Home / Romansa / Dosen Dudaku / 24. Begal Bibir

Share

24. Begal Bibir

Author: Diganti Mawaddah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

POV Andini

Aku merasa napas ini berembus dengan tidak normal, saat kedua kalinya Pak Dev mendekatkan bibirnya pada bibirku. Saat kesadaranku belum sepenuhnya pulih, di situ aku baru menyadari bahwa lelaki ini benar-benar Devano. Tidak, aku merasa kepalaku semakin berat. Jangan sampai aku pingsan di pangkuannya, bisa-bisa dia memakan habis semua bibirku, menyisakan lidahku saja.

Apakah sebenarnya lelaki ini drakula? Ingin sekali aku berteriak memakinya, tetapi tak ada kemampuanku untuk melakukannya. Aku hanya bisa memandang wajah lelaki itu samar, sebelum pandanganku benar-benar gelap.

Aku tidak tahu sudah berapa lama pingsan. Saat kuterjaga, pandanganku menyapu ruangan di mana kini aku berada. Sebuah ruangan bercat putih yang sangat luas;bahkan memiliki sofa, lemari, dan juga televisi. Seketika aku membulatkan mata kaget. Ya Tuhan, dasar lelaki tua mesum! Bukannya dibawa ke rumah sakit, malah dibawa ke hotel.

“Alhamdulillah, kamu sudah sadar, Andin,” ujarnya dengan raut wajah penuh
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Callah
mang dasaarrr si budeg oneeng... wkwkwkwkkkk
goodnovel comment avatar
Arif Zaif
Hahaha.....lanjut bun
goodnovel comment avatar
Eneng Dliyyuen
ya allah aku terpingkal-pingkal baca ini
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dosen Dudaku   25. Digrebek Warga

    Pov AuthorDokter mengijinkan Andini untuk pulang. Tidak perlu dirawat. Hanya saja, dokter tetap meminta Andini menghabiskan obatnya, lalu kontrol ulang sepekan kemudian. Walau gadis itu tipe orang yang malas minum obat, tetapi untuk kali ini dia terpaksa menurut karena lelaki yang bernama Devano sudah mengancam akan terus memakan bibirnya, jika dia tidak mau minum obat."Benar pacar saya sudah boleh pulang, Dok?" tanya Devano memastikan kembali. Wajah Andini yang masih pucat membuatnya tak benar-benar yakin dengan persetujuan dokter itu."Oh, Bapak pacarnya. Saya kirain Nona ini anak Bapak," jawab dokter wanita itu sambul tersenyum. Andini tergelak dalam hati, sambil melirik sekilas wajah Devano yang memerah karena malu."Iya, Dok. Ini pacar saya," tegas Devano lagi sambil menoleh pada Andini yang sedang menahan tawa."Sebenarnya masih harus dirawat satu malam, agar kondisinya benar-benar pulih, tetapi jika tidak mau, maka konsekuensinya adalah minum obat dengan teratur, serta m

  • Dosen Dudaku   26. Pernikahan Dadakan

    POV Author"Jangan, Pak. Saya gak mau nikah sama aki-aki ini. Saya masih muda. Maunya nikah sama yang muda," rengek Andini dengan berlinang air mata. Beberapa orang petugas lingkungan yang berkeliling menertibkan beberapa kos-kosan karena sebentar lagi akan menyambut bulan Ramadhan. Kosan Andini termasuk salah satunya dan sialnya lagi, bertepatan dengan Andini dan Devano tengah berada di dalam kamar yang sama, sambil berpelukan."Kalau tidak mau dinikahi pria dewasa ini, kenapa tadi kamu tidur memeluknya kuat banget?" sahut petugas keamanan lingkungan sambil menahan tawa."Saya kirain guling, Pak. Rupanya aki-aki ini," jawab Andini lagi sambil menunjuk Devano yang hanya bisa menyeringai sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Di dalam ruangan itu, ada sepuluh pasangan yang bukan suami istri sedeng bercumbu di dalam kamar kos mereka. Rata-rata mahasiswi dan para pekerja yang masih sangat muda. Termasuk Andini di dalamnya. Gadis itu masih saja menangis, sambil menarik keras air h

  • Dosen Dudaku   27. Malam Pertama (21+)

    POV DevanoAku membawa tubuh lemah Andini kembali ke rumah sakit. Rasa khawatir semakin menjadi, karena setelah satu jam pingsan, Andini belum juga siuman. Dengan menumpang mobil RT setempat, aku dan Andini diantarkan ke rumah sakit terdekat."Saya hanya sampai di sini ya, Pak. Maaf, banyak pasangan lain yang harus dipantau acara akadnya dan ada juga yang harus dibawa ke kantor polisi, karena mereka tidak mau dinikahkan," ujar Pak Sanusi, selaku sekretaris RT yang mengantarku sampai lobi IGD rumah sakit."Baik, Pak. Maaf, saya sudah merepotkan, Bapak. InsyaAllah kami baik-baik saja," jawabku sambil tersenyum."Sebagai lelaki, tentu kita baik-baik saja, yang tidak baik adalah pengantin perempuan. Pasti sakit," ledek Pak Sanusi sambil mencolek lenganku. Sontak wajahku memerah karena malu. Benar saja, aku hampir lupa, jika saat ini Andini adalah mahasiswi sekaligus istri dadakanku. Itu tandanya, kami akan malam pertama sebentar lagi. Semoga dapat berjalan dengan lancar, sampai waktunya t

  • Dosen Dudaku   28. Kencing Batu

    POV AndiniAku hanya ingin punya pacar yang baik dan setia, tapi kenapa Tuhan malah mengirimkanku suami yang sudah tua. Ingin rasanya aku meng-cancel doa waktu itu. Dalam salat kuberdoa, agar segera dipertemukan dengan lelaki terbaik yang tidak akan pernah melukai perasaanku, tapi pacar, bukan suami. Apakah ini bagian dari takdir Tuhan, agar perasaanku tidak selalu tersakiti? Namun, bukankah Pak Dev menyukai Andrea? Kenapa malah sepertinya dia senang dengan pernikahan ini? Aku terus saja memikirkan bagaimana nasibku kelak? Apakah sudah benar-benar menjadi istri Pak Dev, atau hanya berpura-pura saja? Bagaimana nanti reaksi papa dan ibu? Kepalaku semakin berat saat memikirkan itu semua.Tak ada pergerakan lagi di belakang punggungku. Apakah lelaki itu sudah benar-benar terlelap? Dengan gerakan hati-hati aku menoleh ke belakang. Ada lelaki itu di sana, tengah berbaring di sofa panjang. Tangan kanannya ia letakkan di atas wajahnya. Sehingga aku tidak bisa memastikan lelaki itu benar-bena

  • Dosen Dudaku   29. Pulang ke Jakarta

    POV AuthorKeesokan harinya, kondisi Andini sudah lebih baik dan lebih segar. Gadis itu juga sudah mau makan, walau tak banyak. Dia terpaksa melakukannya karena jika dia kembali menolak makan, maka Devano akan kembali menciumnya. Bibirnya sudah memerah karena tak mau sarapan tadi pagi, dan berakhir dengan ciuman panas dan menyebalkan dari suaminya. Percuma ia menolak, karena Devano memiliki surat pernyataan bahwa mereka sudah menikah siri. Surat yang bertanda tangan keduanya dan juga bermaterai.Pukul sembilan pagi, Andini akhirnya mau menelan bubur ayam dari rumah sakit, tentu saja dengan Devano yang menyuapinya."Saya mau keluar dari rumah sakit," ujar Andini pada Devano."Mau ngapain? Mau ngamen lagi?" tanya Devano balik, sambil meletakkan nampan kosong di dekat pintu."Iya. Bosan di sini," jawab Andini dengan tak semangat."Ngamen sama saya saja. Biar saya yang bayar. Kamu gak perlu ngamen di bus kota, atau ke mana-mana. Sekarang kamu istri saya, sudah menjadi tanggung jawab saya

  • Dosen Dudaku   30. Berkenalan dengan Edo

    POV Author“Bagaimana keadaan Bapak tua ini, Dok?” tanya Andini saat dokter jaga stasiun baru saja selesai memeriksakan keadaan Devano.“Ada masalah dengan tangan palsunya. Saran saya, begitu sampai di Jakarta, harus segera diperiksakan. Kalau bisa, untuk sementara jangan mengangkat yang berat dulu ya,” jawab dokter itu sambil menoleh pada Devano dan Andini bergantian.“Mbak, juga tolong perhatikan Bapaknya. Jangan disuruh angkat galon air, atau angkat barbell ya. Pkoknya jangan angkat yang berat-berat dulu,” lanjut dokter itu lagi sembari memberikan senyuman tipisnya pada Andini. Devano merasakan aura negative pada tatapan leleki yang bergelar dokter pada Andini. Lelaki itu masih muda dan tampan, tentulah ia perlu merasa was-was dengan suasana saat ini. Apalagi, dokter muda itu mengira Devano adalah ayah dari Andini.“Maaf, Dok. Saya bukan ayah gadis ini, tapi saya suaminya. Kami masih pengantin baru. Lihat saja wajah saya dan wajah istri saya yang ceria. Tangan saya sakit karren

  • Dosen Dudaku   31. Pengantin Baru (21+)

    Pov AuthorAndini menangis melewati malam perkenalan dengan Edo. Gadis yang sudah tak gadis lagi itu, terisak sesegukan sambil memunggungi suaminya. Selimut tebal ia tarik hingga menutupi seluruh tubuh hingga kepala. Devano menjadi merasa sangat bersalah. Dia tak bisa menahan diri untuk bereksperimen kembali dengan Edo. Hingga melukai Andini. Namun di sisi lain, ia merasa senang tak terkira, karena memang bersama Andini'lah keperkasaannya bisa kembali aktif. Setelah belasan tahun mati suri."Sayang, maaf ya," bisik Devano sambil menyentuh pelan kain selimut yang menutupi seluruh tubuh istrinya.Tak ada sahutan. Hanya isakan dan suara air hidung yang ditarik berkali-kali, yang sampai ke telinganya. Mungkinkah Andini benar-benar marah padanya? "Apa yang harus kulakukan?" gumam Devano sembari menggigit bibirnya."Saya rela kamu hukum apa saja, asal jangan nangis," katanya lagi sambil terus membujuk sang istri. Selimut yang menutupi seluruh tubuh Andini akhirnya terbuka hingga memperliha

  • Dosen Dudaku   32. Kakak Seperguruan

    POV AuthorDua satu plusAndini dan juga Devano sudah berada di depan rumah keluarga Andini. Mereka sengaja tiba lebih awal, agar bisa bertemu dengan seluruh anggota keluarga. Andini mencoba membuka pagar, tetapi tidak bisa karena masih terkunci. Itu pertanda subuh tadi, papanya tidak berangkat salat Subuh di masjid."Assalamualaikum, Andrea, Aleta!" teriak Andini. Devano meletakkan telunjuk di bibirnya, maksud hati memberitahu Andini agar tidak terlalu histeris memanggil orang di dalam rumahnya."Kalau suara saya pelan, tidak ada yang buka pintu. Jadi, harus keras manggilnya, Pak," ujar Andini sudah bersiap dengan menarik napas kembali, hendak berteriak kembali."Aleta! Andrea! Buka woy!" Andini berteriak lebih keras. Namun yang keluar bukanlah anggota keluarganya, tetapi para tetangga yang keluar dari rumah mereka. Andini dan Devano langsung menjadi pusat perhatian. Lelaki itu menempelkan kedua telapak tangannya, lalu diletakkan di dada. Tubuhnya juga sedikit membungkuk, tanda permo

Latest chapter

  • Dosen Dudaku   48. Pesta Pernikahan (Ending)

    Seorang Devano ternyata menunaikan janjinya untuk memberikan pesta pernikahan terbaik untuk Andini. Berlangsung di sebuah ballroom hotel mewah, pesta meriah itu diadakan. Semua setting tempat dan acara, diserahkan Devano pada salah satu teman yang dia percaya, yaitu Emir dan Aminarsih. Dua orang itulah yang membantunya mewujudkan mimpi Andini yang menginginkan pesta pernikahan seperti Tuan Putri di Negeri Dongeng.Pakaian pengantin super mewah dengan pernah pernik mengkilap menempel pada kain tile renda premium yang dibuat oleh perancang kenamaan. Semua disesuaikan dengan perut Andini yang semakin membesar di usia kehamilan menginjak delapan bulan. Tidak ada akad sebelumnya, karena memang mereka sudah menikah secara agama. Pesta langsung semarak dengan mengundang para tamu yang juga berkelas. Jangan lupakan Devano dahulu siapa? Semua relasi bisnis dia hubungi. Bukan karena ingin mengambil keuntungan dari pestanya, tetapi lebih karena semua relasi yang ia undang mengetahui bahwa dia s

  • Dosen Dudaku   47. Kekonyolan Andini

    Andini duduk di samping Devano. Kondisi suaminya sudah jauh lebih baik. Walau masih belum membuka mata, tetapi sudah ada pergerakan dari anggota jari tangan. Sesekali pria itu juga bergumam dan mengigau tidak jelas. Andini meminta ijin pada dokter untuk mendampingi suaminya. Anton dan Parmi juga membantu meyakinkan dokter, bahwa Devano pasti bisa sadar, dengan kehadiran sang istri di sampingnya.Andini menggenggam jemari suaminya yang sedari tadi bergerak, tetapi hanya sebatas itu saja. Air matanya sudah beranak sungai, berharap ada keajaiban untuk suaminya membuka mata. Pelan tangannya mengusap lengan palsu Devano. Dipijatnya lembut dari atas ke bawah. Lalu bergantian dengan tangan kanannya. Andini dengan sabar mendampingi suaminya, sambil membisikkan kalimat penyemangat."Pa, mau pegang anaknya tidak? Ini, Dedek di perut main akrobat terus. Keren loh, tendangannya. Seperti Bang Bokir. Tahu Bang Bokir'kan? Artis China yang jago silat itu loh." Andini terus saja mengajak Devano berbi

  • Dosen Dudaku   46. Koma

    POV AndiniAku tidak tahu harus berkata apa, ketika tahu kabar bahwa suamiku mengalami kecelakaan bersama dengan wanita yang bernama Ayu. Ketika kutanya Tuti dan teman-teman di kampus, mereka mengatakan suamiku marah pada wanita itu dan memaksanya masuk ke dalam mobil dengan kasar. Jelas sekali suamiku marah dengan kelakuannya. Apakah sebenarnya memang suamiku tidak bersalah? Aku terlalu egois yang tidak mau mendengar penjelasannya. Sekian lama aku mendiamkan dan mengabaikannya. Tidak mengurus pakaian juga makannya. Dia terbaring begitu lemah dengan berbagai alat menempel di tubuhnya. Wajahnya brewokan dan lusuh. Aku pingsan sebanyak dua kali begitu mendengar suamiku kecelakaan dan koma di rumah sakit. Keadaanku yang juga tidak sehat, membuat tubuhku semakin lemah, tetapi aku tidak mau kalah, aku harus menemani suamiku, ayah anakku. Dia di sana karena aku."Hiks ...." mau menghabiskan tisu berapa banyak lagi, aku pun tidak tahu. Air mata ini masih terus mengalir dengan derasnya."Su

  • Dosen Dudaku   45. Kecelakaan

    POV AuthorSuasana hati Andini sejak pagi, sudah tidak nyaman. Bayi di dalam perutnya pun sepertinya ikut merasakan hal yang sama. Entah ada apa? Yang jelas seharian ini Andini uring-uringan di kamar. Nasi pun tidak mampu dia telan seperti biasanya. Mual muntah yang seharusnya terjadi di trisemester kehamilan, malah didapatinya menjelang kehamilan lima bulan. Tubuhnya lemas dan tidak bertenaga. Susu hamil dengan rasa vanila pun ia muntahkan. Tidak ada yang masuk dengan benar ke dalam perutnya sejak tiga hari ini.Parmi menghela napas panjang, saat mengoleskan minyak kayu putih di perut, tengkuk, leher, dan juga punggung Andini. Dengan pijatan amat lembut, dia mencoba membuat Andini nyaman, serta tidak mual muntah lagi."Masih mual?" tanya Parmi pada putrinya."Masih, Bu. Gak enak banget rasanya," keluh Andini dengan mata berkaca-kaca. Parmi terus saja memijat lembut tengkuk Andini, hingga pundak. "Mungkin bayi kamu rindu dengan ayahnya," bisik Parmi dengan senyuman hangat. Andini men

  • Dosen Dudaku   44. Kekecewaan Andini

    POV DevanoAndini masih marah padaku. Dia menutup mulut sepanjang hari, tidak menanyakan apapun, bahkan ketika aku dan papa pulang dari menguburkan salah satu bayi kembar kami. Ya, usia janin itu ternyata lebih dari empat bulan dan sudah nampak berwujud juga sudah ditiupkan ruh oleh Sang Pencipta. Aku dan papa memakamkannya layaknya manusia yang wafat pada umumnya.Untunglah ada papa mendampingiku, sehingga aku yang tidak terlalu paham urusan seperti ini, menjadi paham dan mengikuti sesuai dengan arahannya. Jangan bilang hati ini tidak patah. Jangan bilang hati ini tidak terluka. Kehilangan salah satu dari bayi kembar yang dikandung Andini tentu saja membuatku sangat syok. Apalagi aku yang sama sekali tidak pernah mengalami mendampingi istri saat hamil sampai melahirkan.Apakah ini bagian dari penebus dosaku di masa lalu? Tak banyak yang bisa kulakukan saat ini. Bersujud memohon pada Sang Pencipta agar mengampuni dosa-dosaku terdahulu. Saat Amira ada di dalam kandungan ibunya, aku mal

  • Dosen Dudaku   43. Hadirnya Ayu

    Selama empat bulan hamil, sama sekali tidak pernah kurasakan mual, muntah, atau ngidam yang terlalu berlebihan. Hanya saja, setiap harinya wajib ada jambu air di atas meja makan. Demi menuruti keinginan bayi kami, suamiku rela membeli pohon jambu air cangkokan. Menanamnya di pekarangan rumah dan merawatnya setiap hari. Ada dua jenis pohon jambu air yang dia beli. Pertama yang berbuah hijau pucat dan satu lagi berbuah merah dan berukuran besar. Sengaja suamiku membeli yang sudah berbuah, agar kami tidak susah minta ke tetangga saat ingin mencicipinya. Pagi ini, Pak Dev sudah berangkat lebih dahulu ke kampus, sedangkan aku berangkat siang, karena jam kuliah pertama dimulai pukul sepuluh. Bibik memasak di dapur, sesuai dengan menu yang aku pesan. Sayur asem, ikan asin balado, dan goreng bakwan. Aku berencana makan terlebih dahulu, baru berangkat ke kampus."Non, sayurnya udah mateng," seru Bibik dari balik pintu. Aku meletakkan ponsel di atas nakas, lalu segera turun dari ranjang untu

  • Dosen Dudaku   42. Indahnya Ngidam

    POV AndiniJika kamu berulang kali gagal dalam sebuah usaha atau kesempatan, yakinlah ada kesempatan dan peluang lain yang tengah menunggumu. Banyak orang bilang, kegagalan hanya sebuah keberhasilan yang tertunda. Jika gagal hari ini, bisa saja besok kamu berhasil.Jika besok masih gagal, maka akan ada lusa yang memiliki banyak kesempatan. Baik untuk urusan rejeki ataupun jodoh. Bisa saja gagal dengan Hendri, James, Adam, Noah, Haikal, Jono, Pardi, Tama, Juna, Faikar, dan aku tak sanggup mengingat lagi, nama lelaki yang sekian banyak sudah menjalin hubungan denganku.Mereka tidak cukup baik untukku, sejak dahulu. Mereka hanya memanfaatkan kepolosan otak dan juga kebaikan hati ini, untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Berbeda dengan lelaki yang tengah memanjat pohon jambu air tetangga pagi ini. Siapa lagi kalau bukan Devano Wijaya. Lelaki tua renta, (dosaa wooy ... he he ...) yang telah menjadi suamiku karena keterpaksaan.Hanya menggunakan sarung dan kaus dalam saja, dia rela m

  • Dosen Dudaku   41. Lain di Atas, Lain di Bawah

    POV DevanoMata ini masih basah menatap layar monitor USG. Mereka benar-benar ada di dalam perut istriku. Dua janin yang insyaAllah akan tumbuh sehat dalam rahim ibunya. Aku tak sanggup mengatakan apapun, semua ini terlalu luar biasa untuk lelaki penuh dosa sepertiku. Tidak, sebaik-baik rejeki adalah yang saat ini Tuhan berikan untuk ummatnya. Jadi, aku pasti seorang lelaki pilihan, yang tepat untuk diberi tanggung jawab seorang istri istimewa dan juga anak-anak yang luar biasa. Tuhan benar-benar Maha Baik dan Sempurna. Tidak ada nikmat terindah dalam hidupku, selain memiliki anak dari wanita yang aku cintai dengan sepenuh hati.Andini mengusap tangan palsuku. Dia pun sama terisaknya denganku. Kebahagiaan yang tidak terduga begitu cepat Tuhan berikan pada kami."Papa jangan nangis terus, nanti saya sedih. Nanti kalau bayi kita ikut sedih, terus mukanya memble bagaimana?" kelakar itu membuatku tertawa di sela isakan."Amit-amit. Saya hanya terlalu bahagia akan menjadi seorang ayah da

  • Dosen Dudaku   40. Perlakuan Spesial dari Devano

    Andini merangkul erat lengan Devano dengan gemetar. Gadis itu sama sekali tidak mau mengangkat wajahnya, karena ada Adam yang kini duduk persis di depannya dengan wajah marah dan nampak tidak terima. Dia menyembunyikan sebagian wajah di balik punggung Devano. Keadaan yang seharusnya hangat, menjadi kaku dan menegangkan. Aminarsih tidak paham dengan yang terjadi, wanita setengah baya itu dan suaminya memandangi tamu dan juga anak angkat mereka secara bergantian.“Pak, pulang yuk!” bisik Andini takut-takut. Devano menoleh ke samping, lalu mengusap lembut tangan istrinya. “Kenapa? Baru juga sampai. Gak usah takut sama Adam. Kamu dan Adam sudah tidak punya hubungan lagi’kan?” ujar Devano dengan suara cukup jelas untuk di dengar oleh semua orang yang ada dalam ruang tamu.“Adam, sekarang Andini sudah menjadi istri saya dan insyAllah sedang mengandung. Jadi ….” “Apa?” semua orang di sana, termasuk Aminarsih membelalakkan mata tidak percaya dengan pengakuan Devano.“Wah, hebat sekali.

DMCA.com Protection Status