Home / Romansa / Dosen Dudaku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Dosen Dudaku: Chapter 21 - Chapter 30

48 Chapters

21. Nobody but You

Menikmati langit malam ditemani sebungkus pecel lele dan satu gelas teh manis hangat, adalah hal yang sudah lama tidak aku lakukan. Bintang beriak membentuk gugusan yang terlihat jelas, namun sangat jauh. Terkadang seperti bentuk layangan, terkadang lagi seperti bentuk kuda.Aku mengulum senyum dengan mulut yang masih menguyah daging ikan lele. Sambalnya cukup pedas malam ini dan pasti berbeda dengan sambal lele yang biasa dibuat oleh ibuku. Ah … aku merindukan kembaranku yang super lucu dan polos itu. Kapan kami akan bisa bertemu kembali? Tunggu Andini ya, Bu.Ada banyak hal indah yang aku tinggalkan hanya karena masalah hati. Harusnya kau tidak perlu secengeng ini untuk lari dari masalah, tetapi aku sendiri tidak tahu, kenapa bisa rasa sakitnya seperti ini? Apakah karena sedikit berharap lebih dari hubungan ini? Maka, saat dikecewakan membuatku tidak bisa berpikir panjang.Aku masih muda dan masih panjang perjalanan hidup yang harus aku tempuh. Setiap hari, di tengah teriknya mata
Read more

22. Video Viral

POV AuthorPagi menyapa dengan cuaca gerimis. Udara dingin menembus kulit sampai ke lapisan paling dalam. Devano sudah mengenakan sweater berlengan panjang, dipadupadankan dengan celana jeans berwarna hitam. Hari ini dia mengisi di kelas Andini pukul delapan pagi. Setiap pagi, begitu kakinya menginjak tanah kampus, khususnya masuk ke dalam kelas Andini. Ia berharap gadis itu muncul dan duduk di mejanya. Lelaki itu juga sudah berjanji tidak akan menegur gadis itu bila tertidur saat jam pelajarannya, asalkan Andini ada di kelas dan dia bisa melihatnya. Jika benar yang dikatakan Amira;bahwa Andini mahasiswinya dan Andini teman SMP sampai dengan SMA-nya, maka betapa berdosanya ia. Bagaimana ia harus menceritakan hal yang sebenarnya pada Amira? Tidak akan mungkin. Lebih baik Amira tidak mengetahui apa yang sudah ia lakukan pada Andini. Sambil menikmati teh hangatnya, Devano merasa begitu kosong dengan keadaan hatinya saat ini. Saat masih ada Andini bersamanya, pasti saat ini gadis itu m
Read more

23. Kissing

POV DevanoAku sudah berada di Stasiun Gambir. Tepatnya di depan loket karcis. Dengan mengeluarkan uang tiket sebesar empat ratus ribu rupiah, aku memilih mencari Andini ke Semarang, sesuai dengan informasi terakhir yang aku terima. Perjalanan yang aku tempuh nanti kurang lebih lima jam. Jika berangkat dari Gambir pukul empat sore, maka aku akan sampai di stasiun Semarang Tawang pada pukul Sembilan malam. Waktu yang pas bagiku untuk langsung beristirahat sebelum mencari Andini keesokan harinya. Sambil menunggu kereta tiba di peron. Aku kembali memutar video viral Andini saat mengamen. Dia unik, dia juga ajaib, tetapi kenapa kemarin aku tidak bisa melihat kelebihan dari dirinyadirinya? Isi kepalaku selalu saja mengatakan bahwa Andini manja, tidak dewasa, dan bodoh. Padahal, gadis itu mungkin jauh lebih sempurna dibanding mahasiswanya yang lain. Kupasang headset ke telinga. Tak bosan rasanya mendengar suara Andini bernyayi walau tidak terlalu jelas. Kubuku tutup minuman kaleng, lalu m
Read more

24. Begal Bibir

POV AndiniAku merasa napas ini berembus dengan tidak normal, saat kedua kalinya Pak Dev mendekatkan bibirnya pada bibirku. Saat kesadaranku belum sepenuhnya pulih, di situ aku baru menyadari bahwa lelaki ini benar-benar Devano. Tidak, aku merasa kepalaku semakin berat. Jangan sampai aku pingsan di pangkuannya, bisa-bisa dia memakan habis semua bibirku, menyisakan lidahku saja. Apakah sebenarnya lelaki ini drakula? Ingin sekali aku berteriak memakinya, tetapi tak ada kemampuanku untuk melakukannya. Aku hanya bisa memandang wajah lelaki itu samar, sebelum pandanganku benar-benar gelap.Aku tidak tahu sudah berapa lama pingsan. Saat kuterjaga, pandanganku menyapu ruangan di mana kini aku berada. Sebuah ruangan bercat putih yang sangat luas;bahkan memiliki sofa, lemari, dan juga televisi. Seketika aku membulatkan mata kaget. Ya Tuhan, dasar lelaki tua mesum! Bukannya dibawa ke rumah sakit, malah dibawa ke hotel.“Alhamdulillah, kamu sudah sadar, Andin,” ujarnya dengan raut wajah penuh
Read more

25. Digrebek Warga

Pov AuthorDokter mengijinkan Andini untuk pulang. Tidak perlu dirawat. Hanya saja, dokter tetap meminta Andini menghabiskan obatnya, lalu kontrol ulang sepekan kemudian. Walau gadis itu tipe orang yang malas minum obat, tetapi untuk kali ini dia terpaksa menurut karena lelaki yang bernama Devano sudah mengancam akan terus memakan bibirnya, jika dia tidak mau minum obat."Benar pacar saya sudah boleh pulang, Dok?" tanya Devano memastikan kembali. Wajah Andini yang masih pucat membuatnya tak benar-benar yakin dengan persetujuan dokter itu."Oh, Bapak pacarnya. Saya kirain Nona ini anak Bapak," jawab dokter wanita itu sambul tersenyum. Andini tergelak dalam hati, sambil melirik sekilas wajah Devano yang memerah karena malu."Iya, Dok. Ini pacar saya," tegas Devano lagi sambil menoleh pada Andini yang sedang menahan tawa."Sebenarnya masih harus dirawat satu malam, agar kondisinya benar-benar pulih, tetapi jika tidak mau, maka konsekuensinya adalah minum obat dengan teratur, serta m
Read more

26. Pernikahan Dadakan

POV Author"Jangan, Pak. Saya gak mau nikah sama aki-aki ini. Saya masih muda. Maunya nikah sama yang muda," rengek Andini dengan berlinang air mata. Beberapa orang petugas lingkungan yang berkeliling menertibkan beberapa kos-kosan karena sebentar lagi akan menyambut bulan Ramadhan. Kosan Andini termasuk salah satunya dan sialnya lagi, bertepatan dengan Andini dan Devano tengah berada di dalam kamar yang sama, sambil berpelukan."Kalau tidak mau dinikahi pria dewasa ini, kenapa tadi kamu tidur memeluknya kuat banget?" sahut petugas keamanan lingkungan sambil menahan tawa."Saya kirain guling, Pak. Rupanya aki-aki ini," jawab Andini lagi sambil menunjuk Devano yang hanya bisa menyeringai sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Di dalam ruangan itu, ada sepuluh pasangan yang bukan suami istri sedeng bercumbu di dalam kamar kos mereka. Rata-rata mahasiswi dan para pekerja yang masih sangat muda. Termasuk Andini di dalamnya. Gadis itu masih saja menangis, sambil menarik keras air h
Read more

27. Malam Pertama (21+)

POV DevanoAku membawa tubuh lemah Andini kembali ke rumah sakit. Rasa khawatir semakin menjadi, karena setelah satu jam pingsan, Andini belum juga siuman. Dengan menumpang mobil RT setempat, aku dan Andini diantarkan ke rumah sakit terdekat."Saya hanya sampai di sini ya, Pak. Maaf, banyak pasangan lain yang harus dipantau acara akadnya dan ada juga yang harus dibawa ke kantor polisi, karena mereka tidak mau dinikahkan," ujar Pak Sanusi, selaku sekretaris RT yang mengantarku sampai lobi IGD rumah sakit."Baik, Pak. Maaf, saya sudah merepotkan, Bapak. InsyaAllah kami baik-baik saja," jawabku sambil tersenyum."Sebagai lelaki, tentu kita baik-baik saja, yang tidak baik adalah pengantin perempuan. Pasti sakit," ledek Pak Sanusi sambil mencolek lenganku. Sontak wajahku memerah karena malu. Benar saja, aku hampir lupa, jika saat ini Andini adalah mahasiswi sekaligus istri dadakanku. Itu tandanya, kami akan malam pertama sebentar lagi. Semoga dapat berjalan dengan lancar, sampai waktunya t
Read more

28. Kencing Batu

POV AndiniAku hanya ingin punya pacar yang baik dan setia, tapi kenapa Tuhan malah mengirimkanku suami yang sudah tua. Ingin rasanya aku meng-cancel doa waktu itu. Dalam salat kuberdoa, agar segera dipertemukan dengan lelaki terbaik yang tidak akan pernah melukai perasaanku, tapi pacar, bukan suami. Apakah ini bagian dari takdir Tuhan, agar perasaanku tidak selalu tersakiti? Namun, bukankah Pak Dev menyukai Andrea? Kenapa malah sepertinya dia senang dengan pernikahan ini? Aku terus saja memikirkan bagaimana nasibku kelak? Apakah sudah benar-benar menjadi istri Pak Dev, atau hanya berpura-pura saja? Bagaimana nanti reaksi papa dan ibu? Kepalaku semakin berat saat memikirkan itu semua.Tak ada pergerakan lagi di belakang punggungku. Apakah lelaki itu sudah benar-benar terlelap? Dengan gerakan hati-hati aku menoleh ke belakang. Ada lelaki itu di sana, tengah berbaring di sofa panjang. Tangan kanannya ia letakkan di atas wajahnya. Sehingga aku tidak bisa memastikan lelaki itu benar-bena
Read more

29. Pulang ke Jakarta

POV AuthorKeesokan harinya, kondisi Andini sudah lebih baik dan lebih segar. Gadis itu juga sudah mau makan, walau tak banyak. Dia terpaksa melakukannya karena jika dia kembali menolak makan, maka Devano akan kembali menciumnya. Bibirnya sudah memerah karena tak mau sarapan tadi pagi, dan berakhir dengan ciuman panas dan menyebalkan dari suaminya. Percuma ia menolak, karena Devano memiliki surat pernyataan bahwa mereka sudah menikah siri. Surat yang bertanda tangan keduanya dan juga bermaterai.Pukul sembilan pagi, Andini akhirnya mau menelan bubur ayam dari rumah sakit, tentu saja dengan Devano yang menyuapinya."Saya mau keluar dari rumah sakit," ujar Andini pada Devano."Mau ngapain? Mau ngamen lagi?" tanya Devano balik, sambil meletakkan nampan kosong di dekat pintu."Iya. Bosan di sini," jawab Andini dengan tak semangat."Ngamen sama saya saja. Biar saya yang bayar. Kamu gak perlu ngamen di bus kota, atau ke mana-mana. Sekarang kamu istri saya, sudah menjadi tanggung jawab saya
Read more

30. Berkenalan dengan Edo

POV Author“Bagaimana keadaan Bapak tua ini, Dok?” tanya Andini saat dokter jaga stasiun baru saja selesai memeriksakan keadaan Devano.“Ada masalah dengan tangan palsunya. Saran saya, begitu sampai di Jakarta, harus segera diperiksakan. Kalau bisa, untuk sementara jangan mengangkat yang berat dulu ya,” jawab dokter itu sambil menoleh pada Devano dan Andini bergantian.“Mbak, juga tolong perhatikan Bapaknya. Jangan disuruh angkat galon air, atau angkat barbell ya. Pkoknya jangan angkat yang berat-berat dulu,” lanjut dokter itu lagi sembari memberikan senyuman tipisnya pada Andini. Devano merasakan aura negative pada tatapan leleki yang bergelar dokter pada Andini. Lelaki itu masih muda dan tampan, tentulah ia perlu merasa was-was dengan suasana saat ini. Apalagi, dokter muda itu mengira Devano adalah ayah dari Andini.“Maaf, Dok. Saya bukan ayah gadis ini, tapi saya suaminya. Kami masih pengantin baru. Lihat saja wajah saya dan wajah istri saya yang ceria. Tangan saya sakit karren
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status