf pernikahan keduamu hampir seperti pernikahan pertama. Bedanya ayah mertuamu yang tak mau menerima kita. Aku sungguh menyesal atas itu.”Aku membuang muka. Sedikit banyak peristiwa hari ini memang mengorek luka lama. Takdirku menjadi menantu yang tak diinginkan terulang lagi. Namun, aku tak mau ambil pusing. Aku hanya perlu mengabaikan semua perasaan itu.“Nggak papa,” ucapku datar. Dari awal perkenalan Pak Aditama juga sudah tak menyukaiku ditambah saat beliau tahu aku ibu dari menantunya sekarang.Kalian semua gila! Kalian mempermainkanku?Kilat kemarahan terlihat jelas di wajah beliau saat kami meminta restu. Lebih tepatnya karena bujukan Tante Ajeng yang ingin bertemu dan
last updateLast Updated : 2023-02-16
Read more

#Season 2 part 9

Aku berlari menghampiri Teo yang keluar begitu saja. Aku harus menemukannya segera."Bang, liat Bos Teo?" tanyaku pada bagian kasir. "Tidak, Bu. Bos tidak mampir.""Serius, Bang?""Serius, Bu. Coba ibu tanya satpam saja."Aku pun mengangguk seraya pergi meninggalkan area resto. "Makasih, Bang."Sesampainya di depan aku langsung bertanya pada pak satpam dengan pertanyaan yang sama. Dan beliau menjawab Bos Teo keluar mengendarai mobil. Akhirnya kuputuskan untuk menghubungi nomornya namun tidak aktif."Duh, kemana sih?" gerutuku sambil terus memerhatikan ponsel.Hingga akhirnya aku memikirkan satu tempat yang sangat mungkin akan dikunjungi oleh Bos Teo. "Bu, Amira pergi dulu," ucapku begitu kembali ke rumah untuk mengambil dompet."Kemana, Mir?""Urusan sebentar. Nitip Akila, Bu.""Ya.""Mar! Aku nitip Akila!" seruku saat melihat Martia turun dari lantai dua."Oke, Mir. Kejar terus cintamu!" kelakarnya.Aku tersenyum kecil. Seisi rumah ini pasti paham atas apa yang kualami. Maka mereka
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status