Home / Romansa / PETAKA REUNI / Dosa Terindah

Share

Dosa Terindah

last update Last Updated: 2022-10-30 22:10:03

'Kamu masih di Makassar?'

'Temui aku di tempat kemarin, jam tiga sore.'

Setelah melalui perdebatan panjang dan pemikiran matang, akhirnya pesan itu kukirimkan. Beberapa kali aku menarik napas panjang, berharap ini adalah keputusan terbaik yang kuambil selama hidupku.

Danar dan Arini .... Pada akhirnya, kisah kami hanya berupa sebuah elegi yang tak boleh dikenang lagi.

Apa pun yang pernah terjadi dengan Danar, semuanya harus benar-benar selesai sebelum aku memulai hidup baru bersama Arsyl. Ya. Pada akhirnya, aku harus memilih hidupku sendiri. Kali ini, bukan untukku sendiri. Ada keluarga. Adikku. Ayahku. Dan ... suamiku.

Meski keraguan masih membayangi, tetap saja aku meneguhkan hati. Lalu, ketika sampai di titik ini, aku merasa bangga. Sebab sebagai anak, kakak, dan juga istri ... akhirnya aku berhasil mempertahankan mereka alih-alih menjamu dan berpesta dengan egoku sendiri.

Aku tidak ingin menjadi pengkhianat karena sibuk memikirkan dan mencintai laki-laki lain kala bersama suamiku
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PETAKA REUNI   Celaka!

    Aku mengulur tangan, lalu meraih telapak tangan Danar yang ada di meja. Meski tentu saja, sesuatu dalam dadaku berdebar ketika kembali menyentuhnya. "Kita salah, Danar. Dilihat dari sisi mana pun, tidak ada hal yang bisa membenarkan ini. Jadi, mari kita akhiri."“Apa benar, nggak ada kesempatan lagi untukku, Arini?” Danar balas menggenggam tanganku. "Meninggalkan kamu, adalah hal yang sangat aku sesali, Arini. Tidak bisakah kita kembali seperti dulu lagi?'Aku menggeleng, meski dalam hati berteriak bahwa inilah yang kuinginkan sejak lama. Pengakuan bahwa Danar menyesal meninggalkanku, dia yang mengiba karena ingin kami kembali seperti dulu, adalah hal yang aku harapkan terjadi ketika kami bertemu kembali.. Sungguh, tidak ada yang lebih kuinginkan atas kisah tanpa tepi ini selain pengakuannya. Akan tetapi, setelah yang dialami Raya, aku berpikir kembali. Melihat kekecewaan dan ketakutan Ayah serta Ibu atas perpisahan anak-anaknya, logikaku bekerja di atas semuanya. Aku tidak boleh eg

    Last Updated : 2022-10-30
  • PETAKA REUNI   CCTV

    Untuk beberapa saat, aku merasa seluruh dunia ini benar-benar berhenti. Betapa tidak? Saat ini, Danar sedang mencengkeram tanganku. Posisi kami seperti nyaris berciuman, dengan dia yang menyudutkanku ke pintu lift. Ini ... ini benar-benar seperti kejadian ketika kami di Bogor dulu. Bedanya ... Arsyl. Dia ... suamiku berada tepat di depanku, menyaksikan semuanya. Siapa pun akan salah paham bila melihat posisi antara aku dan Danar saat ini. Apalagi, yang melihatku adalah Arsyl. Suamiku. Tuhan ... kalimat apa yang akan kugunakan sebagai penjelasan?“A-Arsyl, aku ....” Aku menggeleng, berusaha menjelaskan. Namun, suaraku tercekat di tenggorokan. Menghadapi situasi yang amat sialan aku benar-benar tak tahan.Sementara itu, Arsyl menatapku dan Danar bergantian, tanpa ekspresi berarti. Tatapannya dingin, paling dingin dari yang selama ini aku temui. Dia bahkan tidak pernah melihatku sedingin itu, dan ini ... mengerikan. Bagaimana bila terjadi keributan di sini? Bagaimana bila semua berakhir

    Last Updated : 2022-10-31
  • PETAKA REUNI   Berpisah?

    Kamar kami benar-benar hening. Hanya ada suara dari video yang terputar dari ponsel milik Arsyl. Sampai semuanya berhenti, ditutup helaan napas Arsyl yang terdengar berat. “Dan dia juga yang membuat aku nggak punya kesempatan sama sekali untuk mendekati kamu?” Dia hanya bertanya, seolah-olah tidak pernah mendengar penjelasanku.“Bahkan sampai hampir satu tahun, aku sama sekali belum bisa ambil hati kamu, Rin. Sedalam itu rasa yang kamu simpan untuk dia?”“Arsyl ... berapa kali harus aku bilang bahwa kami—““Dia pasit bahagia, Rin. Karena setelah sekian lama pun, rasa kamu buat dia nggak pernah berubah.”Aku beranjak dari ranjang, kemudian bersimpuh di bawah kaki Arsyl. Tangisku pecah dan terdengar pilu di telingaku sendiri. Dalam tangis dan rasa bersalah ini aku menggeleng, sedangkan air mata semakin deras membasahi pipi. “Maafkan aku. Maafkan aku ....” “Kupikir, kedekatan kita belakangan ini membuat aku punya ruang di hati kamu, Rin. Nyatanya aku salah. Jadi, benar, semua di antar

    Last Updated : 2022-10-31
  • PETAKA REUNI   Baju Bagi Pasangan

    Kak Amy hanya menyimak tanpa bertanya. Dia menepati janji untuk datang berkunjung setelah aku meneleponnya semalam. Seperti semalam saat meneleponnya, tadi pun aku menyambutnya dengan air mata. Kak Amy datang tepat setelah aku ulang bekerja. Tak hanya membelikan beberapa makanan kesukaanku, dia juga membawa masakan Mama Indi. Setiap ada yang kemari, mama mertuaku itu memang selalu menitipkan makanan untukku dan Arsyl .... Ah, Arsyl. Bahkan hanya dengan mengingat namanya saja, aku kembali meneteskan air mata. Aku yang dulu mau menikah dengannya dengan tujuan berpisah, mengapa kini sangat takut kehilangan. Apakah ini tanda bahwa cinta untuknya telah tumbuh tanpa kusadari. “Aku nggak tau harus ngomong apa, Rin. Harusnya, kemaren itu memang kamu nggak nemuin Danar sendiri. Harusnya, aku ada sama kamu. Jadi, Arsyl nggak salah paham.”Kak Amy berkata seraya menutup kembali hidangan yang telah disajikannya. Sekeras apa pun dia membujuk, aku sama sekali tak tertarik untuk makan. Lalu,

    Last Updated : 2022-11-02
  • PETAKA REUNI   Bertepuk Sebelah Tangan

    “Kamu kenapa, Rin?” Mbak Susi bertanya. Wajar kalimat itu terlontar darinya, sebab ini adalah kali ke sekian dia melihatku meninggalkan meja. “Sakit, ya? Kamu pucet banget loh, itu.” Mbak Susi melongok melalui sekat kubikelnya. Dia terus menatap sampai aku duduk kembali ke kursiku. “Nggak, Mbak. Aku nggak apa-apa.” Aku berusaha tersenyum, meski sejujurnya kepalaku mulai pusing karena kebanyakan menangis. Untungnya, saat ini hanya ada aku dan Mbak Susi saja di ruangan. Jadi, tidak ada yang mendengar obrolan kami, meski bersifat pribadi. Tadinya, dia mengajakku ke kantin, tetapi aku menolak. Alasan akan menyelesaikan pekerjaan cukup bisa diterima Mbak Susi. Lalu, dia memesan makanan dari kantin bawah, dan dibawa ke meja kami masing-masing. Rasanya, selera makanku hilang sejak Arsyl tidak pulang. Jangankan untuk makan, semua yang kulakukan seperti tak ada artinya. Semua terjadi begitu cepat. Sampai sekarang, aku bahkan tidak menyangka bila Danar tega menciptakan perpecahan dalam ru

    Last Updated : 2022-11-02
  • PETAKA REUNI   Hari Bersejarah

    Aku memasuki rumah dengan langkah lesu. Asing sekali rasanya rumah ini. Entah mengapa rasanya begitu hampa. Padahal, biasanya aku juga sendiri, rumah pun dalam keadaan kosong ketika aku pulang bekerja. Mataku langsung menjelajah seisi ruang tamu ketika pintu terbuka. Kubuka pintu selebar-lebarnya, membiarkan udara masuk dan melepaskan kebebasanku sendiri. Sebab, sesak rasanya ketika membayangkan aku hanya seorang diri di sini. Apakah ... apakah Arsyl benar-benar tidak akan pulang lagi malam ini? Sampai kapan dia berdiam di rumah sakit dan mengabaikanku?Aku berjalan perlahan, lalu berhenti tepat di tengah ruangan. Tatapanku terarah pada foto pernikahan berukuran besar yang terpajang di dinding. Nuansa merah jambu dan perak di foto itu membuat aku dan Arsyl tampak bercahaya. Kata orang yang hadir dalam acara resepsi atau melihat foto itu, aura kami begitu terpancar di sana.Lalu, aku menatap foto itu sekali lagi. Tak ada senyum menghiasi bibirku ketika itu. Menunggu akad di bilik peng

    Last Updated : 2022-11-02
  • PETAKA REUNI   Malam Pertama yang Berbeda

    Aku tak tahu, berapa lama sudah menghabiskan waktu dengan berkhayal di ruang tamu. Hingga malam menjelang, aku masih saja duduk di tempat yang sama, menatap foto pernikahan yang usianya hampir satu tahun. Sampai kemudian, ponselku berdering, menampakkan nama Kak Amy di layar. “Ya, Kak?” “Kamu nangis?” Alih-alih menyapa, pertanyaan itu yang dilontarkan Kak Amy ketika aku menjawab panggilannya. “Hampir.” Aku hanya tertawa ketika mengucapkannya. Tawa paling getir yang pernah keluar dari bibirku, setelah beberapa hari ini diliputi kesedihan.Tawa Kak Amy terdengar di seberang sana, sebelum dia mengembuskan napas berat. Sejak mengunjungiku tempo hari, Kak Amy lebih sering menelepon. Sekadar mengingatkan agar aku tak telat makan, atau menceritakan anak-anaknya. Kak Amy selalu saja punya bahan untuk menghibur dan mengajakku bicara. Beberapa kali dia juga meminta agar aku datang ke rumah Mama Indi. Hanya saja, aku belum sanggup bertemu siapa pun sekarang, takut bila tiba-tiba menangis dan

    Last Updated : 2022-11-03
  • PETAKA REUNI   Kembali Asing

    Malam sudah semakin menua, melewati batas pertengahannya. Namun, aku sama sekali masih belum bisa tidur. Akhir-akhir ini aku tak bisa tidur nyenyak. Banyak hal yang membuatku merasa aneh. Kupikir, semua akan kembali normal saat Arsyl pulang beberapa hari yang lalu. Nyatanya, saat tinggal bersama seperti sekarang, aku merasa jarak yang membentang di antara kami kian terbuka lebar.Arsyl, dia pulang dengan sosok yang berbeda. Dia pulang, tetapi seperti meninggalkan dirinya yang selama ini kukenal, entah di mana. Dia pulang sebagai orang asing, orang yang tak kukenali, dan bahkan ... mungkin dia pulang sebagai orang yang membenciku. Ingin aku memanggilnya, lalu membuka pembicaraan untuk menjelaskan semuanya. Ingin aku mengurutkan setiap hal di masa laluku, membuatnya mengerti atas apa yang sebenarnya terjadi, sampai aku lepas kendali dan melakukan perbuatan yang menyakitinya, menodai pernikahan kami. Akan tetapi, aku tak bisa. Arsyl sama sekali tak membuka ruang. Dia tak pernah memberi

    Last Updated : 2022-11-03

Latest chapter

  • PETAKA REUNI   Terima Kasih (ending)

    “Ssst!” Arsyl meletakkan telunjuk ke bibir ketika aku masuk ke kamar. “Boss besar baru aja tidur.” Dia melanjutkan kalimatnya.“Lho, kok bisa? Kan, dia belum ng-ASI?” Aku mendekat.Sepulang dari mal tadi, kami mampir ke rumah Mama sebentar. Sementara itu, Arsyl lanjut ke klinik. Setelah urusannya selesai, baru kami pulang ke rumah bersama. Aku langsung mandi, karena lelah dan berpikir akan langsung tidur saja.“Tadi sudah aku angetin ASIP-nya.” Arsyl masih berbicara pelan. Dia mendekat dan bertanya, “Mau mompa?”Aku hanya mengangguk, dan mulai mempersiapkan alat. Selama menyusui, produksi ASI-ku memang berlimpah. Sebuah hal yang patut disyukuri, karena banyak ibu di luar sana yang mengalami nasib sebaliknya.“Mam, mompanya bisa biasa aja, nggak?”Aku menoleh? Apa katanya? Biasa saja? Aku bahkan belum mulai. Dasar mesum!“Maksudnya?”“Ya ... nggak usah pake baju begitu lagi, kan aku jadi—“Belum selesai kalimat Arsyl kala aku melemparnya dengan sebuah bantal.Suamiku itu hanya terkekeh

  • PETAKA REUNI   Hadiah Kedua

    Papa Ciiil!”Dua bocah berambut kriwil itu menyongsong dengan riang ketika aku dan Arsyl sampai di rumah Mama. Sore ini, Mama mengundang kami untuk datang ke acara makan malam keluarga. Berkumpul di sini, lalu nanti sama-sama menikmati hidangan di sebuah tempat di tepi pantai. Bukan tanpa alasan, sebab suami Kak Amy datang dari Manado tengah berulang tahun. Ayah si Kembar itu akan menghabiskan masa cuti beberapa hari di Makassar.Menurut Mama, sudah lama kami tak duduk dalam formasi lengkap. Sebab, selama ini memang kami jarang menemukan waktu yang pas. Biasanya, jika ada suami Kak Amy, maka Arsyl sibuk. Atau kalau tidak, aku yang sedang lembur.“Hey! Sudah makan belum?” Arsyl berjongkok, dan menyambut keponakannya dalam dekapan. Kemesraan yang selalu mampu menghangatkan hatiku sejak dulu. “Zaki udah!” Zaki mengusap perut ketika berkata demikian.“Zia juga udah!” Zia menyahut, tak mau kalah.“Anak pinter!” Arsyl menghadiahkan kecupan pada si Kembar, bergantian.“Papa Cil, nanti kit

  • PETAKA REUNI   Tentang Komitmen

    “Nanti aku ada pameran di mal. Bawa Arsha boleh, nggak?”Aku bertanya kepada Arsyl kala menyajikan sarapan. Ini adalah akhir pekan, tapi aku masih harus menyelesaikan beberapa tugas kantor terkait stand pameran disalah satu mal yang ada di Kota Makassar. Menjelang akhir tahun, berbagai perusahaan otomotif memang gencar melakukan kegiatan seperti ini dengan memberikan banyak potongan dan berbagai bonus.“Mau aku temenin sekalian?” Dia bertanya setelah menyesap air jahe. Hari ini Arsyl tidak ke rumah sakit. Dia bilang, nanti malam juga hanya akan ada di klinik satu jam saja.“Nggak usah. Mau ngapain?”“Ya sekalian belanja. Kamu nggak jaga stand, ‘kan? Cuma ngurus administrasi sama orang mall aja?”Aku mengangguk. “Iya. Tapi kalo kamu ikut, aku malah takut nggak konsen nanti.”Arsyl menimang bayi kami yang ada dalam dekapannya lalu berkata, “Nggak konsen? Emang kamu mau ngapain?”Aku melengos, lalu bangkit menuju wastafel. “Lagian mau ngapain ikut? Emang nggak bosen? Aku sampe jam tiga d

  • PETAKA REUNI   Hari-Hari yang Manis

    Jika ditanya apa yang paling kubenci akhir-akhir ini, maka tamu di pagi hari adalah jawabannya. Bukan saja karena masih ingin bermalas-malasan di tempat tidur, tapi karena banyak hal yang harus kubereskan lebih dahulu. Aku tidak suka jika rumah dalam keadaan berantakan lalu ada yang datang. Selain akan dicap jorok, tentu sebagian orang akan menganggap aku istri yang malas. Seperti pagi ini misalnya, kala Kak Amy datang tanpa memberi tahu. Salah Arsyl juga, yang membuka pintu tanpa berpikir panjang.“Ya aku nggak tau, Sayang. Kan kupikir itu Kak Amy, bukan orang lain.” Dia mengelak, sedangkan aku menatapnya dengan memberengut. Mungkin, kali ini wajahku sudah seperti Angry Bird karena alis yang menyatu.“Mau Kak Amy atau bukan, harusnya kamu bisa beresin dulu ruang tamunya.” Aku masih merasa sebal.Bagaimana tidak? Kak Amy datang di akhir pekan, kala kami masih ingin bergelung di balik selimut. Sialnya, Arsyl membuka pintu tanpa membereskan lebih dulu kekacauan yang semalam sempat kam

  • PETAKA REUNI   Reuni Kedua

    “Apa aku batalin aja?”Arsyl menatapku yang sedang berkemas. Lebih tepatnya, aku tengah mengemas pakaian dan segala perlengkapan kami. Rencananya, besok kami akan bertolak ke Bali untuk menghadiri acara reuni yang dilaksanakan oleh kampusnya. Reuni akbar yang digelar setelah lebih sewindu kelulusan.Jika biasanya kami bepergian cukup dengan satu kopor kecil, maka kali ini bawaan kami bertambah satu kopor besar lagi. Banyak bawaan yang tak bisa ditinggalkan, utamanya milik Baby Arsha. Bayi yang kulahirkan dua bulan lalu itu bernama Andi Arsha Hanafi. Darah keluarga Arsyl mengalir dalam tubuh bayi gembul itu.Lahirnya Arsha tentu saja disambut penuh sukacita. Selain menjadi cucu pertama laki-laki di keluargaku, Arsha juga bayi yang lahir setelah banyak drama terjadi dalam keluarga kami. Drama yang melibatkan semua orang, menyita waktu dan melelahkan hati.l“Kenapa harus dibatalin? Kamu nggak mau aku ikut?” Aku menjawab dengan sinis. “Sayang ... Baby Arsha kan masih kecil. Kamu tega mau

  • PETAKA REUNI   Untuk Kamu

    “Mam, mau sarapan apa?”Aku menggeliat kala merasa kecupan bertubi-tubi jatuh di pipi. “Ngh ... masih pagi.”“Sudah siang, Sayang.”“Tapi aku masih ngantuk.” Kunaikkan selimut sampai menutupi kepala, menyisakan mata saja.“Mau jalan-jalan, atau kita olahraga di sini saja?”Setelah Arsyl berucap demikian, terasa kasur empuk ini bergoyang. Benar dugaanku, dia menyusup ke dalam selimut sembari menjejakkan buai memabukkan. Ah, laki-laki ini! Apa dia tidak akan membiarkanku istirahat sebentar saja?“Bangun, atau keseksianmu pagi ini akan membangunkan sesuatu, Arini?’Apakah hanya aku yang mendengar bahwa pujian itu adalah ancaman dalam satu waktu?“Iya ... iya! Aku bangun!” susah payah aku bangkit dari pembaringan. Perut yang sudah bulat sempurna membuatku kepayahan tiap kali bangkit dari posisi berbaring. Karena perut yang sangat besar, Kak Amy beberapa kali menduga jika aku mengandung bayi kembar. Kehamilan yang tak lama lagi menuju persalinan ini membuat kaki sedikit bengkak. Itu sebab

  • PETAKA REUNI   Meja Hijau

    “Kamu sudah siap?” Arsyl mendekat, lalu mengelus bahuku. Setelah menanti dengan harap-harap cemas, akhirnya hari itu datang juga. Meski setengah hati, akhirnya aku menghadiri hari yang sebenarnya ingin aku hindari. Namun, bagaimana lagi? Aku tidak boleh lari, bukan? Aku tersenyum. Kami sudah sejauh ini dan tidak akan mundur lagi. “Iya.”Arsyl menatap dengan sorot serius. “Kalo kamu nggak bisa, nggak apa-apa, Rin.” “Aku nggak apa-apa. Mungkin, ini kali terakhir aku bertemu Danar.” Kutatap Arsyl dengan saksama. “Bukannya ... bukannya harusnya aku yang tanya ke kamu? Nggak apa-apa, ‘kan, kalo misalnya aku ketemu sama dia sekali lagi?”Dia menggeleng, lalu tersenyum. “Nggak ada alasan, buat aku nggak percaya sama kamu.” Usai berkata, Arsyl memeriksa bawaan kami sekali lagi. Dia selalu begitu bila kami akan bepergian. Memastikan tak ada barang yang ketinggalan memang selalu menjadi tugasnya. Untuk setiap hal, dia memang sangat teliti, apalagi bila itu menyangkut kesehatanku dan calon b

  • PETAKA REUNI   Wanita dari Masa Lalu

    Sejak malam aku pulang dari rumah Ibu sambil menyembunyikan tangis dari Arsyl, aku belum pernah ke sana lagi. Rasanya, aku ingin sendiri untuk beberapa waktu. Lalu, kesibukanku di kantor kujadikan alasan untuk beristirahat di rumah saja di akhir pekan. Selain itu, perut yang sudah membesar memang membatasi tenagaku, tak bisa seperti dulu.Seperti hari ini misalnya. Aku hanya bersantai di kamar meski matahari sudah meninggi. Akhir pekan ini aku sendiri, karena Arsyl ke rumah sakit sejak pagi. Entah kesibukan apa yang dia lakukan, aku tak begitu banyak bertanya. Sempat dia menawarkan agar aku ke rumah Ibu, tetapi aku menolaknya.Tak bosan dengan bahan bacaan yang baru saja kubeli, aku berniat akan menghabiskan sepanjang hari dengan membaca. Beberapa jenis makanan ringan sudah siap di meja, berikut buah potong yang tak pernah ketinggalan. Sering lapar membuat aku berubah menjadi manusia pemakan apa saja. Ah ... apa semua perempuan hamil akan begini di trimester ketiga mereka? Atau hanya

  • PETAKA REUNI   Salahku

    “Kok aku agak heran sama Kakak.” Raya maju satu langkah, berdiri di sisi Anita. Dia menoleh sebentar ke arah adik bungsu kami seolah-olah meminta pertimbangan, lalu kembali menatapku dengan sorot setajam sebelumnya. “Susah banget buat move on dari Kak Danag ... apa mungkin ... kalian pernah terlalu jauh?”Untuk beberapa saat, pertanyaan Raya itu berhasil membuat duniaku berhenti. Bukan saja karena terkejut. Lebih dari itu, aku sama sekali tidak menduga bila pertanyaan seperti itu akan terlontar dari bibir adikku sendiri. Bagaimana bisa dia mencurigaiku sampai seperti itu? Bagaimana mungkin mereka bisa berpikir bahwa aku akan merusak kehormatan keluarga?“Apa karena itu juga, Kakak pergi ke acara reuni tahun lalu?” Raya masih menatapku. Dia seperti lupa caranya berkedip. “Apa mungkin ... di sana terjadi sesuatu di antara kalian, sampai Kakak begini?”Aku masih tak dapat berkata-kata. Sungguh, ini terlalu mengejutkan untuk sebuah kenyataan. Bagaimana mungkin, Raya mengungkit semuanya k

DMCA.com Protection Status