“Kamu telah berani memotong lengan putra patriarkku. Aku tidak akan membiarkanmu hidup,” ujar Huang Qin. “Jadi, kamu berasal dari Klan Huang. Apa yang kamu inginkan?” “Aku menantangmu dalam pertarungan bebas,” balas Huang Qin. Penonton merasa konyol jika Huang Qin menantang Lin Feng. Dalam pertarungan resmi, seseorang dengan peringkat rendahlah yang bisa menantang murid dengan peringkat diatasnya. Apalagi, Lin Feng merupakan murid luar sementara Huang Qin merupakan murid dalam. Jika ingin bertarung, maka Lin Fenglah yang seharusnya menantang Huang Qin. “Hentikan!” Penatua Mang berusaha melerai perseteruan Lin Feng dengan Huang Qin. Huang Qin yang murka terhadap Lin Feng, tidak berniat membiarkan Lin Feng lolos begitu saja. “Apa kamu takut denganku?” Lin Feng menyadari bahwa kemampuannya berada di bawah Huang Qin. Dia perpikir sejenak, kemudian berkata. ”Bagaimana jika aku menantangmu dalam pertarungan bebas tiga bulan lagi?” “Aku setuju. Bersiaplah!!! Tiga bulan lagi, aku akan
Lin Feng berlatih tanding bersama Xiao Yuli selama beberapa saat. Lin Feng banyak berpikir bagaimana cara meningkatkan kultivasinya dengan cepat. Dia menyadari bahwa dia bukanlah tandingan Huang Qin. Dia hanya setara dengan kultivator tahap pemula keenam sementara Huang Qin merupakan kultivator tahap pemula kesembilan. “Jika aku tetap berada di dalam sekte, aku ragu dapat meningkatkan kultivasiku dalam waktu 3 bulan melampaui Huang Qin. Aku akan mengambil misi untuk dapat keluar dari sekte ini,” gumam Lin Feng. Keesokan harinya, Lin Feng menuju ke balai misi. Dia sedikit kaget mengetahui jika penjaga balai misi merupakan pak tua yang menjadi perwakilan sekte saat turnamen di Kota Seribu Api. “Pak tua, ternyata kamu bertugas disini?” “Ya, panggil saja Penatua Qian Zhao.” “Baik Pak Tua Zhou.” Pak Tua Zhao menatap Lin Feng penuh arti. “Pak Tua Zhao, apa ada misi yang bisa aku lakukan?” tanya Lin Feng. Pak Tua Zhao tidak banyak bertanya. Dia menunjuk ke jejeran gulungan misi berwa
“Huh, andai saja Kakek Petapa memberiku banyak harta dan sumberdaya, aku tidak perlu bolak-balik ke menara bulan. Apa guru dari Kaisar Naga sangat miskin?” desah Lin Feng sambil terus melangkah menuju ke Menara Bulan. Lin Feng melihat beberapa orang berbondong-bondong pergi ke Menara Bulan. Setelah mencari tahu dari warga kota, Menara Bulan ternyata hendak mengadakan pelelangan. Entah apa yang ada dipikirannya, Lin Feng membeli topeng, kertas dan tinta di pasar. Di gang sepi kota, Lin Feng menulis sebuah teknik yang bernama Teknik Panah Surgawi dari pengetahuan yang ada di benaknya. Lin Feng berniat melelang gulungan teknik panah surgawi di Menara Bulan. Teknik tersebut bukanlah teknik biasa karena berasal dari pengetahuan yang diberikan oleh Kakek Petapa. Oleh karenanya, Lin Feng berniat mengenakan topeng agar tidak ada kecurigaan bahwa pemuda sepertinya menjual teknik tingkat tinggi yang mungkin sangat langka di Kerajaan ataupun di Kekaisaran. Tak lama, Lin Feng sampai di Menara
“600 ribu koin emas,” tawar seseorang di ruangan VIP nomor dua yang juga tertarik dengan gulungan teknik panah surgawi. “1 juta koin emas.” Qio Yinsi tidak mau mengalah, dia melipatkan harganya berkali lipat, membuat peserta lelang bertanya-tanya siapa yang ada di ruangan VIP nomor satu itu. “1 juta seratus ribu koin emas,” peserta di ruangan VIP nomor dua pun tidak mau mengalah. “2 juta koin emas.” Qio Yinsi tidak berniat melepaskan gulungan teknik tingkat surgawi yang sangat langka di Kekaisaran Qilin. Peserta di ruangan VIP nomor dua muram mendengar tawaran tidak wajar dari Qio Yinsi yang selalu menawar berkali-kali lipat. “2 juta seratus ribu koin emas. Aku adalah penguasa kota Xinjiang, tolong beri aku muka,” ujar seseorang di ruangan VIP nomor dua. Qio Long menjadi murka karena peserta di ruangan VIP nomor dua bermaksud mengancamnya dengan membawa nama penguasa Kota Xinjiang. Dia mengeluarkan aura kematian ditujukan kepada peserta lelang di ruang VIP nomor dua itu. Pesert
Satu minggu berlalu, Lin Feng sampai di desa hadong. Namun, pemandangan di desa hadong membuatnya mual seolah akan mengeluarkan isi perutnya. Bagaimana tidak? Desa hadong hancur lebur dan mayat-mayat warga desa bergeletakan di sana sini. Desa Hadong tampak baru saja mengalami pembantaian. Semakin Lin Feng melangkah, darahnya semakin mendidih dan amarahnya semakin memuncak. Beberapa warga desa tewas dengan cara yang mengerikan. Anggota tubuh mereka terpotong dan tercabik, darah berceceran, beberapa gadispun tewas tanpa busana. Lin Feng mengepalkan tangannya erat-erat dan aura kematian yang menakutkan muncul dalam dirinya. Dia mengingat pembantaian yang menimpa desanya dulu yang menyebabkan kedua orang tuanya tewas. “Bajingan, siapa yang berbuat keji seperti ini? Aku akan membalasnya berkali lipat.” Lin Feng tampak menyesali kedatangannya yang terlambat di desa hadong. Namun, nasi sudah menjadi bubur, desa hadong telah hancur lebur. Lin Feng terus melangkahkan kakinya melihat mayat
“Pedang Tujuh Naga.” Srakkk Srakkk Srakkk Lin Feng yang murka dengan para bandit, menyerang mereka dengan pedangnya sebelum para bandit menyerangnya. Gerakannya sangat cepat membuat para bandit tidak dapat menghindari serangannya. Satu persatu bandit tewas dengan kepala terlepas dari badannya. Lin Feng tampak seperti bayangan menyibak kerumunan bandit. Sekali dia menebaskan pedang, puluhan bandit tewas dengan cara yang mengerikan. Beberapa bandit berkeringat dingin melihat Lin Feng yang seperti monster. Aura kematian yang cukup mematikan juga keluar dari dalam dirinya. “A … a … apa kamu monster?” pemimpin bandit tergagap. “Kalian membunuh warga desa dengan cara yang keji. Akupun tidak segan untuk berbuat keji terhadap kalian,” ujar Lin Feng kemudian melesat ke arah pemimpin bandit. Srakkk Srakkk Lin Feng membabi buta menebas pemimpin bandit. Pemimpin bandit yang berada di tahap pemula kelima itu tewas dengan tercabik-cabik. Para bandit yang tersisa terdiam mematung ketakut
Di markas Klan Huang, Patriark Huang Li telah menerima surat dari Huang Qin. Dia cukup senang setelah mengetahui keberadaan Lin Feng di Sekte Pedang Api. Dia menunggu kabar baik dari Huang Qin yang akan menghabisi Lin Feng dan mengirimkan kepalanya sebagai hadiah. Sementara itu, Lin Feng duduk bersila di bawah sebuah pohon di wilayah pegunungan yang dia lalui. Dia menyerap energi lotus api dan es. “Aaaaa” Lin Feng berteriak merasakan sakit yang amat sangat ketika menyerap energi lotus api dan es itu. Sesekali, organ dalamnya terasa seperti terbakar dan membeku secara bergantian. Namun, Lin Feng terus bertahan menyerapnya agar kultivasinya meningkat. Butuh waktu seminggu sampai energi lotus api dan es terserap habis oleh Lin Feng. Meskipun harus merasakan sakit yang sangat dahsyat, kultivasinya berhasil meningkat tiga tingkatan menjadi tahap pemula kesatu. “Energi lotus api dan es ternyata sangat dahsyat. Sekarang, aku bisa mengalahkan Huang Qin,” gumam Lin Feng kemudian kembali m
“Apa kalian siap?” tanya Penatua Mang. “Cepatlah! Aku sudah tidak sabar menghabisinya,” balas Huang Qin. “Baiklah kalau begitu. MULAI!” Wusss Srakkk Lin Feng dengan gerakan yang sangat cepat muncul dihadapan Huang Qin sebelum Huang Qin bahkan sempat berkedip. Dia memenggal kepalanya tanpa banyak bersusah payah. Huang Qin yang berada di tahap pemula kesembilan tewas terpenggal oleh Lin Feng dalam sekejap mata. Patriark Zhen Li berdiri dari kursinya, mengerjapkan mata tidak percaya. “Dia membunuhnya tanpa rasa berdosa,” gumamnya melihat Lin Feng yang tersenyum saat membunuh Huang Qin. Beberapa tetuapun berdiri dari kursinya, terhentak kaget. “Dari mana monster seperti itu berasal?” Murid-murid yang menyaksikan menjadi hening. Mereka menjadi sedikit ketakutan terhadap Lin Feng bahkan dikalangan murid inti sekte yang menyaksikan. Penatua Mang tidak bisa berkata-kata, Lin Feng memenangkan pertarungan bebas dalam waktu singkat. Tetua Zhang tampak mengkhawatirkan Lin Feng.“Meskipun