Home / Romansa / PETAKA REUNI / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of PETAKA REUNI: Chapter 21 - Chapter 30

79 Chapters

Kekacauan yang Membahagiakan

Hariku berawal dengan kekacauan atas apa yang dilakukan Arsyl semalam. Hingga pagi ini aku harus mengenakan kaus bermodel turtle neck di cuaca Makassar yang cerah dan panas. Bagaimana bisa dia meninggalkan tanda sebanyak ini? Maksudku .... Ah, bagaimana akan bercerita, jika mengingatnya saja aku terlalu malu? Bila saja desakan mual tak menyerangku malam tadi, mungkin ... pagi ini akan berbeda. Ya. Mungkin pagi ini menjadi pagi paling sempurna di antara pagi yang kami habiskan bersama dalam setahun ini. “Yakin, nggak mau minta izin?” Arsyl menatapku lekat, seperti tengah mencari celah di wajah ini.Kalimat yang berhasil mengaburkan anganku entah ke mana. Andai-andai yang tadi memenuhi kepala, langsung berhamburan sudah. “Semalam kamu demam, muntah-muntah lagi, dan sekarang belum sembuh betul.”Dia mendekat ketika melihat aku tengah bersiap di depan cermin. Pagi ini, kami benar-benar seperti pasangan suami istri pada umumnya. Mandi bergantian, lalu saling menggoda satu sama lain, t
last updateLast Updated : 2022-10-24
Read more

Arti Kejujuran

“Lagi isi kali, Mbak.” Begitu celetuk Lia. Kalimat dari salah satu tim marketing support itu membuatku tersedak. Bagaimana tidak, aku baru saja sadar dengan kondisiku yang memang mencurigkan.Mungkin, Lia dan teman seruangan lainnya mengamatiku sejak pagi tadi, yang memang kata mereka lebih pucat. Ditambah selera makanku yang hilang, beberapa kali mual dan harus beberapa kali ke toilet sepanjang siang ini, maka tak heran jika beberapa teman menyimpulkan demikian.“I-isi?” Aku berkata setelah meneguk setengah gelas air.“Iya, Mbak. Mbak kan bilang sengaja nggak nunda momongan atau KB, ‘kan?” Lia bertanya lagi. Fokus tatapannya benar-benar menancap ke wajahku.Aku mengangguk. Kemudian menyesal dengan anggukan yang ambigu, dan malah menggiring opini itu. Namun, sungguh, aku berusaha menjawab tanyanya.“Coba deh, beli testpack. Siapa tau rezeki, Mbak.” Yang lain menimpali.Kemudian, mereka mendominasi percakapan dengan berandai-andai. Suasana kian ramai, diiringi gelak tawa juga harapan-
last updateLast Updated : 2022-10-24
Read more

Tak Pernah Pergi

“Aku kira kamu nggak datang.” Danar bangkit dari kursinya, lalu menyambutku dengan senyuman khasnya. Senyum yang sejak dulu mampu menggetarkan seluruh sukmaku untuk mendambanya. Senyum yang membuat aku tak bisa beranjak untuk sekadar menolak pesonanya“Aku nggak mungkin ingkar janji, Danar.” Aku langsung menjawab, menatanya dengan sorot yang semoga saja dipahaminya. “Karena menunggu untuk sebuah janji tanpa kepastian itu rasanya nggak enak. Dan kamu mungkin lupa, kalo aku yang paling tau rasanya.”“Kapan kamu berhenti mengungkit itu, Rin?” Danar mengiba, mengutus tatapan yang biasanya berhasil meluluhkanku. Akan tetapi, sekali lagi, aku tidak sedang ingin mengenang apa pun kebiasaan kami di masa lalu. Hari ini, aku datang menemuinya bukan untuk menanyakan kesanggupannya berjuang. Aku menemuinya karena ingin memutus segala hal di antara kami yang memang tak pantas lagi meski hanya seadar untuk dikenang. “Aku nggak mengungkit. Sama sekali nggak. Aku cuma mau jadi orang yang selalu m
last updateLast Updated : 2022-10-25
Read more

Seperti Orang Asing

“Kamu harus tau, aku memang nggak pernah pergi. Aku nggak sepengecut itu untuk lari dari pertunangan kita, Arini. Hanya saja, aku memang nggak bisa kembali.”Danar masih menjelaskan dengan kalimat-kalimat yang tak ingin kudengar. Sementara itu, aku hanya menatap nanar kepadanya, berusaha untuk tak kembali luluh dengan semua kalimat yang kian tak masuk akal. “Nyatanya kamu pergi, ‘kan?” Kuhapus lelehan air mata, meski percuma. Sebab, sebanyak apa pun aku melakukannya, air mata ini terus saja membasahi pipi, seiring luka lama yang menggores hati. “Harusnya, kata-kata kamu bikin aku bahagia, Danar. Seperti semua kata-kata kamu yang memang selalu bisa menenangkan aku, dari dulu. Kamu yang selalu berhasil bikin aku bahagia, dan kamu yang selalu berhasil bikin aku ketawa. Tapi ....” Aku berhenti, lalu mengenang semua yang pernah dilakukannya dulu, sebelum menjatuhkan luka untukku sedalam ini.Dengan Danar, aku pernah merasa bahagia tak terkira. Tetapi, dengannya juga aku terpuruk, hingga
last updateLast Updated : 2022-10-25
Read more

Kisah Lalu

Langkah Ibu yang mendekat itu terasa bagai vonis mati. Detik demi detik berada di rumah ini rasanya begitu menyakiti. Bagaimana bisa, orang-orang yang mencintaiku menghancurkan aku sedalam ini?“Kamu kenapa?” Ibu mengulur tangan menyentuh pipiku. Dia tampak heran melihat aku yang menangis seperti anak kecil. “Kamu berantem sama Arsyl?” Kelembutan yang ditunjukkan Ibu membuatku kian tenggelam dalam tangis. Dalam sesal, dalam sesak luar biasa.“Aku ... aku ketemu Danar, Bu.”“D-Danar?” Mata Ibu sedikit membulat, kata-katanya juga sedikit tergagap. Maka, apa boleh jika sekarang aku curiga pada Ibu juga?“Jadi, Ibu juga tau?” Aku mengambil kesimpulan.“Arini ....“Aku melepaskan tangan Ibu yang masih melekat di pipi, lalu mengayun langkah ke halaman belakang. Tak jauh di depanku, tampak Ayah berdiri di tepi kolam ikan. Ayahku itu menaburkan sesuatu ke kolam, memberi makan ikan-ikan lele peliharaannya. Seperti Arsyl, Ayah memang suka memelihara jenis hewan air itu.“Ayah.” Aku mendekat
last updateLast Updated : 2022-10-25
Read more

Kalah

“Kalau sekarang kamu dan adik-adikmu melihat kami bahagia, merasa bahwa kita adalah keluarga bahagia, itu bukan karena cinta kami.” Ibu kembali berkata. “Kami bisa seperti ini, karena berhasil mendapatkan restu itu kembali. Dan kami menyesal telah membangkang orang tua seperti itu. Hingga kalian menjadi korban, tumbuh menjadi anak-anak yang tak memiliki leluhur untuk diakui sebagai keluarga.” Ayah menambahkan. Perjuangan Ayah dan Ibu untuk mendapatkan restu amatlah sulit. Butuh waktu belasan tahun, sampai Ibu bisa mendapatkan maaf dari orang tuanya. Bahkan, akhirnya Ibu tahu, bahwa pria yang nyaris menjadi suaminya ternyata terlibat sebuah kejahatan. Tak hanya itu, dia juga melakukan kekerasan kepada istrinya, lalu mereka bercerai.Kisah itu seperti membuka kesadaran Kakek, bahwa Ibu mengambil pilihan benar dengan menikahi Ayah. Itu pun ketika Kakek dan Nenek berada di ujung ajal. Hingga pada akhirnya, aku mengenal mereka sebagai leluhur, ketika usiaku menginjak dewasa.Aku bahagia
last updateLast Updated : 2022-10-25
Read more

Surat Perjanjian

Hari ini, setelah menghabiskan waktu beberapa hari terbaring di ranjang, akhirnya aku bangun dan memutuskan memasak. Selain sudah merasa sehat, tak ada alasan untukku berlama-lama di tempat tidur. Oleh karena itu, siang tadi aku menyempatkan diri ke pasar, membeli beberapa bahan dapur yang memang habis sejak beberapa hari yang lalu. Arsyl cukup sibuk, karena mengganti waktu kerja selama aku sakit. Itu sebabnya, dia tak sempat berbelanja. Meski selama aku sakit, makanan tetap tersedia. Kiriman Mama Indi, juga ibuku. Hari ini, aku akan menyiapkan kejutan untuk Arsyl. Tak berlebihan rasanya, sebab dia telah merawatku dengan sabar selama ini. Anggap saja, ini sekaligus ucapan terima kasih atas kesabarannya. Aku bahkan tidak menyangka, dia merelakan banyak hal hanya demi menemaniku. Apalah memang ... Aku begitu berharga untuknyq?Aku baru saja mandi dan berniat memilih baju, ketika tak sengaja membuka laci di salah satu lemari. Sejenak, aku tertegun ketika mendapati map berwarna kuning
last updateLast Updated : 2022-10-25
Read more

Jeda

“Itu kesukaan kamu, itu juga, itu juga.” Begitu kata Arsyl sembari menunjuk ke meja, pada deretan makanan yang tadi dibawa Mama Indi untukku. “Kadang, aku heran sama mama. Yang jadi anaknya itu, aku atau kamu?” Dia berkata lagi. “Yang dikirim makanan kesukaan kamu semua, sampai mama lupa sama anaknya sendiri.”Aku hanya tertawa menanggapi kalimatnya. Dia memang benar. Mamak Amy selalu mengingat aku, bahkan sejak dulu sebelum aku menjadi menantunya. Sepulang dari jalan-jalan atau berlibur, Mama akan menelepon dan berkata bahwa dia memiliki oleh-oleh untukku. "Mama juga ngirim makanan buat kamu. Ada woky ayam sama ikan cakalang suwir. Tapi, karena kebanyakan dan banyak makanan lain, jadinya aku simpen di kulkas. Mau aku panasin?" Aku menawarkan. Dia menggeleng, lalu merentangkan satu tangan ke arahku. "Nggak usah. Aku makan kue ini aja. Nggak mau makan lagi." "Yakin, nggak nyesel?" Dia hanya menggeleng. Bila sudah begini, aku merasa dia memang banyak mewarisi sifat mamanya. untuk s
last updateLast Updated : 2022-10-27
Read more

Cerai?

Pagi kami berjalan seperti sedia kala, layaknya ratusan hari yang telah terlewati. Arsyl sibuk dengan olahraga, aku berkutat menaklukkan dapur. Sebenarnya, sejak awal menikah kami melakukan ini. Tak ada yang aneh, tak ada yang istimewa. Hanya saja, kali ini aku merasa semuanya berbeda, seperti ada yang istimewa. Beberapa kali aku menoleh ke ara pintu. Sudah hampir jam setengah tujuh, tetapi Arsyl masih belum juga kembali. Apa lagi kali ini? Apakah salah satu tetangga mengajaknya menjadi panitia kegiatan RT lagi?Dibanding aku, Arsyl memang lebih akrab dengan tetangga. Maklum, dia tinggal di sini sejak lajang, dan aku belum genap setahun menemaninya. Sering tetangga mengajak dia terlibat dalam kegiatan di kompleks perumahan ini, seperti beberapa saat lalu ketika mereka berembuk soal perayaan hari kemerdekaan. Sebenarnya aku sudah melarang, takut dia kelelahan. Namun, dia berkata akan melakukan semuanya. Tak apa, bukan hal yang terjadi setiap hari. Maka, aku pun tak lagi memaksakan ke
last updateLast Updated : 2022-10-27
Read more

Janda?

Jarak dari kantorku ke rumah Ibu tidaklah jauh. Namun, kali ini rasanya jalanan bertambah panjang ratusan kali lipat, dan kami tak kunjung sampai. Selama itu pula, Arsyl berusaha menenangkan aku yang begitu gelisah, ingin secepatnya sampai di tujuan. Saat sampai di rumah Ibu, Arsyl masih menggenggam tanganku. Dia mengangguk sekali lagi, sebagai isyarat bahwa akan selalu mendampingi. Mungkin, ini juga merupakan upaya meyakinkan kepadaku bahwa semua tentang Raya akan tetap baik-baik saja. Setelah sekian lama diam dan larut dalam kegelisahan, akhirnya aku balas mengangguk. Kuhela napas dalam, lalu memutuskan turun lebih dulu. Dalam hati, aku mengudarakan banyak doa, semoga semua tentang adikku memang baik-baik saja.Kuteguhkan hati, kemudian menuju ruang tengah beriringan dengan Arsyl. Lagi-lagi, dia meremas jemariku, menguarkan hangat sampai ke seluruh sisi kalbu. Lalu, aku memelankan langkah ketika melihat pemandangan di hadapan.Tak jauh di hadapanku kini, tampak Raya bersimpuh di
last updateLast Updated : 2022-10-29
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status