Satu minggu berlalu, Lin Feng sampai di desa hadong. Namun, pemandangan di desa hadong membuatnya mual seolah akan mengeluarkan isi perutnya. Bagaimana tidak? Desa hadong hancur lebur dan mayat-mayat warga desa bergeletakan di sana sini. Desa Hadong tampak baru saja mengalami pembantaian. Semakin Lin Feng melangkah, darahnya semakin mendidih dan amarahnya semakin memuncak. Beberapa warga desa tewas dengan cara yang mengerikan. Anggota tubuh mereka terpotong dan tercabik, darah berceceran, beberapa gadispun tewas tanpa busana. Lin Feng mengepalkan tangannya erat-erat dan aura kematian yang menakutkan muncul dalam dirinya. Dia mengingat pembantaian yang menimpa desanya dulu yang menyebabkan kedua orang tuanya tewas. “Bajingan, siapa yang berbuat keji seperti ini? Aku akan membalasnya berkali lipat.” Lin Feng tampak menyesali kedatangannya yang terlambat di desa hadong. Namun, nasi sudah menjadi bubur, desa hadong telah hancur lebur. Lin Feng terus melangkahkan kakinya melihat mayat
“Pedang Tujuh Naga.” Srakkk Srakkk Srakkk Lin Feng yang murka dengan para bandit, menyerang mereka dengan pedangnya sebelum para bandit menyerangnya. Gerakannya sangat cepat membuat para bandit tidak dapat menghindari serangannya. Satu persatu bandit tewas dengan kepala terlepas dari badannya. Lin Feng tampak seperti bayangan menyibak kerumunan bandit. Sekali dia menebaskan pedang, puluhan bandit tewas dengan cara yang mengerikan. Beberapa bandit berkeringat dingin melihat Lin Feng yang seperti monster. Aura kematian yang cukup mematikan juga keluar dari dalam dirinya. “A … a … apa kamu monster?” pemimpin bandit tergagap. “Kalian membunuh warga desa dengan cara yang keji. Akupun tidak segan untuk berbuat keji terhadap kalian,” ujar Lin Feng kemudian melesat ke arah pemimpin bandit. Srakkk Srakkk Lin Feng membabi buta menebas pemimpin bandit. Pemimpin bandit yang berada di tahap pemula kelima itu tewas dengan tercabik-cabik. Para bandit yang tersisa terdiam mematung ketakut
Di markas Klan Huang, Patriark Huang Li telah menerima surat dari Huang Qin. Dia cukup senang setelah mengetahui keberadaan Lin Feng di Sekte Pedang Api. Dia menunggu kabar baik dari Huang Qin yang akan menghabisi Lin Feng dan mengirimkan kepalanya sebagai hadiah. Sementara itu, Lin Feng duduk bersila di bawah sebuah pohon di wilayah pegunungan yang dia lalui. Dia menyerap energi lotus api dan es. “Aaaaa” Lin Feng berteriak merasakan sakit yang amat sangat ketika menyerap energi lotus api dan es itu. Sesekali, organ dalamnya terasa seperti terbakar dan membeku secara bergantian. Namun, Lin Feng terus bertahan menyerapnya agar kultivasinya meningkat. Butuh waktu seminggu sampai energi lotus api dan es terserap habis oleh Lin Feng. Meskipun harus merasakan sakit yang sangat dahsyat, kultivasinya berhasil meningkat tiga tingkatan menjadi tahap pemula kesatu. “Energi lotus api dan es ternyata sangat dahsyat. Sekarang, aku bisa mengalahkan Huang Qin,” gumam Lin Feng kemudian kembali m
“Apa kalian siap?” tanya Penatua Mang. “Cepatlah! Aku sudah tidak sabar menghabisinya,” balas Huang Qin. “Baiklah kalau begitu. MULAI!” Wusss Srakkk Lin Feng dengan gerakan yang sangat cepat muncul dihadapan Huang Qin sebelum Huang Qin bahkan sempat berkedip. Dia memenggal kepalanya tanpa banyak bersusah payah. Huang Qin yang berada di tahap pemula kesembilan tewas terpenggal oleh Lin Feng dalam sekejap mata. Patriark Zhen Li berdiri dari kursinya, mengerjapkan mata tidak percaya. “Dia membunuhnya tanpa rasa berdosa,” gumamnya melihat Lin Feng yang tersenyum saat membunuh Huang Qin. Beberapa tetuapun berdiri dari kursinya, terhentak kaget. “Dari mana monster seperti itu berasal?” Murid-murid yang menyaksikan menjadi hening. Mereka menjadi sedikit ketakutan terhadap Lin Feng bahkan dikalangan murid inti sekte yang menyaksikan. Penatua Mang tidak bisa berkata-kata, Lin Feng memenangkan pertarungan bebas dalam waktu singkat. Tetua Zhang tampak mengkhawatirkan Lin Feng.“Meskipun
Di Sekte Gunung Petir, Brakkk Huang Do menggebrak meja yang ada di hadapannya. “Kurang ajar … siapa yang berani terhadap Klan Huang?” “Apa yang terjadi?” tanya Patriark Sekte Gunung Petir yang sekaligus merupakan guru dari Huang Do, Patriark Hu. Huang Do merupakan murid inti Sekte Gunung Petir dan juga salah satu murid kesayangan dari Patriark Hu. “Guru, aku akan pergi ke Sekte Pedang Api. Saudaraku telah dihabisi dan aku harus membalaskan dendam,” balas Huang Do. “Pergilah! Jika Sekte Pedang Api berani bermacam-macam, aku akan turun tangan,” ujar Patriark Hu. *** Huang Do melesat bersama dua orang temannya yang sesama murid inti Sekte Gunung Petir. Setelah sampai di Sekte Pedang Api, mereka dengan mudah menerobos masuk melewati barisan penjagaan tanpa melalui pintu gerbang sekte. Huang Do mengamuk mencari-cari Lin Feng di sebuah arena yang ada di Sekte Pedang Api. “Siapa yang bernama Lin Feng? Berikan kepalanya atau aku akan menghancurkan Sekte Pedang Api!” Duarrr Duarrr
“Klan Huang sangat berambisi menghabisiku.” Lin Feng menghela nafas, kemudian bertanya kepada Wang Ru dan Min Chu. “Sehebat apa mereka?” “Mereka berani berbuat onar di sekte. Sudah pasti mereka sangat hebat. Lebih baik kamu kabur Saudara Feng,” saran Min Chu. “Kabur? Tidak … Dimana mereka? Ayu kita ke sana!” “Apa kamu yakin?” Wang Ru dan Min Chu menganggap Lin Feng mencari mati. Lin Feng tidak menghiraukan Wang Ru dan Min Chu yang menyuruhnya kabur. Dia melesat menuju ke tempat Huang Do dan dua temannya. Dia merasa harus bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan. Sementara itu, Patriark Zhen Li, Tetua Zhang dan tetua lainnya masih berusaha menghalangi Huang Do dan kedua temannya. Mereka mengepung Huang Do dan dua temannya dari segala sisi. “Anak muda, lebih baik kalian pergi dari sekte ini! Sekte kami tidak akan pernah menyerahkan satupun murid tewas di tangan kalian,” usir Patriark Zhen Li. “Benar … lebih baik sekte kami hancur dan kami mati di tangan kalian daripada harus m
Meskipun Sekte Pedang Api tidak bisa melindunginya dengan kekuatan sekte yang lemah, Lin Feng tidak menyesal memilih masuk Sekte Pedang Api. Dia bertekad membuat nama sektenya membumbung tinggi. Lin Feng melesat meninggalkan Sekte Pedang Api. Dia tampak marah karena Klan Huang tidak berhenti mengganggunya. “Aku akan ke Kota Kincir Angin dan memberi Klan Huang sedikit pelajaran,” gumamnya. Lin Feng setara dengan Patriark Huang Li yang berada di tahap pemula kelima beberapa bulan yang lalu. Namun sekarang, kekuatannya sudah meningkat beberapa tingkatan. Dengan kekuatannya itu, Lin Feng sangat yakin dapat memporak-porandakan Klan Huang seorang diri. Namun, dia hanya akan memberi sedikit pelajaran terhadap klan huang. Selang beberapa hari, Lin Feng sampai di Kota Kincir Angin. Dia langsung melesat menuju ke markas Klan Huang. “Aku akan menghabisi para petinggi Klan Huang,” gumam Lin Feng setelah sampai di dekat markas klan. Lin Feng lalu melangkah ke gerbang Klan Huang. “Siapa kamu
Kekaisaran Qilin merupakan salah satu dari kekaisaran besar di benua tengah. Wilayahnya mencakup tiga kerajaan besar yang bernama Paviliun Merak, Teratai Emas, dan Istana Bintang. Masing-masing kerajaan itu terdiri dari puluhan sampai ratusan provinsi. Lin Feng sendiri berada di wilayah Provinsi Bintang Biru kekuasaan Kerajaan Istana Bintang. Dia melanjutkan perjalanan dengan menaiki kereta saudagar di samping tempat kusir, diiringi lima orang pengawal yang mengendarai kuda. “Tuan muda, kemana tujuanmu?” tanya Pemimpin Pengawal. “Aku tidak tahu, aku pergi kemana langkah kakiku sampai.” Lin Feng menghela nafas, kemudian melanjutkan perkataannya, “hanya saja, aku memiliki tujuan menumpas kejahatan di dunia ini. Aku tidak ingin orang-orang hidup sebatang kara dan mengalami nasib sepertiku yang kehilangan sebuah keluarga.” Saudagar yang ada didalam keretapun menjadi iba terhadap Lin Feng. “Anak muda, aku turut berduka atas kejadian tragis yang kamu alami. Akupun berterima kasih karena