Share

Kisah Lalu

Langkah Ibu yang mendekat itu terasa bagai vonis mati. Detik demi detik berada di rumah ini rasanya begitu menyakiti. Bagaimana bisa, orang-orang yang mencintaiku menghancurkan aku sedalam ini?

“Kamu kenapa?” Ibu mengulur tangan menyentuh pipiku. Dia tampak heran melihat aku yang menangis seperti anak kecil.

“Kamu berantem sama Arsyl?” Kelembutan yang ditunjukkan Ibu membuatku kian tenggelam dalam tangis. Dalam sesal, dalam sesak luar biasa.

“Aku ... aku ketemu Danar, Bu.”

“D-Danar?” Mata Ibu sedikit membulat, kata-katanya juga sedikit tergagap.

Maka, apa boleh jika sekarang aku curiga pada Ibu juga?

“Jadi, Ibu juga tau?” Aku mengambil kesimpulan.

“Arini ....“

Aku melepaskan tangan Ibu yang masih melekat di pipi, lalu mengayun langkah ke halaman belakang. Tak jauh di depanku, tampak Ayah berdiri di tepi kolam ikan.

Ayahku itu menaburkan sesuatu ke kolam, memberi makan ikan-ikan lele peliharaannya. Seperti Arsyl, Ayah memang suka memelihara jenis hewan air itu.

“Ayah.” Aku mendekat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status