Tak lama, Lin Feng, Wang Ru dan Min Chu sampai di dekat pintu keluar. “Hahaha … Kakak Feng memang bisa diandalkan,” Wang Ru senang karena Lin Feng berhasil membawa mereka mendekati pintu keluar tanpa terkena jebakan. “Ayu kita keluar dari tempat ini!” ajak Min Chu. “Kalian berdua keluar saja terlebih dahulu dari sini! Aku akan menunggu salah satu peserta untuk memperoleh token,” ujar Lin Feng. Min Chu ingat bahwa dirinya belum memberikan token yang dia miliki. “Ambil token ini! Aku yang akan merebut token peserta lain,” ucapnya sambil melemparkan dua token untuk Lin Feng dan Wang Ru. “Saudara Chu, apa kamu yakin? Kalian berdua keluar saja terlebih dahulu, aku yang akan menunggu disini,” kata Wang Ru. Setelah cukup alot tidak ada yang mau mengalah, Lin Feng, Wang Ru dan Min Chu memutuskan untuk tidak keluar terlebih dahulu. Mereka bertiga akan menunggu seseorang di dekat pintu keluar tersebut untuk merebut token. Di area dekat tempat keluar yang cukup luas tersebut, seseorang me
Wilayah Sekte Pedang Api meliputi seluruh area Gunung Kunlun. Di gunung itu, terdapat 4 bukit yang masing-masing memiliki ketinggian yang berbeda. Bukit terendah merupakan tempat bagi murid luar, kemudian murid dalam, murid inti, dan bukit tertinggi merupakan tempat bagi patriark dan para tetua sekte. Masing-masing bukit itu memiliki fasilitas yang berbeda-beda. Semakin tinggi bukit, semakin bagus fasilitas yang diberikan. Lin Feng menjadi murid luar Sekte Pedang Api dan mendapatkan sebuah rumah kecil untuk dia tinggali. Baru saja dia akan beristirahat dan meningkatkan kultivasinya, Tetua Zhang mendatanginya. “Bocah, apa kamu mau menjadi muridku?” tawar Tetua Zhang. “Maaf Tetua Zhang, Feng’er belum memikirkan hal itu.” “Jika menjadi muridku, kamu akan mewarisi seluruh kehebatanku. Asal kamu tahu, di sekte ini, aku menolak siapapun menjadi muridku karena tidak ada satupun yang berbakat. Kamu akan menjadi muridku satu-satunya.” “Maaf Tetua Zhang, Feng’er tidak tertarik,” tolak Lin
Di aula pertemuan Markas Klan Huang, “Apa kalian sudah menyebarkan sketsa wajah pemuda yang telah memotong lengan putraku?” tanya Patriark Huang Li kepada para tetua sekte Klan Huang. “Kami sudah melakukan apa yang diperintahkan oleh patriark,” balas salah satu tetua bernama Huang Jie. Klan Huang telah menyebarkan sketsa wajah Lin Feng termasuk di kalangan generasi muda Klan Huang yang menjadi murid di beberapa sekte. Lin Feng menjadi buronan orang-orang dari Klan Huang.Tindakan Lin Feng yang telah memotong lengan Huang Cha tidak bisa dimaafkan oleh Patriark Huang Li sehingga dia mengerahkan seluruh kemampuan Klan Huang untuk memburunya. “Pemuda itu pantas mati. Kita akan segera mendapatkan kabar tentang kematiannya,” sahut Tetua Huang Mo. “Aku sudah tidak sabar melihat kepalanya terpisah dari badannya, bajingan itu telah membuatku murka,” ujar Patriark Huang Li. Sementara itu di beberapa sekte Provinsi Bintang Biru, generasi muda Klan Huang telah menerima surat berisi sketsa w
Patriark dan beberapa tetua yang berada di bukit tertinggi gunung Kunlun tersentak kaget mendengar bunyi lonceng yang sekian lama tidak mereka dengar dari bukit bintang. “Ayu kita kesana!” Patriark Zhan Lipun penasaran ingin melihat pertarungan itu. Patriark dan beberapa tetua sekte melesat dari bukit tertinggi ke bukit bintang untuk menyaksikan pertarungan. Arena pertarungan di bukit bintang menjadi ramai oleh para murid, tetua, dan patriark yang hendak menyaksikan. Penatua Mang melesat ke atas arena pertarungan. “Siapa yang membunyikan lonceng!” teriaknya. Wusss Lin Feng melesat ke arena. “Aku yang membunyikannya. Aku menantang Yun Chen, murid luar peringkat kesepuluh dalam pertarungan bebas.” Wusss Yun Chen tidak tinggal diam, mengikuti langkah Lin Feng melesat ke arena. “Aku menerima tantanganmu.” Patriark Li dan beberapa tetua sekte menelan ludah melihat kepercayaan diri Lin Feng menantang Yun Chen. Para murid Sekte Pedang Api pun menatap Lin Feng hening. Bagaimana Lin
“Kamu telah berani memotong lengan putra patriarkku. Aku tidak akan membiarkanmu hidup,” ujar Huang Qin. “Jadi, kamu berasal dari Klan Huang. Apa yang kamu inginkan?” “Aku menantangmu dalam pertarungan bebas,” balas Huang Qin. Penonton merasa konyol jika Huang Qin menantang Lin Feng. Dalam pertarungan resmi, seseorang dengan peringkat rendahlah yang bisa menantang murid dengan peringkat diatasnya. Apalagi, Lin Feng merupakan murid luar sementara Huang Qin merupakan murid dalam. Jika ingin bertarung, maka Lin Fenglah yang seharusnya menantang Huang Qin. “Hentikan!” Penatua Mang berusaha melerai perseteruan Lin Feng dengan Huang Qin. Huang Qin yang murka terhadap Lin Feng, tidak berniat membiarkan Lin Feng lolos begitu saja. “Apa kamu takut denganku?” Lin Feng menyadari bahwa kemampuannya berada di bawah Huang Qin. Dia perpikir sejenak, kemudian berkata. ”Bagaimana jika aku menantangmu dalam pertarungan bebas tiga bulan lagi?” “Aku setuju. Bersiaplah!!! Tiga bulan lagi, aku akan
Lin Feng berlatih tanding bersama Xiao Yuli selama beberapa saat. Lin Feng banyak berpikir bagaimana cara meningkatkan kultivasinya dengan cepat. Dia menyadari bahwa dia bukanlah tandingan Huang Qin. Dia hanya setara dengan kultivator tahap pemula keenam sementara Huang Qin merupakan kultivator tahap pemula kesembilan. “Jika aku tetap berada di dalam sekte, aku ragu dapat meningkatkan kultivasiku dalam waktu 3 bulan melampaui Huang Qin. Aku akan mengambil misi untuk dapat keluar dari sekte ini,” gumam Lin Feng. Keesokan harinya, Lin Feng menuju ke balai misi. Dia sedikit kaget mengetahui jika penjaga balai misi merupakan pak tua yang menjadi perwakilan sekte saat turnamen di Kota Seribu Api. “Pak tua, ternyata kamu bertugas disini?” “Ya, panggil saja Penatua Qian Zhao.” “Baik Pak Tua Zhou.” Pak Tua Zhao menatap Lin Feng penuh arti. “Pak Tua Zhao, apa ada misi yang bisa aku lakukan?” tanya Lin Feng. Pak Tua Zhao tidak banyak bertanya. Dia menunjuk ke jejeran gulungan misi berwa
“Huh, andai saja Kakek Petapa memberiku banyak harta dan sumberdaya, aku tidak perlu bolak-balik ke menara bulan. Apa guru dari Kaisar Naga sangat miskin?” desah Lin Feng sambil terus melangkah menuju ke Menara Bulan. Lin Feng melihat beberapa orang berbondong-bondong pergi ke Menara Bulan. Setelah mencari tahu dari warga kota, Menara Bulan ternyata hendak mengadakan pelelangan. Entah apa yang ada dipikirannya, Lin Feng membeli topeng, kertas dan tinta di pasar. Di gang sepi kota, Lin Feng menulis sebuah teknik yang bernama Teknik Panah Surgawi dari pengetahuan yang ada di benaknya. Lin Feng berniat melelang gulungan teknik panah surgawi di Menara Bulan. Teknik tersebut bukanlah teknik biasa karena berasal dari pengetahuan yang diberikan oleh Kakek Petapa. Oleh karenanya, Lin Feng berniat mengenakan topeng agar tidak ada kecurigaan bahwa pemuda sepertinya menjual teknik tingkat tinggi yang mungkin sangat langka di Kerajaan ataupun di Kekaisaran. Tak lama, Lin Feng sampai di Menara
“600 ribu koin emas,” tawar seseorang di ruangan VIP nomor dua yang juga tertarik dengan gulungan teknik panah surgawi. “1 juta koin emas.” Qio Yinsi tidak mau mengalah, dia melipatkan harganya berkali lipat, membuat peserta lelang bertanya-tanya siapa yang ada di ruangan VIP nomor satu itu. “1 juta seratus ribu koin emas,” peserta di ruangan VIP nomor dua pun tidak mau mengalah. “2 juta koin emas.” Qio Yinsi tidak berniat melepaskan gulungan teknik tingkat surgawi yang sangat langka di Kekaisaran Qilin. Peserta di ruangan VIP nomor dua muram mendengar tawaran tidak wajar dari Qio Yinsi yang selalu menawar berkali-kali lipat. “2 juta seratus ribu koin emas. Aku adalah penguasa kota Xinjiang, tolong beri aku muka,” ujar seseorang di ruangan VIP nomor dua. Qio Long menjadi murka karena peserta di ruangan VIP nomor dua bermaksud mengancamnya dengan membawa nama penguasa Kota Xinjiang. Dia mengeluarkan aura kematian ditujukan kepada peserta lelang di ruang VIP nomor dua itu. Pesert
Satu persatu ular es raksasa kembali muncul di hadapan Lin Feng dari berbagai sisi gua es. Lin Fengpun dengan mudah menghabisi mereka dengan menancapkan pedangnya ke otak mereka. Tanpa terasa, Lin Feng telah menghabisi tiga puluh ular es raksasa. Diapun menguliti semua ular es itu dan mengambil empedunya. Ular es raksasa merupakan jenis binatang buas. Meskipun begitu, kekuatan mereka tidak bisa dipandang sebelah mata. Hanya saja, kekuatan ular es raksasa tidaklah lebih hebat dibandingkan Lin Feng. Lin Feng kembali menyusuri gua es setelah menghabisi semua ular es raksasa yang muncul. Tak lama, Lin Feng menemukan pusat gua es itu. Dia melihat tempat yang cukup luas dengan pepohonan berlapis es berada di sekelilingnya. Lin Feng menengok ke kanan kiri untuk mencari sumber energi yang membuat gua itu terselimuti es. "Ketemu, disanalah sumber energi itu!" Lin Feng melihat kolam air dan meyakini jika di dalam kolam air itulah sumber energi gua es berada. Tanpa menunggu waktu l
Pertarungan antara Lin Feng melawan wanita siluman terlihat sangat dahsyat. Dalam radius puluhan kilometer pepohonan hancur lebur, tanah retak dan menjadi lubang kawah akibat teknik dan jurus dari keduanya. Lin Feng terus menggempur wanita siluman dengan tarian pedangnya yang sangat anggun. Wanita siluman berusaha menjauh dari Lin Feng agar bisa mengeluarkan tekniknya. Namun Lin Feng tidak membiarkan hal itu. Wanita siluman hanya bisa bergerak mundur sementara Lin Feng terus mengejarnya. "Jika terus seperti ini, aku pasti akan kalah," desah wanita siluman frustasi. Wanita siluman adalah salah satu siluman tersesat yang entah kenapa sampai di kekaisaran qilin. Dia termasuk golongan siluman yang sangat lemah yang ada di hutan siluman di kekaisaran luo. Namun meskipun begitu, kultivasi wanita siluman yang berada ditingkatan kaisar keenam tidak bisa diremehkan. "Wanita siluman, kenapa kamu sampai di kekaisaran qilin?" tanya Lin Feng sambil terus menyerang. "Maukah kamu menye
Penguasa hutan setan ternyata merupakan salah satu siluman tersesat yang berasal dari Kekaisaran Luo. Wanita siluman itu sebenarnya sudah berusia ratusan tahun, namun karena menyerap energi para pemuda tampan dan hebat, dia terlihat seperti wanita muda yang sangat cantik. "Cih, darimana kamu tahu kalau aku adalah siluman?" "Tidak perlu banyak bertanya! Sebentar lagi kamu akan mati," ucap Lin Feng. Lin Feng mengetahui aura wanita itu berbeda dari manusia. Sekali melihat, dia dapat mengetahui jika wanita itu adalah siluman. "Tampaknya, kamu harus aku paksa untuk menjadi suamiku." "Coba saja kalau kamu bisa!" Wanita siluman mengibaskan lengannya. Seketika, puluhan pisau langsung melesat ke arah Lin Feng. Lin Feng berlari zigzag menghindari pisau-pisau yang melesat ke arahnya. Duarrr Duarrr Duarrr Pisau-pisau yang dilesatkan wanita siluman mengenai pepohonan besar hingga membuat pepohonan itu hancur berkeping-keping. Lin Feng bergerak mendekati wanita siluman set
"Berapa hari tuan ingin menyewa kuda tercepat?" tanya pelayan. "Aku akan menyewanya sekitar seminggu," jawab Lin Feng. "Untuk seminggu, tuan bisa membayar tujuh juta koin emas. Tapi tuan perlu menitipkan uang sebesar dua ratus juta koin emas sebagai jaminan. Jika tuan membawa kuda sewaan kembali kesini, uang tuan akan dikembalikan," ujar pelayan. Lin Feng memberikan dua ratus tujuh juta koin emas kepada pelayan untuk menyewa kuda dan juga jaminannya. Setelah itu, Lin Feng langsung melesat ke hutan setan dengan kuda biru bersayap. Wusss Kecepatan kuda biru bersayap berada diluar nalar kultivator biasa, bahkan Lin Feng serasa mual menaikinya karena terlalu cepat. Lin Feng turun di desa kupu-kupu bermaksud menitipkan kuda biru disana. Dia kemudian menuju ke sebuah kedai yang ada disana. "Tuan, apa aku bisa menitipkan kudaku beberapa hari disini?" tanya Lin Feng kepada pemilik kedai. "Disini tempat menjual makanan, bukan tempat penitipan binatang," jawab pemilik kedai. L
Setelah kemenangan itu, Lin Feng, Qio Yinsi, para patriark dan lainnya yang selamat membawa orang-orang yang terluka. Kaisar Qilin, pendekar mabuk, Li Wang dan Cang Lin dibawa menuju ke istana. "Cepat panggil tabib kemari!" Qio Yinsi sangat mengkhawatirkan keselamatan ayahnya, pendekar mabuk, Li Wang dan Cang Lin. Dia segera menyuruh pelayan untuk membawa tabib istana. "Tidak perlu memanggil tabib, aku akan memeriksanya!" Lin Feng yang dahulu diajari pengetahuan tentang kedokteran oleh petapa misterius, mencegah Qio Yinsi untuk memanggil tabib. Lin Feng segera memeriksa Kaisar Qilin, Pendekar mabuk, Li Wang dan Cang Lin. "Untuk menyembuhkan racun ini, diperlukan pil hati emas," ucap Lin Feng setelah memeriksa Kaisar dan lainnya. Qio Yinsi merasa lemas mendengar Lin Feng menyebut pil hati emas. Pil hati emas merupakan pil tingkat lima yang hanya bisa diracik oleh alkemis legendaris. Keberadaan alkemis legendaris sangat misterius sehingga Qio Yinsi terlihat tampak putus as
Kaisar iblis menggeleng. "Kamu harus bisa mengendalikanku." "Bagaimana cara mengendalikanmu?" tanya pendekar mabuk. "Kamu akan mengetahuinya nanti," jawab kaisar iblis. Pendekar mabuk menghela nafas. "Percuma aku mengikat kontrak darah denganmu! Aku akan mati oleh assassin." "Jangan khawatir, kamu tidak akan mati oleh assassin yang sangat lemah," jawab kaisar iblis. Kaisar iblis kemudian berpamitan kepada pendekar mabuk. Menurutnya, dia akan benar-benar melebur menjadi sebuah pedang setelah segel di pedang iblis terbuka. "Selamat tinggal," ucap kaisar iblis. Pendekar mabuk tiba-tiba kembali ke dunia nyata. Dia membuka matanya, namun dengan segera pedang iblis bergerak bebas kesana-kemari dengan sendirinya. Pendekar mabuk tidak bisa mengendalikan pedang iblis. Dia mengikuti ke arah mana pedang iblis bergerak. Lalu, pedang iblis membawanya sampai ke ketua assassin. Slasss Slasss Pedang iblis bergerak sendiri menyerang ketua assassin, dan pendekar mabuk hanya mengik
Kaisar, Li Wang dan Cang Lin berusaha bangkit untuk kembali membantu Lin Feng. Wusss Wusss Wusss Ketua assassin segera melesatkan ratusan jarum beracun ke arah Kaisar, Li Wang dan Cang Lin. Mereka bertiga berusaha menghindar, namun karena luka yang sudah sangat parah beberapa jarum beracun berhasil mengenai tubuh mereka. Mereka bertiga kembali terkapar di tanah seperti orang lumpuh yang hanya bisa melihat tanpa bisa berbuat apapun. "Kaisar, Patriark ... " Lin Feng mengkhawatirkan keselamatan Kaisar Qilin, Li Wang dan Cang Lin. Lin Feng berusaha kembali berdiri tegak dengan pedang sebagai penopangnya. "Bocah, kamu benar-benar mengerikan." Ketua assasssin mengagumi Lin Feng yang tetap berdiri tegak. "Bocah sepertimu harus mati!" Ketua assasssin merasa Lin Feng akan menjadi monster jika terus dibiarkan hidup. Lin Feng masih sangat muda, namun dia dapat bertahan lama dari ketua assassin tingkat kaisar kedelapan. Hal itu membuat ketua assassin khawatir jika Lin Feng t
Kaisar Qilin, Li Wang dan Cang Lin bangkit dari tanah, kemudian menyeka darah di bibir mereka. "Kami baik-baik saja," jawab mereka. Wusss Wusss Wusss Baru saja bangkit, ketua assassin melesatkan ratusan shuriken ke arah mereka. Ratusan shuriken itu melesat sangat cepat hingga tak dapat dilihat dengan mata biasa. Trangg Trangg Trangg Lin Feng segera menangkis shuriken-shuriken itu dengan pedangnya. Namun beberapa shuriken berhasil menyayat lengannya hingga lengannya meneteskan banyak darah. Lin Feng, Kaisar Qilin, Li Wang dan Cang Lin tetap bertahan. Mereka kemudian kembali menyerang ketua assassin. Di tempat lain, pendekar mabuk bergabung dengan pihak kaisar setelah memastikan Ye Jun dalam kondisi aman. Dia bertempur dengan para assassin tidak jauh dari Qio Yinsi dan pendekar lainnya. Pendekar mabuk menggunakan pedang iblis. Dia merasa cocok dengan pedang itu dan menganggap pedang itu pasangan yang sangat sempurna baginya. "Pedang Iblis Kematian." Pendekar mabu
Pertarungan terus terjadi, Lin Feng berhasil mengalahkan lawan-lawannya dengan sangat mudah. Disisi lain, Hui San juga berhasil mengalahkan lawan-lawannya. Kini, hanya tinggal Lin Feng dan Hui San yang harus bertarung untuk menjadi pemenang. "Saudara, aku harap kamu mengerahkan seluruh kemampuanmu." Hui San telah siap berhadap-hadapan dengan Lin Feng di arena. Selama bertarung, Lin Feng hanya menggunakan lima persen kekuatannya. Hui San tidak mengetahui kekuatan Lin Feng yang sesungguhnya. Jika Hui San tahu, dia tidak mungkin berkata seperti itu. Lin Feng menggaruk kepalanya yang tidak gatal meremehkan kemampuan Hui San. "Kamu bukanlah lawanku," jawabnya. "Kita akan tahu siapa pemenangnya sebentar lagi," balas Hui San. Juripun memulai pertarungan setelah Lin Feng dan Hui San sudah siap. Lin Feng langsung berlari zigzag ke arah Hui San sementata Hui San menari dengan pedangnya untuk menghalau gerakan Lin Feng. Lin Feng dengan mudah menghindari tarian pedang Hui San. Dia