Semua Bab GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA: Bab 61 - Bab 70

136 Bab

Embun Cemburu

PoV Author"Ini ada surat yang harus ditandatangani." Bidan itu menyerahkan sebuah surat berbalut map warna biru muda."Apa ini, Bu Bidan?" tanya Pak Sujita dengan tangan bergetar menerima surat tersebut. Ia lantas melihat isi dari surat itu."Surat persetujuan untuk dilakukan tindakan operasi, sebab saat ini Ibu Yulia sudah tak sadarkan diri. Mohon disegerakan, karena pasien harus segera ditindak lanjuti. Kami butuh tandatangan penanggung jawabnya sekarang juga." "Raffa," lirih Pak Sujita yang tangannya memegang surat tersebut dengan bergetar semakin kuat.Raffa hanya menatap nanar. Di dalam hatinya, ia tak tega membiarkan Yulia dalam kondisi kritis seperti ini. Namun ia sama sekali tak suka jika Pak Sujita terus-terusan memintanya mengasihani Yulia.Tanpa diminta pun, Raffa sudah sangat baik pada Yulia keluarganya. Hanya saja, untuk kembali bersama itu tidak mungkin. 'Berbelas kasihan bukan berarti harus kembali,' batin Raffa. Ia bahkan enggan untuk melirik isi kertas tersebut."Ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-25
Baca selengkapnya

Video Viral Berjudul Aerobik Nikmat

Sementara Raffa hanya mengernyit, panggilan dimatikan secara sepihak tanpa pamit dan salam. Ia menatap layar ponselnya yang masih menyala, menampilkan angka sebuah waktu dan tanggal.'Padahal aku mau tanya, siapa laki-laki yang sore tadi bersamanya memasuki toko bunga,' kata hati Raffa. Ia lantas memasukkan kembali ponsel tersebut, namun belum sempat melepaskan, ponsel tersebut kembali bergetar sekali."Siapa yang telfon, Raf?" selidik Pak Sujita, namun Raffa tengah memerhatikan ponsel yang kembali ia keluarkan. Sebuah pesan chat dari Embun.[Maaf, Mas sudah mengganggu waktumu. Dan maaf juga, karena aku tidak sempat mengucap salam.][Tidak apa. Tapi serius kah, tidak ada yang ingin kamu bahas?] balas Raffa, mencoba memancing ungkapan gadis itu.[Enggak ada, kok, Mas. Aku sedang di luar, maaf ponselnya mau kusimpan ke dalam tas. Assalamu'alaikum,] balas Embun lagi, seperti tidak ingin berbalas pesan lagi.[Di mana? Dengan siapa?] tanya Raffa dalam pesan chatnya.Dan sejak saat itu pon
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-26
Baca selengkapnya

Usai Kelahiran Bayi itu

PoV raffaRaffa sudah selesai berkonsultasi dengan seseorang yang saat ini ia anggap paling penting dalam hidupnya dan berpengaruh bagi masa depannya nanti. Pria jangkung berkemeja hitam dengan lengan dilipat itu berjalan menuju ruang rawat Yulia."Mas! Aku tau kamu pasti datang. Anak kita sedang menyusu, Mas. Lihatlah, lucu sekali." Yulia memang sedang menunggu kedatangan mantan suaminya sejak ia baru sadarkan diri, ingin memamerkan tingkah menggemaskan bayinya yang baru pertama kali menyusu.Sebetulnya Yulia belum diijinkan untuk menyusui bayinya, namun ia tetap memaksa karena sudah lama memimpikan hal itu.Raffa berjalan mendekat dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana berwarna kremnya, mendekati bed Yulia."Aku tidak bisa lama-lama di sini. Banyak pekerjaan yang harus kuurus." Dengan wajah datar, Raffa mengucapkannya."Ma-mau kerja? Ini sudah malam, Mas." Yulia berusaha menahan mantan suaminya, sebab hari menjelang larut."Aku permisi," ucap Raffa, tanpa menjawab perta
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-27
Baca selengkapnya

Dua Kisah Berbeda

"Gara-gara bayimu itu, semuanya jadi kacau berantakan. Kamu harus kehilangan suami yang selama ini berperan penting bagi kehidupan kita. Tanggung jawab Bapak bertambah, sementara kita tidak ada yang bisa menghasilkan uang. Mau sampai kapan akan mengandalkan belas kasihan Raffa?" Akhirnya Pak Sujita menumpahkan semua isi hatinya, kekhawatiran dan segala gundah yang membelenggu.Selama ini ia selalu kenahan luapan kalimat tersebut, demi tetap menjaga perasaan anak-anaknya."Bapak tenang saja. Sebentar lagi Satya akan kerja dan biarkan semua Satya yang menanggung!" balas Satya yang mulai tersulut emosi, merasa dianggap tidak berguna."Iya, memang seharusnya begitu sebagai anak laki-laki satu-satunya," tukas Pak Sujita.Satya mencebik kesal, sementara Nurul menyembunyikan wajahnya dengan cara menunduk. Ia sangat takut jika mendengar ayahnya bicara dengan keras, seperti saat sang ibu masih ada.Yulia terus menangis hingga merasakan nyeri pada bekas operasinya, namun ia tak bicara. Hanya me
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-28
Baca selengkapnya

Sebuah Rasa

PoV Author"Aku lihat kamu masuk ke toko bunga dengan seorang pria. Dia, siapa?" tanya Raffa, meski ragu. Ia sudah tak tahan hanya menerka-nerka.Embun justeru mengernyit, memiringkan bibirnya keheranan. "Yang kemarin sore itu?" tanyanya.Raffa mengangguk cepat, tak sabar ingin segera mendengar jawaban dari bibir Embun. Netranya menatap penuh tanya, seolah jawaban itu sangat penting baginya."Mas Raffa gak kenal?"Bukan jawaban yang Raffa dapatkan, justeru pertanyaan sebaliknya hingga membuatnya berpikir ulang mencoba mengingat wajah pria yang bersama Embun sore kemarin."Ya Allah, Mas. Itu Bagas, sepupuku," kata Embun seraya terkekeh manja."Bagas?" ulang Raffa, mencoba mengingat yang Embun katakan."Bagas sepupuku, anaknya Tante Tias. Masa Mas Raffa lupa? Dulu setiap Mas main ke rumahku, Bagas suka banget caper dan ngajak Mas main mobil-mobilan," jelas Embun.Seketika ingatan Raffa kembali masa itu. Masa di mana ia dan Embun begitu dekat saat kuliah, sering bertandang ke rumah Embun
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-29
Baca selengkapnya

Hasil Tes DNA

PoV AuthorRaffa hanya memandangi kertas di hadapannya yang berisi angka-angka dan bahasa medis yang sama sekali tidak ia mengerti. Dalam kertas tersebut nyaris semua angkanya berwarna merah."Seseorang bisa memiliki kemiripan gen dengan orang lain. Persentasenya bahkan beragam, namun tidak akan sama persis. Artinya, hasil tes DNA pada Pak Raffa dan bayi Ibu Yulia adalah NEGATIF. Bisa dipastikan, bayi itu bukan darah daging Pak Raffa." Dokter menjelaskan seraya menunjuk pada tulisan paling bawah pada kertas hasil tes tersebut.Raffa terdiam beberapa saat, mengingat dirinya sempat membayangkan menimang bayi itu dan merawatnya sendirian. Tapi ternyata, bayangan itu hanya harapan semata."Apa tidak ada yang salah dengan tes ini?" tanya Raffa, memastikan."Tidak ada, Pak. Hasilnya sudah sangat akurat dan tidak mungkin salah. Untuk sampel yang kami ambil pun, sudah dalam pengawasan dan penjagaan yang ketat, sehingga tidak mungkin ada yang menukarnya."Lekaki itu tercenung. Ada syukur memba
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya

Pu_kulan Telak

PoV Raffa"Bapak bisa saja menuntutmu karena sudah mengambil sampel pada bayi itu tanpa sepengetahuan ibu kandungnya!"Apa ini? Mantan Bapak mertua mengancamku? Dia pikir aku akan gentar, kembali luluh dan menerima Yulia serta bayinya. Tidak akan."Silakan, Pak. Saya tidak takut, sedikitpun." Tetap kusunggingkan senyuman ramah kepadanya, agar jantungnya tidak terlalu syok dengan sikapku. Bahaya juga, jika dia sampai anfal gara-gara aku. Karena nantinya, aku juga yang repot.Lagi pula, hari sudah malam dan aku tidak boleh memancing keributan. Malu jika sampai tetangga menonton kami seperti sinetron."Berani sekali sekarang kamu, ya! Ke mana rasa hormatmu yang dulu? Dia, yang sudah membuatmu tak lagi menghargai Bapak?" tanya Pak Sujita, menunjuk ke arah Embun.Tentu saja ucapannya membuatku tersulut emosi. Kukepalkan tangan seraya mengeraskan rahang pertanda amarahku sudah terpancing.Embun memegang jari kelingkingku, lalu menggenggamnya dengan erat hingga aku menoleh pada wajah teduh n
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-03
Baca selengkapnya

Kedatangan Warga Sekitar

PoV RaffaSiapa yang datang malam-malam, pikirku. Meski sempat berpikir ke arah lain, namun segera kutepis karena mungkin saja mereka sudah terlelap di buai mimpi."Buka, Pak!" teriak seorang wanita lagi dari luar rumah. Namun suaranya kali ini terdengar lain dengan yang barusan mengucap salam."Ah, Bapak, sih! Lihat, tuh!" tunjuk Satya terlihat marah. Gegas ia melangkah ke depan dan membukakan pintu.Rasa penasaran membawaku mendekat ke arah depan, ingin melihat siapa yang datang di waktu tidur seperti ini."Kalian ini, bisa tidak mulutnya dijaga supaya tidak membuat pengang telinga kami?" tegur seorang ibu bertubuh tambun di depan pintu. Aku semakin tertarik untuk menguping, ingin tahu apa yang akan Satya katakan pada mereka. Namun tiba-tiba saja Pak Sujita melintas melewatiku untuk menghampiri tiga orang wanita di depan sana."Maaf, ya, Ibu-ibu jika suara Bapak sudah mengganggu istorahat Ibu-ibu semua." Satya menangkup kedua tangannya di depan dada, meminta untuk dimaafkan."Ada a
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-04
Baca selengkapnya

The Power off Emak-emak

"Aku takut mereka mendengar suaraku dan semakin menudingmu berselingkuh denganku, Mas." Wanita manis itu berbisik, seolah ia tak ingin Ibu-ibu di depan sana akan mencemoohnya."Kamu tenang saja. Aku akan buktikan bahwa, kita tidak pernah selingkuh. Sepertinya warga sini belum tau jika aku sudah bercerai dengan Yulia.""Mas! Aku tidak rela bercerai denganmu!" tukas Yulia, menyambar ucapanku pada Embun. Malas aku menjawab wanita gi_la itu.Kudekap bahu Embun dan membawanya keluar ke hadapan para Ibu yang sepertinya sudah semakin ramai. Benar saja, jumlah mereka kini bertambah menjadi sekitar enam atau tujuh orang.Pak Sujita dan Satya masuk ke dalam hendak membantu Nurul yang sudah tak sanggup menahan kakaknya."Kita pulang, ya. Urusanku di sini sudah selesai," ucapku pada Embun."Tapi, Mas. Sepertinya Yulia butuh tenaga medis," kata Embun yang mendengar teriak kesakitan dari Yulia"Itu urusan mereka," kataku, tidak tertarik untuk melihat kondisinya. Bagiku kini, keselamatan Embun jauh
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-05
Baca selengkapnya

Dilema Melanda Jiwa

PoV RaffaSepasang mata indah dengan bulu mata lentik terus menyoroti wajahku hingga aku kian terpikat oleh pesonanya. Ia menajam, seolah tak sabar menuntut jawab. Kami memang tidak pernah memiliki kesepakatan untuk menikah. Ide itu tiba-tiba saja muncul di kepalaku. Ya, bisa dibilang, aku hanya memanas-manasi keluarga Yulia.Bahkan panggilan sayang pada Embun saat di rumah Yulia tadi, betul-betul di luar rencanaku, apalagi Embun.Namun jika bicara soal rasa, jujur aku pernah memilikinya dan sekarang agaknya rasa itu telah kembali tumbuh, seiring berjalannya waktu kebersamaan kami dalam beberapa waktu ini.Tapi ... apa tidak terlalu cepat?"Kita pulang sekarang, ya." Embun melepaskan kedua tanganku dari pipinya.Dapat kulihat raut kekecewaan di wajah jelita itu. Aku tahu, dia berharap lebih padaku dan aku baru saja memberikan sebuah harapan semu.Siang itu Embun sudah berkata jujur padaku tentang perasaannya. Aku pun membalas dengan hal yang sama. Tapi ... kami memang belum memiliki k
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status