Home / Romansa / Chef Galak, (tapi) Kucinta / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Chef Galak, (tapi) Kucinta: Chapter 21 - Chapter 30

56 Chapters

21. Tidak Ada Tempat

Setelah selesai makan, Elya kembali melayani pelanggan yang kembali berdatangan. Bima mencuri-curi pandang ke arah Elya, menurut Bima, Elya sangat hiperaktif dan tidak ada capek-capeknya. Dari awal datang sampai sudah menjelang malam, gadis itu tidak mengeluh lelah sedikit pun dan tetap ramah pada pelanggannya. Hingga waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam dan bakso sudah habis. Bima segera memberesi peralatannya sembari menunggu orang-orang selesai makan.“Elya, kalau boleh tahu, kamu asli orang mana?” tanya Bima sembari membereskan mangkuk-mangkuknya. Elya yang turut membantu Bima pun menolehkan kepalanya.“Asli Tulungagung, Mas. Tahu kan kota itu? Kota yang khas dengan kopinya. Kalau aku pulang kampung, aku bawain deh kopi khas Tulungagung, biar Mas bima lebih semangat buat baksonya,” ujar Elya.“Aku sering ke kota itu untuk mengirim brokoli. Kapan-kapan kalau aku ke Tulungagung dan kamu ada di sana, aku akan mampir ke rumahmu.”“Boleh, nanti aku ajak jalan-jalan. Ba
Read more

22. Tingkah Rafa

Malam ini kota Batu diguyur hujan deras, Bariqi duduk termenung di balkon kamarnya. Di tangannya menimang-nimang hpnya, pikiran Bariqi berkecamuk. Sejak bertemu dengan Elya tadi, pikiran Bariqi tidak bisa tenang. Bariqi menatap ranjangnya, di sana ada uang tiga juta lebih yang Elya berikan padanya. Selama ini Bariqi tahu keadaan perekonomian Elya yang sulit, tetapi kini Elya memberinya uang yang tidak sedikit.“Bariqi,” panggil Putri membuka kamar anaknya.“Bariqi, ibu goreng pisang, nih dimakan!” ujar Putri membawa pisang goreng yang masih mengepul asapnya.“Eh, tumben gajian pakai uang cash,” tambah Putri saat melihat uang di ranjang anaknya.“Ini uang dari Elya,” jawab Bariqi. Putri meletakkan pisang goreng di meja, setelahnya perempuan itu menatap Bariqi bingung.“Kenapa Elya kasih kamu uang?” tanyanya. Bariqi menggelengkan kepalanya.“Bariqi, Elya punya hutang sama kamu?”“Tidak, Bu. Beberapa kali aku membelikan dia bahan makanan, sekarang Elya mengembalikan uangnya padaku,” jawa
Read more

23. Surat Pengunduran Diri

Hari sudah berganti, malam yang diguyur hujan deras kini sudah terganti dengan pagi. Suara ayam berkokok membangunkan orang-orang dari tidur lelapnya, bau tanah basah menguar masuk di indra penciuman. Elya keluar dari messnya, gadis itu sudah lengkap memakai pakaian kerjanya. Setelah mengunci messnya, Elya segera berangkat bekerja dengan berjalan kaki. Setiap hari Elya selalu berharap harinya akan lebih baik dari kemarin, meski itu hanya sebuah harapan kecil. Harapan Elya lainnya, semoga dari hari ke hari ia tetap diberikan kesehatan. Di sini Elya bergantung hanya pada dua kakinya sendiri.Perjalanan yang tidak terlalu jauh, kini Elya sampai ke tempat kerjanya. Sebelum memasuki dapur, Elya meletakkan berkas pengunduran diri di meja Manager Food and Baverage service. Setelahnya Elya segera ke dapur untuk memulai pekerjaannya. Di sana sudah ada Vino dan teman-temannya yang lain.“Selamat pagi, Elya,” sapa Vino dengan ramah.“Pagi juga,” jawab Elya mengusung senyum. Dengan cekatan Elya m
Read more

23. Tekanan

“Elya, apa ada masalah sampai kamu ingin keluar dari pekerjaan ini?” tanya Pak Satya menatap Elya dengan lekat.“Gak ada, Pak. Saya hanya ingin keluar dari pekerjaan.”“Apa yang kamu lakukan setelah keluar?”“Tidak ada, saya hanya ingin istirahat,” jawab Elya.“Elya, ada masalah dengan rekan kerja? Kamu bilang saja, saya akan bantu carikan solusi. Bagaimana pun juga, kamu sudah lama bekerja di sini, kami akan merasa kehilangan kalau kamu benar-benar pergi,” ucap Pak Satya.Elya mengangguk-anggukkan kepalanya. Elya juga berat pergi dari perusahaan tempatnya bekerja, ada teman-temannya yang selama ini sudah baik padanya, tetapi Bariqi, Elya sudah berada di titik terendahnya untuk terus menolelir sikap Bariqi kepadanya.“Pak, saya hanya butuh tanda tangan bapak untuk menyetujui pegunduran diri saya. Saya harap Pak Satya mau menandatanganinya,” ujar Elya.“Kalau itu keputusan kamu, saya tidak bisa apa-apa selain membiarkan kamu pergi. Di mana pun nanti kamu bekerja, saya harap kamu bisa b
Read more

24. Pelukan Teman

Elya memeluk tubuh Vino dengan erat, gadis itu menumpahkan seluruh tangisannya pada Vivo. Luis dan Bariqi berdiri, kedua pria itu menatap Elya yang saat ini menangis tersedu-sedu. Bariqi mendengar jelas apa yang diucapkan Elya, Bariqi tebak Elya tengah berbicara dengan ibunya. Selama ini Bariqi tidak pernah tahu apa yang ditanggung Elya, ketika mendengar keluhan Elya, Bariqi sangat iba dengan gadis itu. Gadis yang selalu tertawa, ternyata menyimpan banyak beban yang ditanggung sendiri.Mendapat pelukan dari Elya membuat Vino bingung, kendati demikian, Vino membiarkan Elya menangis. Untuk pertama kalinya Vino melihat Elya yang menangis tersedu-sedu. Setiap hari Vino hanya melihat senyum ceria Elya, saat melihat Elya menangis, perasaan Vino ikut sakit.“Menangislah, tidak apa-apa, Elya,” ucap Vino mengelus punggung Elya dengan pelan.Bariqi mengepalkan tangannya melihat Elya dan Vino berpelukan di depan matanya sendiri. Bariqi ingin memisahkan keduanya, tetapi Pak Edo menarik tangan Bar
Read more

25. Untuk Ke Sekian Kali

Bariqi mendongakkan kepalanya, mengebulkan asap rokok yang keluar dari bibirnya. Saat ini Bariqi dan Pak Edo tengah berada di halaman belakang dapur, di tangan kedua pria beda usia itu tengah terselip batang rokok. Awalnya Bariqi ingin minta maaf pada Elya karena kesalahannya, tetapi rasa amarah kembali hadir di benak Bariqi saat Elya memilih bercerita dengan Vino dari pada dengannya.Tidak mudah mendekati Elya, Bariqi harus bersaing dengan rekan-rekan kokinya yang umurnya di bawahnya. Namun saat Bariqi sudah berhasil mendekati Elya, menghabiskan waktu bersama Elya, tetapi Elya lebih percaya pria lain dari pada dirinya. Harga diri Bariqi yang tinggi merasa diinjak oleh Elya. Selama Elya susah pun, Bariqi selalu memberikan apa kebutuhan gadis itu.“Kenapa kamu kayak mau marah?” Setelah lama terdiam, akhirnya Pak Edo membuka suaranya.“Hah, enggak, Pak,” jawab Bariqi.“Kamu suka ya sama Elya?” tanya Pak Edo.“Kok bisa bapak tanya begitu? Bukankah Pak Edo mau mengenalkan anak Pak Edo pad
Read more

26. Keputusan Elya

Elya, Bariqi dan Vino terdiam di hadapan Pak Prasetya yang kini menatap ketiga pemuda itu dengan tatapan yang menuntut penjelasan. Namun, ketiga pemuda itu diam. Elya tidak bisa menahan air mata yang terus mendesak keluar. Beberapa hari ini Elya merasakan jalan hidup yang ia jalani sangat berat, dan kini harus terlibat kasus begini. Bertengkar dengan rekan kerja saja tidak diperbolehkan, tetapi ini sampai adu jotos.“Ekhem.” Pak Prasetya berdehem pelan. Kini pandangan Prasetya mengarah lurus pada anak semata wayangnya, Bariqi. Bariqi yang ditatap pun memalingkan wajahnya. Enggan memberikan penjelasan.Pak Prasetya, direktur utama sekaligus owner Hotel Sunflowers adalah ayah Bariqi. Bariqi yakin saat pulang nanti, pasti ayahnya akan memarahinya habis-habisan. Meski tidak banyak yang tahu kalau Bariqi anak dari Pak Prasetya, tetapi sikap Bariqi yang seperti ini sangat membuat malu.“Bariqi, ada yang mau kamu jelaskan?” tanya Pak Prasetya.“Tidak ada,” jawab Bariqi. Brak!Elya dan Vino
Read more

27. Kepedihan

Elya mengepak seluruh pakaiannya dalam tas besar, gadis itu membawa barang-barangnya tanpa sisa, karena ia yakin ia akan memilih resign saja.Elya sudah berpamitan pada pemilik toko sekaligus Mas Bima. Elya merasa bersalah karena belum apa-apa sudah meninggalkan Mas Bima. Namun, Mas Bima sangat baik, tidak keberatan saat Elya pergi.Elya memakai tas punggungnya, gadis itu menatap seluruh ruangan yang selama ini sudah ia tinggali. Ruangan itu, ruangan yang menjadi saksi kehidupan Elya. Mulai dari dia bahagia, dia sedih bahkan menangis dan meraung pun dia di sana. Tidak mengelak kalau semua kenangan ada di sana. Namun, Elya tidak ingin lagi berada di sana. Elya ingin pergi, sudah cukup ia berada di tempat yang tidak bisa menghargainya.Elya menutup pintunya, meletakkan kunci di kursi karena ibu pemilik mes sedang pergi. Dengan membawa barang-barangnya, Elya pergi meninggalkan tempat itu. Air mata kembali menggenang di pelupuk matanya, sudah tidak ada yang tersisa lagi di sini, harga di
Read more

28. Rasa Kecewa Seorang Kakak

Bariqi menatap jendela kereta api yang menampilkan kerlap-kerlip lampu jalanan yang ia lewati. Selama dua puluh delapan tahun Bariqi hidup, Bariqi sudah mengenal banyak wanita. Mulai dari wanita baik, polos, naif, dan berbagai jenis sifat lainnya. Namun, ia baru menemukan sosok wanita yang sangat istimewa di hatinya. Wanita itu terlihat biasa saja, tetapi Bariqi tidak bisa jauh-jauh dari wanita itu.Elya Rembulan, gadis yang namanya sudah tertancap permanen di hati Bariqi. Dengan siapapun Bariqi dekat, tetap nama Elya yang terus menjadi pemenangnya. Sekarang, Bariqi harus melepaskan gadis itu. Entah dalam waktu sebentar atau dalam waktu yang lama. Harapan Elya kembali ke Sunflowers sangat sedikit, setelah apa yang ia lakukan, Bariqi tidak tahu pasti apa Elya akan kembali.Bahu Bariqi bergetar, pria itu menangis dalam diam. Bariqi sudah berusaha menengadahkan kepalanya agar tidak ada air mata yang jatuh. Namun, Bariqi sudah tidak mampu lagi, pria itu menangis karena perempuan bernama E
Read more

29. Merasa Tidak Berguna

Pukul dua belas malam, seorang gadis dengan bahu bergetar terus berkutat dengan papan gambar yang tersambung dengan laptopnya. Sudah beberapa jam berlalu, tetapi rasa sakit hatinya tidak kunjung reda. Elya terpaksa tetap tinggal di rumah ibunya, lebih tepatnya di kamar samping dapur yang sangat sempit. Elya tidak bisa keluar dari rumah karena hujan kembali turun dengan deras, sedangkan ayahnya juga menahannya untuk tetap di sana.Sudah berjam-jam berlalu, kata maaf tidak kunjung Elya dengar dari bibir adiknya. Kemarahan Elya yang tadi sangat menggebu-gebu, tetapi di sudut hatinya terselip rasa kasihan untuk adiknya itu. Selama ini dia yang mengurus adiknya, dari kecil pun saat ibu dan ayahnya bekerja, mereka meninggalkannya bersama sang adik. Rasa sayang Elya pada Rafa sangat besar. Meski sudah dikecewakan, bodohnya Elya masih mengharap adiknya meminta maaf padanya.Perempuan memang begitu, gampang tidak tega meski sudah disakiti berkali-kali. Ia hanya menampar Rafa, tetapi Rafa memuk
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status