Anin dan Nadia memimpin di depan, sedangkan aku di tengah dan di belakangku masih ada dua orang lagi. Ketika kami melewati dhuyuf, ada beberapa wali murid yang sedang mengobrol dengan anak-anak mereka. Ruangan itu tampak sesak sehingga mereka ada yang mengobrol di aula, bahkan di masjid. “Fia, kamu jangan lirik kana kiri, lurus aja ke depan! Nanti ketahuan kalau kamu sedang mencari seseorang.”“Maaf, aku terlalu gugup.” Benar juga kata Nadia. Aku tidak boleh terlihat mencurigakan. Namun, ketika sampai di dekat pondok putri, kulihat lelaki itu berdiri di luar masjid. Dia datang bersama Nenek dan Kakek. Bagaimana aku bisa mengabaikannya jika kedua orang yang kusayangi bersamanya?“Nad, dia datang bersama Kakek dan Nenek. Bagaimana ini?”“Kita masuk saja! Nenekmu bisa masuk ke pondok putri. Dia tidak akan bisa menemuimu.”“Yang mana, sih, orangnya?” tanya Fia.“Arah jam 2, di dekat pohon palem.”Anin dan Nadia tertawa hingga tubuhnya terguncang. “Astaga Fia, maaf aku tertawa,” ujar N
Terakhir Diperbarui : 2022-11-04 Baca selengkapnya