Semua Bab Kubuat Suamiku Lumpuh: Bab 21 - Bab 30
74 Bab
Bab 16.A
"Apa Susan akan tinggal di sini menggantikanku?"Mas Ferdi tersenyum tipis mendengar pertanyaanku itu seolah hal yang lucu."Tentu saja, karena Susan akan melahirkan anak laki-laki untukku maka ia pantas tinggal di sini," jawabnya dengan tatapan remeh.Aku tersenyum, memperlihatkan jika diri dan hatiku sama sekali tak terluka oleh perbuatannya, serta memperlihatkan jika aku wanita kuat."Oh ya? Apa dia sudah mengandung anakmu, Mas?" tanyaku dengan tatapan menantang."Iya, Yul, dia sedang hamil anakku, dan aku yakin dia berjenis kelamin laki-laki," jawabnya dengan sangat percaya diri.Sebenarnya hatiku luluh lantak saat ini, rasa sakit yang kurasa bukan lagi berdarah melainkan bernanah."Tapi, apa kamu yakin dia itu benar-benar anakmu Hem? Mengingat dia tinggal di club malam itu, aku takut dia open bo dan tidur dengan sembarang lelaki."Aku tersenyum lebar sementara senyuman yang terlukis di bibirnya mendadak padam."Hati-hati ya, Mas, jangan sampai kamu tertipu." Senyumku makin lebar
Baca selengkapnya
Bab 16.B
Raut ketakutan terpancar dari wajah Dita sementara Dara hanya tercenung kebingungan."Aku ikut Mama sama Kakak aja deh. Dek, kamu juga ikut Kakak sama Mama ya, jangan tinggal di sini," ujar Dita, sementara Dara hanya menganggukkan kepala."Ayo, kemasi barang-barang kalian sama Kakak, besok pagi kita pergi dari sini ya." Aku menatap mereka dengan tenang."Emang kita akan pergi ke mana, Ma?" tanya Dita.Aku hanya tersenyum kecil, tentu saja Mama akan bawa kalian ke tempat yang jauh lebih baik dari rumah ini."Kita lihat aja besok ya, sana kemasi dulu barang-barang kalian.""Iya deh." Mereka berdua pergi menyusul kakaknya ke kamar, sekarang hanya kami berdua yang masih berdiri berhadapan."Siap-siap saja kamu akan kehilangan anak kita, Mas." Aku tersenyum kecil sambil menatap wajahnya dari jarak dekat"Mungkin bukan hanya kehilangan anak, tapi juga segalanya." Aku menyeringai lebar, lalu pergi meninggalkannya yang masih berdiri.Ia pasti heran kenapa aku terlihat kuat tanpa ada satu air
Baca selengkapnya
Bab 17.A
(POV FERDI)"Coba kamu pikir, Mas. Tiba-tiba aja tensi darahmu naik lalu terkena stroke, padahal sebelumnya kamu baik-baik aja 'kan?""Lalu sekarang, Mba Yuli ga bawa kamu terapi. Aku curiga jangan-jangan dia ga menginginkan kamu sembuh, karena dia juga yang buat kamu sakit."Celoteh Susan membuatku berpikir jika Yuli memang meracuniku dengan daging kambing, saat malam pertama aku membawa Susan ke rumah ini.Dua kali tak dibawa terapi olehnya membuat prasangka buruk ini menguat, terlebih ia sering memperhatikanku sambil menyeringai puas.Aku sudah kenal lama dengan Yuli, yang kutahu perempuan itu memang bermuka dua, selalu memperhatikan expresi lain dari isi hatinya.Masih kuingat saat lima tahun usia pernikahan kami, saat itu kucing tetangga kerap masuk dan mencuri ikan ataupun ayam di rumah kami.Yuli merasa jengkel dan terganggu dengan kucing itu, terlebih saat ia menemukan kucing tersebut makan ikan goreng jatah untuk Desti di kolong meja makan.Dengan lemah lembut ia membawa kuci
Baca selengkapnya
Bab 17.B
Di depan Yuli yang tersenyum puas Susan marah-marah, tak bisakah ia meredam amarahnya itu sebentar sebelum Yuli benar-benar pergi? Aku benar-benar malu."Hadeuuh! Ini belum dua puluh empat jam, jadi kemungkinan hapenya ga aktif karena alasan lain, misal hapenya kehabisan baterai, kamu terlalu berlebihan menanggapi sesuatu," ujarku sambil terus memandangi Yuli yang kini masuk ke dalam mobil hitam itu.Hatiku sedikit panas saat mendengar jika mobil hitam mengkilap itu miliknya, ia tak boleh selangkah di depanku, lagi pula dari mana ia memiliki uang sebanyak itu, apa jangan-jangan?"Tapi, Mas, setelah aku cari di mesin pencarian nomor identitas orang itu tidak ada, aku yakin dia pasti mau nipu kita, ini gara-gara kamu tahu ga." Pusing dengan omelan Susan aku beranjak masuk meninggalkannya tanpa banyak berkata.*Sudah lebih dari dua puluh empat jam tapi orang yang menyewa mobilku belum juga kembali, berkali-kali menghubunginya tapi tetap tak bisa."Nomornya masih tidak aktif, Mas, aku y
Baca selengkapnya
Bab 18.A
Langkah kakiku terhenti saat melihat seorang lelaki memandang rumah kami tanpa berkedip, dia Mas Ferdi."Ehhmm!"Lelaki itu terperanjat lalu berbalik badan hingga tubuh kami saling berhadapan, kutatap matanya tetapi ia seperti berusaha berpaling."Kenapa, Mas? Untuk apa kemari? Apa kamu menyesal?" tanyaku diiringi senyum tipis.Aku menghela napas sambil menukar posisi kantung belanjaan, dari tangan kanan ke tangan kiri."Menyesal?" Mas Ferdi menyeringai sinis."Ga usah mimpi, aku kemari tadi karena lihat Desti naik ojek online, dan ternyata kalian tinggal di rumah ini."Ia menunjuk rumah yang baru saja kubeli beberapa bulan lalu, rencananya rumah itu adalah kado untuk anniversary pernikahan kami yang ke empat belas.Sejak satu tahun lalu aku berencana untuk membeli rumah baru, setelah Mas Ferdi benar-benar sembuh kami semua akan menempati rumah ini, tetapi Tuhan berkehendak lain."Oh gitu, ya sudah aku mau masuk, anak-anak pasti sudah nunggu."Aku mengayunkan langkah kembali tak acuh
Baca selengkapnya
Bab 18.B
"Tentu saja aku tahu, karena waktu itu aku membantu Mama mencincang daging kambing buat makan Ayah sama Tante Susan," jawab Desti membuatku menganga tak percaya."Dan, jika saat itu aku sudah besar mungkin bukan hanya daging kambing yang kusajikan, tapi sekalian dengan racun tikus," lanjutnya lagi.Aku menutup mulut dengan sebelah tangan, Mas Ferdi benar, Desti memang sama sepertiku, memiliki kepribadian penuh misteri.Wajah Mas Ferdi terlihat merah menahan emosi."Kak, ga boleh gitu dong, gimana pun juga dia 'kan ayah Kakak." Aku menghampirinya lalu mengelus rambut hitamnya."Halah, banyak drama kamu, Yul. Mulai sekarang urus saja anakmu ini aku ga mau peduli lagi apapun tentang dia, aku hanya peduli pada Dita dan Dara!" bentak Mas Ferdi."Mas, Desti juga anakmu, dia kaya gini ya karena kamu juga, semua anak akan merasakan sakit hati kalau ibunya disakiti, apa kamu ga sadar?""Jika Dita dan Dara sudah dewasa dia juga pasti akan bersikap yang sama, sekarang aja mereka masih kecil."Ma
Baca selengkapnya
Bab 19.A
"Kamu mempermainkan aku, Yul!" tegasnya dengan rahang mengeras dan mata membeliak, tapi aku menghadapi lelaki itu dengan tenang dan senyuman.Aku tak suka marah-marah, aku lebih suka bersikap tenang tapi diam-diam menghanyutkan."Ini adil untuk kita, Mas. Kamu dapat yang kamu mau 'kan? Rumah, mobil, dan sejumlah uang yang ada dalam tabungan rahasiamu itu," ujarku Matanya mengerejap saat aku mengatakan uang tabungan rahasia, padahal aku sudah tahu semuanya sejak dulu, jika Mas Ferdi menyerahkan tabungan rahasia itu pada SusanAwalnya aku memang marah. Namun, melihat sikapnya yang sangat sayang padaku dan anak-anak, amarahku kembali reda, dan aku menganggap jika uang tersebut hanya sekedar uang perpisahan, atau untuk menebus rasa bersalah Mas Ferdi pada Susan."Restoran ini berkembang karena aku, Mas, karena aku pintar masak. Sudahlah ikhlaskan saja, sekarang tempat ini menjadi milik anak kita, aku hanya mengelolanya sebentar sampai ia dewasa."Ia melirikku lagi dengan tatapan tak teri
Baca selengkapnya
Bab 19.B
Aku terdiam sejenak mengurai amarah yang hendak meledak."Tak usah ikut campur antara urusanku dan Mas Ferdi, urus saja klub malammu itu, agar polisi tak menggerebek tempat itu." Aku tersenyum sinis.Lalu berdiam menghampiri Hana yang baru datang dari kantin rumah sakit ini."Aku pulang sekarang, Han. Semoga ibu cepat pulih ya, kalau ada apa-apa kamu kabari aku.""Ok, terima kasih ya sudah datang, dan hati-hati."lalu keesokan harinya tepat pukul sebelas siang aku kembali menerima telpon dari Hana."Mbak, ibu meninggal."Jantungku seolah berhenti berdetak beberapa detik, rasanya baru kemarin kami bertemu dan bertukar cerita, oh ibu kenapa secepat ini."Mbak, datang ke sini ya bantu aku urus-urus pemakan ibu," ujar Hana sambil menangis."Iya baiklah, sekarang Mbak langsung ke rumah ya, jenazahnya sudah siap dipulangkan?" "Iya sebentar lagi, aku baru selesai urus administrasi, dan tolong hubungi temannya Mas Ferdi ya, Mbak, aku ga tahu dia di mana karena nomernya tidak aktif," jawabnya
Baca selengkapnya
Bab 20.A
(POV FERDI)Seperti orang gila aku berlarian di koridor rumah sakit menuju ruang ICU, karena jarak rumah sakit lebih dekat maka aku putuskan untuk ke tempat ini dahulu sebelum pulang ke rumah ibu, dengan harap aku akan memangku tubuhnya menuju ambulans.Yuli kurang aj*r sekali tak memberitahuku di mana ibu sekarang, tenggorokanku terasa kering saat petugas administrasi mengatakan jika ibu sudah pulang ke rumah.Saat itu juga aku tancap gas menuju rumah ibu, tak terasa air mataku menitik dengan sendirinya, teringat kenangan-kenangan manis bersama ibu di masa kecil.Aku menekan klakson dengan keras saat mobil di depan sana tak juga melaju, rasanya ingin berteriak sekencang mungkin agar mereka tahu apa yang menimpaku.Jemariku merogoh saku celana kiri dan kanan, ah aku lupa, jika sejak semalam ponselku sedang diisi daya dan belum sempat mencabutnya.Aku mengacak rambut lalu mengusap wajah sambil menangis bagaikan anak kecil, hampir saja aku menyerempet pedagang kaki lima karena kedua tan
Baca selengkapnya
Bab 20.B
Sejahat apapun manusia tetap akan merasa hancur dikala melihat ibunya tak bernyawa, sekarang saja ibunya masih ada, Susan masih bisa berkata begitu.Setiap hari Yuli, ibunya dan ketiga putriku datang menemui Hana, memberikan banyak makanan dan uang untuk disedekahkan atas nama ibu Tetapi tak pernah satu kata pun terucap dari mulutku untuk menyapa mereka, alhasil ketiga putriku pun menjadi acuh kepadaku."Berhenti caper dan sadar dirilah, Mbak.""Hei, apa Mbak budek? Ini rumah mertuaku dan aku menantunya lalu Mbak Siapa Hem?"Saat akan ke kamar mandi kudengar Susan bicara di dapur, sudah pasti dengan Yuli."Aku anaknya Ibu, sejak dulu dia tak pernah menganggapku menantu, dia selalu menganggap aku seperti putri kandungnya sendiri, apa kamu paham?" balas Yuli.Setelah itu Susan tak lagi bicara dan saat akan melangkah ternyata kami berpapasan di lorong yang menghubungkan ruang tengah dan kamar mandi, jelas sekali wajahnya terlihat emosi.Yuli memang selalu memiliki jawaban telak saat a
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status