“Sayang, aku bantu nyusunin pakaian Abang ke koper, ya?” Elma mengelus lembut bahu Alva. Pria itu masih saja mengulet di atas ranjang besar milik mereka.“Kalau kamu enggak capek, ya, udah susunin. Pakaianku enggak banyak, kok. Ringkas saja. Yang repot itu malah nyusunin pakaian kamu. Jangan sampai ada yang tertinggal, Sayang! Itupun yang penting-penting aja, biar gak ribet. Kalau kamu kehabisan persediaan di sana nanti, kita beli aja.”“Apa? Pakaianku?”“Ya, kok, kaget?” Alva membalikkan badan, menoleh ke arah Elma.“Yang berangkat itu, Abang, bukan aku,” sahut Elma mencoba mengingatkan. “Sepertinya Bang Alva kebanyakan tidur, deh, jadinya serasa hidup di alam mimpi!” sambungnya.“Enggak, aku tidak bermimpi. Kita akan berangkat, Sayang! Kamu pikir aku mau, gitu, berangkat sendiir ke Australia tanpa kamu? Kita baru nikah seminggu, lho. Wah, enggak iya, banget, ya, aku ninggalin istriku sejauh itu dan selama itu.”“Wah, ini udah lari dari perjanjian, dong.”“Emangnya janjinya apa?”“A
Last Updated : 2022-12-03 Read more