Share

Tak Pernah Pergi

“Aku kira kamu nggak datang.”

Danar bangkit dari kursinya, lalu menyambutku dengan senyuman khasnya. Senyum yang sejak dulu mampu menggetarkan seluruh sukmaku untuk mendambanya. Senyum yang membuat aku tak bisa beranjak untuk sekadar menolak pesonanya

“Aku nggak mungkin ingkar janji, Danar.” Aku langsung menjawab, menatanya dengan sorot yang semoga saja dipahaminya. “Karena menunggu untuk sebuah janji tanpa kepastian itu rasanya nggak enak. Dan kamu mungkin lupa, kalo aku yang paling tau rasanya.”

“Kapan kamu berhenti mengungkit itu, Rin?” Danar mengiba, mengutus tatapan yang biasanya berhasil meluluhkanku.

Akan tetapi, sekali lagi, aku tidak sedang ingin mengenang apa pun kebiasaan kami di masa lalu. Hari ini, aku datang menemuinya bukan untuk menanyakan kesanggupannya berjuang. Aku menemuinya karena ingin memutus segala hal di antara kami yang memang tak pantas lagi meski hanya seadar untuk dikenang.

“Aku nggak mengungkit. Sama sekali nggak. Aku cuma mau jadi orang yang selalu m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status