Home / Pernikahan / Istri Serakah / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Istri Serakah: Chapter 1 - Chapter 10

37 Chapters

Berasa Ditampar

Ku parkirkan mobil di pinggir jalan, tepat di sebrang jalan rumah lamaku, yang sekarang ditempati oleh mantan istri dan kedua anakku. Enam bulan kutinggalkan, rumahku tak banyak berubah, hanya bagian garasi beralih fungsi menjadi toko kelontong. Ada tumpukan tabung gas, galon air mineral berjejeran di sana. Kulihat ada beberapa pembeli yang datang, nampak Frida mantan istriku, sedang melayani mereka. Laris juga tokonya, gumamku dalam hati. "TOKO BAROKAH"SEDIA GAS, AIR MINERAL, SEMBAKO, DAN KEBUTUHAN RUMAH TANGGA LAINNYA. JUAL PULSA ALL OPERATOR DAN TOKEN LISTRIK.Begitu yang tertulis di baner depan toko Frida. Dia memang patut kuacungi jempol, pekerja keras dan pantang menyerah. Dia juga yang sudah setia mendampingiku dari nol hingga sesukses sekarang. Tapi sayang, pernikahan kami dihantam badai perceraian. Aku dan Frida berpisah enam bulan yang lalu."Assalamu'alaikum .... " sapaku ramah. Setelah toko sepi pembeli, aku mengumpulkan segenap keberanian untuk menemui Frida. Tak mu
Read more

Jangan Gugat Aku

"Tadinya aku tidak mau mengusik hidupmu, Bang. Tapi setelah kupikir-pikir, aku tidak mau menderita sendiri, Bang. Aku juga ingin Abang dan Freya, istri tersayang Abang itu, merasakan apa yang kami rasakan."Frida menatapku tajam, seperti singa lapar, yang siap menerkam mangsanya. Dia menyorongkan sedikit kepalanya ke arahku, dan berkata "istrimu itu rupanya minta diberi pelajaran, Bang." Aku sampai bergidik ngeri mendengar ucapan Frida, apalagi melihat dia menyeringai begitu. Macam bukan Frida mantan istriku. "Ma--- maksudmu apa, Da? Kamu mau mencelakai Freya? Jangan buat aku takut gitu, Da," ucapku sambil susah payah menelan ludah. "Kau tidak usah ketakutan begitu Bang. Aku hanya memberi Freya pelajaran berhitung. Aku rasa dia waktu sekolah itu nilai matematikanya jeblok, pantas saja nggak bisa itung-itungan," ejek Frida dengan senyum sinisnya. "Maksudmu, Da?" Aku benar-benar tidak mengerti maksud Frida. Dia bukan guru, mana mungkin memberi pelajaran matematika pada Freya? "Hah!
Read more

Pov Frida

Pov Frida Usai menunaikan sholat zuhur, aku segera bergegas ke luar, menemui Bang Farhan, tapi sayang, rupanya mantan suamiku itu sudah pergi. Aku terbiasa sholat awal waktu, begitu azan berkumandang, segera ku tunaikan kewajibanku itu. Aku tidak mau menunda-nunda sholat, bikin hati was-was, takutnya ada pembeli datang, sholat pun bablas. Tadi memang aku sempat mendengar suara panggilan dari Bang Farhan, tapi aku sedang sholat. Panggilan itu pun aku abaikan, dan dia pergi begitu saja tanpa pamit. Farhan Habibi, nama lelaki yang menikahi aku empat belas tahun yang lalu itu. Kami tetangga sekampung, berlatar belakang dari keluarga pas-pasan, tak tapi menyurutkan langkahnya untuk meminangku, si kembang desa. Dia tidak tampan, tidak pula mapan. Tapi entah mengapa aku bisa jatuh cinta padanya, mungkin karena tutur katanya yang santun, dan sikapnya yang selalu sopan pada siapapun.Kalau mengingat semua itu, seperti membuka luka lama yang sudah mulai mengering, dan kini harus berdarah l
Read more

Menyesal

"Papa! Ngapain sih, di sana lama-lama? Papa main mata sama mantan istrimu yang kampungan itu, ya!" todong Freya, menuduhku yang tidak-tidak. Baru saja masuk rumah, aku sudah disambut dengan suara cempreng Freya. Padahal dulu sebelum menikah denganku, suara Freya begitu merdu merayu, bak bulu perindu. Kenapa sekarang berubah menjadi suara Mak Lampir? Tinggi melengking. Kemana Freyaku yang manja dan menggoda?Kalau boleh meminta, aku ingin waktu diputar kembali. Agar aku bisa memilih tidak menanggapi rayuan Freya waktu itu. Atau aku tidak pernah bertemu dengan Freya, selain matrealistis, dia sangat serakah. Semua ingin dia kuasai, bukan hanya harta, bahkan hidupku juga. Kemana-mana dicurigai. Salah sedikit segala sumpah serapah dan kutukan keluar dari mulutnya. Aku benar-benar tersiksa. "Kan ke warung dulu, Ma. Mengontrol pekerjaan anak-anak, menjelang zuhur baru sampai rumah Frida. Itu pun tidak lama, dia sibuk pekerjaannya banyak" ucapku beralasan, memang kenyataannya begitu, kan?
Read more

Mak Lampir Ngamuk

Pov Frida "Kalau sudah dingin langsung dibungkus aja, Mbak! Hati-hati ya, jangan sampai mesesnya berantakan," titahku pada kedua putrimu Firni dan Ferina, yang sedang membungkus donat orderan pelanggan. Beginilah kegiatan kami sehari-hari, membuat aneka kue dan cake, pesanan tetangga sekitar. Selain membuka toko, aku juga membuka usaha katering, walau kecil-kecilan. Kalau ada pesanan banyak, aku panggil tetangga sebelah untuk bantu-bantu. Kalau sedikit seperti sekarang, cukuplah kedua putriku yang membantu. Aku bersyukur, kedua anakku ini menurut, dan tak banyak menuntut. Mengerti kesulitan orang tua, mau membantuku mengerjakan semuanya, termasuk beres-beres rumah dan jualan. Tak mudah menjadi single parent, berperan sebagai ayah dan ibu sekaligus. Tapi Allah maha baik, aku dikaruniai dua putri sholehah. Meski awalnya kami mengalami kesulitan ekonomi, karena Bang Farhan tak ambil peduli dengan anak-anaknya, akhirnya kami bisa bangkit, meski pelan-pelan. Aku jual semua perhiasan
Read more

Awal Jumpa

"Papaaaa!" Terdengar suara lengkingan Freya, entah habis kesambet apa dia? Siang bolong gini sudah ngamuk nggak jelas. "Apaan sih, Ma. Teriak-teriak kayak di tengah hutan, ngomong baik-baik kenapa? Malu didengar orang, tuh pembeli lagi ramai," ucapku lembut, berharap bisa menurunkan nada suara Freya, yang selalu meletup-letup seperti cabai digoreng. "Huh! Benci aku sama mantan istrimu itu! Lagaknya itu sombong banget, sok intelek, padahal miskin," ucap Freya emosi. "Mama dari sana tadi? Mau minta rumah itu? Dan gagal?" tanyaku beruntun. "Iya, kok Papa tahu? Jangan-jangan Papa menjalin komunikasi dengan Frida, di belakangku ya?" tanya Frida penuh selidik. Selalu begitu dia, hatinya penuh prasangka, cemburu, dan iri dengki. Entah mengapa dulu aku bisa tergila-gila padanya? Dia memang cantik, gadis tercantik yang pernah kutemui, tapi setelah tahu sifat aslinya, aku hanya bisa menyesal, seandainya aku kuat iman waktu itu. "Farhan? Farhan Habib, kan? Anak RT 09 dekat mushola?" sapa F
Read more

Niat Jahat

"Plak!" Flatshoes Freya mendarat sejenak di kepalaku, sebelum akhirnya jatuh ke lantai. "Auw!" Aku yang terkejut hanya bisa mengelus kepalaku, tanpa bisa berbuat apa-apa. Mau marah? Itu hanya akan memicu pertengkaran. Lihatlah! Bukannya merasa bersalah, Freya malah memelototkan matanya kepadaku. "Istri durhaka!" makiku dalam hati. Iya dalam hati saja. Sekurang ajar apa pun Freya padaku, aku tak pernah bisa marah. Dia yang salah dia yang marah, aku hanya bisa menerima saja. Entah lah, punya ilmu apa dia, hingga membuatku tak berdaya"Mama, kenapa sih? Nggak sopan banget, pakai lempar sepatu ke kepala, Papa!" hardikku pelan, gak terima Freya berlaku seenaknya padaku. "Salah Papa sendiri! Pakai bilang mau kembali pada Frida segala! Coba berani ngomong sekali lagi? Aku lempar kepalamu pakai tabung gas," ketus Freya. Tuh, kan. Padahal aku ngomongnya pelan, tapi Freya justru ngegas. Gimana kalau mencak-mencak tak terima? Bisa langsung dimutilasi aku. Sadis amat ya?Freya tidak akan mera
Read more

Mulai Bermasalah

Sejak menjadi istriku, Freya selalu mengaturku dalam segala hal, termasuk urusan warung. Padahal dulu kupikir dia lebih suka menerima duit, dari pada ikut pusing mikir jualan. "Mas, harga sotomu terlalu murah. Masak sepuluh ribu porsinya banyak gitu? Padahal Soto di Pak Gendut aja dua belas ribu, porsinya kecil," protes Freya. "Itulah kenapa warung soto kita ramai, Ma. Porsinya besar, yang makan langsung kenyang. Kalau Pak Gendut harganya segitu ya biarin aja, setiap penjual punya strateginya masing-masing. Mungkin memang rejekinya Pak Gendut, jualannya mahal tapi tetap laku. Sementara kita memang rejekinya seperti ini. Kalau kita naikan harga takut pembelinya pada lari. Setiap penjual punya pembelinya sendiri," ucapku berusaha bersikap bijak. "Tapi keuntungan kan kita jadi sedikit, kalau nggak menaikkan harga. Cobalah porsinya dikurangi, kalau tomau menaikkan harga. Emang kamu nggak pengen untung besar, apa?""Bukan begitu. Kalau porsinya dikurangi, nanti pembelinya pada lari baga
Read more

Mak Lampir Melahirkan

#Istri_Serakah 10Kepalaku berdenyut nyeri, mendengar penolakan dari Ibu. Wanita yang melahirkan aku tiga puluh lima tahun yang lalu itu, tidak terima waktu kuminta untuk mengurus Freya dan bayinya. "Kamu memang anak kurang ajar ya, Han! Masak orang tua sendiri kau jadikan babu, kau minta mengurus istrimu yang super manja itu," ketus Ibu. "Bukan begitu, Bu. Kalau pekerjaan lain sudah ada yang mengerjakan, hanya mengurus anak kami. Freya masih takut pegang bayi, Bu," sanggahku. "Gayanya kayak istri Sultan saja, si Freya itu. Padahal sudah beranak berkali-kali sok-sok an takut pegang bayi! Kayak yang baru melahirkan saja," ucap Ibu makin ketus. "Lagian, kenapa nggak kamu bayar orang saja untuk mengurus anak dan istrimu?" lanjut Ibu. "Duitku habis buat bayar biaya operasi, Bu," lirihku. "Ooh ... jadi kamu sudah bangkrut sekarang?" ejek Ibu. "Bukan bangkrut, Bu. Hanya saja akhir-akhir ini warung agak sepi," kilahku. "Itu namanya kamu kena azab, Han. Zolim sama anak istri, malah me
Read more

Ketemu Pengacara Ganteng

#Istri_Serakah 10Pov Frida. Ku bulatkan tekadku untuk menggugat pembagian harta bersama. Keenakan Bang Farhan, dia pergi dengan membawa semua harta kami, sedangkan aku dan anak-anak dibiarkan terlantar. Sebenarnya sudah aku tidak ingin berurusan dengan laki-laki tidak bertanggung jawab itu, bagiku lebih cepat move on, lebih baik.Tapi kedatangannya ke rumah dengan niat menjual tempat tinggalku itu, jelas membuatku meradang, tidak puaskah dia dengan semua yang dia kuasai? Ditambah lagi kedatangan istrinya yang seenak perutnya menghinaku, membuatku siap mengibarkan bendara perang?Tenang Bang Farhan, kali kau akan mendapatkan lawan yang sepadan. Jangan kau kira karena aku janda, jadi tak bisa berbuat apa-apa. Kau lupa, bapakku masih hidup, kakakku pun masih ada, aku bisa minta bantuan mereka untuk menumpasmu, tapi untuk sementara cukup hadapi aku dulu. Frida Fatmala kembang desa yang sudah menjanda. * * * * * * * *Potman Prancis and Partner's, kantor bantuan hukum. Itu yang tertu
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status