Home / Fantasi / Legenda Jenius Beladiri / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Legenda Jenius Beladiri: Chapter 21 - Chapter 30

133 Chapters

Seleksi Masuk Sekte 10

Setelah beberapa saat melangkah, Lin Feng dan Wang Ru sampai di sebuah tempat dimana ada beberapa peserta yang hilang sebagian badannya terhisap oleh lantai. Mereka hanya terlihat sebagian tubuhnya dari perut ke atas. Tidak hanya terhisap, seekor harimau putih terlihat kesana kemari menyerang mereka. Mereka terpaksa bertahan dengan pedang yang beruntung masih berada digenggaman tangan. “Kakak Feng, Wang Ru … tolong selamatkan aku!” teriak seorang peserta. Dia adalah Min Chu, salah satu dari kelima peserta yang bertaruh dengan Lin Feng sebelumnya, sama seperti Wang Ru. “Kakak Feng … ayu kita selamatkan Saudara Min Chu terlebih dahulu!” pinta Wang Ru. “Aku tidak peduli, kamu saja yang selamatkan! Aku akan pergi,” jawab Lin Feng acuh. “Kakak Feng … selamatkan aku! Kucing besar ini lama kelamaan akan membunuhku. Aku sudah tidak sanggup lagi bertahan,” Min Chu kembali berteriak. Harimau putih di tempat itu terus menerus menyerang satu persatu dari sekitar tujuh peserta. Berun
Read more

Akhir Seleksi Sekte

Tak lama, Lin Feng, Wang Ru dan Min Chu sampai di dekat pintu keluar. “Hahaha … Kakak Feng memang bisa diandalkan,” Wang Ru senang karena Lin Feng berhasil membawa mereka mendekati pintu keluar tanpa terkena jebakan. “Ayu kita keluar dari tempat ini!” ajak Min Chu. “Kalian berdua keluar saja terlebih dahulu dari sini! Aku akan menunggu salah satu peserta untuk memperoleh token,” ujar Lin Feng. Min Chu ingat bahwa dirinya belum memberikan token yang dia miliki. “Ambil token ini! Aku yang akan merebut token peserta lain,” ucapnya sambil melemparkan dua token untuk Lin Feng dan Wang Ru. “Saudara Chu, apa kamu yakin? Kalian berdua keluar saja terlebih dahulu, aku yang akan menunggu disini,” kata Wang Ru. Setelah cukup alot tidak ada yang mau mengalah, Lin Feng, Wang Ru dan Min Chu memutuskan untuk tidak keluar terlebih dahulu. Mereka bertiga akan menunggu seseorang di dekat pintu keluar tersebut untuk merebut token. Di area dekat tempat keluar yang cukup luas tersebut, seseorang me
Read more

Menjadi Murid Luar

Wilayah Sekte Pedang Api meliputi seluruh area Gunung Kunlun. Di gunung itu, terdapat 4 bukit yang masing-masing memiliki ketinggian yang berbeda. Bukit terendah merupakan tempat bagi murid luar, kemudian murid dalam, murid inti, dan bukit tertinggi merupakan tempat bagi patriark dan para tetua sekte. Masing-masing bukit itu memiliki fasilitas yang berbeda-beda. Semakin tinggi bukit, semakin bagus fasilitas yang diberikan. Lin Feng menjadi murid luar Sekte Pedang Api dan mendapatkan sebuah rumah kecil untuk dia tinggali. Baru saja dia akan beristirahat dan meningkatkan kultivasinya, Tetua Zhang mendatanginya. “Bocah, apa kamu mau menjadi muridku?” tawar Tetua Zhang. “Maaf Tetua Zhang, Feng’er belum memikirkan hal itu.” “Jika menjadi muridku, kamu akan mewarisi seluruh kehebatanku. Asal kamu tahu, di sekte ini, aku menolak siapapun menjadi muridku karena tidak ada satupun yang berbakat. Kamu akan menjadi muridku satu-satunya.” “Maaf Tetua Zhang, Feng’er tidak tertarik,” tolak Lin
Read more

Tantangan Pertarungan

Di aula pertemuan Markas Klan Huang, “Apa kalian sudah menyebarkan sketsa wajah pemuda yang telah memotong lengan putraku?” tanya Patriark Huang Li kepada para tetua sekte Klan Huang. “Kami sudah melakukan apa yang diperintahkan oleh patriark,” balas salah satu tetua bernama Huang Jie. Klan Huang telah menyebarkan sketsa wajah Lin Feng termasuk di kalangan generasi muda Klan Huang yang menjadi murid di beberapa sekte. Lin Feng menjadi buronan orang-orang dari Klan Huang.Tindakan Lin Feng yang telah memotong lengan Huang Cha tidak bisa dimaafkan oleh Patriark Huang Li sehingga dia mengerahkan seluruh kemampuan Klan Huang untuk memburunya. “Pemuda itu pantas mati. Kita akan segera mendapatkan kabar tentang kematiannya,” sahut Tetua Huang Mo. “Aku sudah tidak sabar melihat kepalanya terpisah dari badannya, bajingan itu telah membuatku murka,” ujar Patriark Huang Li. Sementara itu di beberapa sekte Provinsi Bintang Biru, generasi muda Klan Huang telah menerima surat berisi sketsa w
Read more

Kemenangan Lin Feng

Patriark dan beberapa tetua yang berada di bukit tertinggi gunung Kunlun tersentak kaget mendengar bunyi lonceng yang sekian lama tidak mereka dengar dari bukit bintang. “Ayu kita kesana!” Patriark Zhan Lipun penasaran ingin melihat pertarungan itu. Patriark dan beberapa tetua sekte melesat dari bukit tertinggi ke bukit bintang untuk menyaksikan pertarungan. Arena pertarungan di bukit bintang menjadi ramai oleh para murid, tetua, dan patriark yang hendak menyaksikan. Penatua Mang melesat ke atas arena pertarungan. “Siapa yang membunyikan lonceng!” teriaknya. Wusss Lin Feng melesat ke arena. “Aku yang membunyikannya. Aku menantang Yun Chen, murid luar peringkat kesepuluh dalam pertarungan bebas.” Wusss Yun Chen tidak tinggal diam, mengikuti langkah Lin Feng melesat ke arena. “Aku menerima tantanganmu.” Patriark Li dan beberapa tetua sekte menelan ludah melihat kepercayaan diri Lin Feng menantang Yun Chen. Para murid Sekte Pedang Api pun menatap Lin Feng hening. Bagaimana Lin
Read more

Memang Sekte Kecil

“Kamu telah berani memotong lengan putra patriarkku. Aku tidak akan membiarkanmu hidup,” ujar Huang Qin. “Jadi, kamu berasal dari Klan Huang. Apa yang kamu inginkan?” “Aku menantangmu dalam pertarungan bebas,” balas Huang Qin. Penonton merasa konyol jika Huang Qin menantang Lin Feng. Dalam pertarungan resmi, seseorang dengan peringkat rendahlah yang bisa menantang murid dengan peringkat diatasnya. Apalagi, Lin Feng merupakan murid luar sementara Huang Qin merupakan murid dalam. Jika ingin bertarung, maka Lin Fenglah yang seharusnya menantang Huang Qin. “Hentikan!” Penatua Mang berusaha melerai perseteruan Lin Feng dengan Huang Qin. Huang Qin yang murka terhadap Lin Feng, tidak berniat membiarkan Lin Feng lolos begitu saja. “Apa kamu takut denganku?” Lin Feng menyadari bahwa kemampuannya berada di bawah Huang Qin. Dia perpikir sejenak, kemudian berkata. ”Bagaimana jika aku menantangmu dalam pertarungan bebas tiga bulan lagi?” “Aku setuju. Bersiaplah!!! Tiga bulan lagi, aku akan
Read more

Misi Sekte

Lin Feng berlatih tanding bersama Xiao Yuli selama beberapa saat. Lin Feng banyak berpikir bagaimana cara meningkatkan kultivasinya dengan cepat. Dia menyadari bahwa dia bukanlah tandingan Huang Qin. Dia hanya setara dengan kultivator tahap pemula keenam sementara Huang Qin merupakan kultivator tahap pemula kesembilan. “Jika aku tetap berada di dalam sekte, aku ragu dapat meningkatkan kultivasiku dalam waktu 3 bulan melampaui Huang Qin. Aku akan mengambil misi untuk dapat keluar dari sekte ini,” gumam Lin Feng. Keesokan harinya, Lin Feng menuju ke balai misi. Dia sedikit kaget mengetahui jika penjaga balai misi merupakan pak tua yang menjadi perwakilan sekte saat turnamen di Kota Seribu Api. “Pak tua, ternyata kamu bertugas disini?” “Ya, panggil saja Penatua Qian Zhao.” “Baik Pak Tua Zhou.” Pak Tua Zhao menatap Lin Feng penuh arti. “Pak Tua Zhao, apa ada misi yang bisa aku lakukan?” tanya Lin Feng. Pak Tua Zhao tidak banyak bertanya. Dia menunjuk ke jejeran gulungan misi berwa
Read more

Teknik Panah Surgawi

“Huh, andai saja Kakek Petapa memberiku banyak harta dan sumberdaya, aku tidak perlu bolak-balik ke menara bulan. Apa guru dari Kaisar Naga sangat miskin?” desah Lin Feng sambil terus melangkah menuju ke Menara Bulan. Lin Feng melihat beberapa orang berbondong-bondong pergi ke Menara Bulan. Setelah mencari tahu dari warga kota, Menara Bulan ternyata hendak mengadakan pelelangan. Entah apa yang ada dipikirannya, Lin Feng membeli topeng, kertas dan tinta di pasar. Di gang sepi kota, Lin Feng menulis sebuah teknik yang bernama Teknik Panah Surgawi dari pengetahuan yang ada di benaknya. Lin Feng berniat melelang gulungan teknik panah surgawi di Menara Bulan. Teknik tersebut bukanlah teknik biasa karena berasal dari pengetahuan yang diberikan oleh Kakek Petapa. Oleh karenanya, Lin Feng berniat mengenakan topeng agar tidak ada kecurigaan bahwa pemuda sepertinya menjual teknik tingkat tinggi yang mungkin sangat langka di Kerajaan ataupun di Kekaisaran. Tak lama, Lin Feng sampai di Menara
Read more

Pemuda Terkaya?

“600 ribu koin emas,” tawar seseorang di ruangan VIP nomor dua yang juga tertarik dengan gulungan teknik panah surgawi. “1 juta koin emas.” Qio Yinsi tidak mau mengalah, dia melipatkan harganya berkali lipat, membuat peserta lelang bertanya-tanya siapa yang ada di ruangan VIP nomor satu itu. “1 juta seratus ribu koin emas,” peserta di ruangan VIP nomor dua pun tidak mau mengalah. “2 juta koin emas.” Qio Yinsi tidak berniat melepaskan gulungan teknik tingkat surgawi yang sangat langka di Kekaisaran Qilin. Peserta di ruangan VIP nomor dua muram mendengar tawaran tidak wajar dari Qio Yinsi yang selalu menawar berkali-kali lipat. “2 juta seratus ribu koin emas. Aku adalah penguasa kota Xinjiang, tolong beri aku muka,” ujar seseorang di ruangan VIP nomor dua. Qio Long menjadi murka karena peserta di ruangan VIP nomor dua bermaksud mengancamnya dengan membawa nama penguasa Kota Xinjiang. Dia mengeluarkan aura kematian ditujukan kepada peserta lelang di ruang VIP nomor dua itu. Pesert
Read more

Menumpas Bandit

Satu minggu berlalu, Lin Feng sampai di desa hadong. Namun, pemandangan di desa hadong membuatnya mual seolah akan mengeluarkan isi perutnya. Bagaimana tidak? Desa hadong hancur lebur dan mayat-mayat warga desa bergeletakan di sana sini. Desa Hadong tampak baru saja mengalami pembantaian. Semakin Lin Feng melangkah, darahnya semakin mendidih dan amarahnya semakin memuncak. Beberapa warga desa tewas dengan cara yang mengerikan. Anggota tubuh mereka terpotong dan tercabik, darah berceceran, beberapa gadispun tewas tanpa busana. Lin Feng mengepalkan tangannya erat-erat dan aura kematian yang menakutkan muncul dalam dirinya. Dia mengingat pembantaian yang menimpa desanya dulu yang menyebabkan kedua orang tuanya tewas. “Bajingan, siapa yang berbuat keji seperti ini? Aku akan membalasnya berkali lipat.” Lin Feng tampak menyesali kedatangannya yang terlambat di desa hadong. Namun, nasi sudah menjadi bubur, desa hadong telah hancur lebur. Lin Feng terus melangkahkan kakinya melihat mayat
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status