"Pras ..., sebaiknya mulai sekarang, kamu harus menjaga jarak dengan anak-anakku!" ujarku santai saat kami sedang menikmati menu makan siang. Prang! Aku terkejut saat tiba-tiba saja Pras menghentikan aktifitas makannya, hingga sendok dan garpu yang ada ditangannya terlepas begitu saja. "Prass ...maksud Aku--" Pras menatapku tajam. Sorot matanya begitu menusuk hingga ke iris mataku. Apa dia marah? Bukankah ini lebih baik? Bukankah dia sudah punya kekasih? Terdengar hembusan napas kasar dari pria tampan di depanku. "Prass, kamu marah, ya?" tanyaku hati-hati. "Menurutmu?" Pras membuang pandangannya dariku. Kenapa wajahnya jadi bete gitu? Apa aku salah ngomong? "Aku ..., Aku minta maaf jika sudah membuatmu marah. Tapi, bukankah ini lebih baik. Aku khawatir nanti akan timbul salah paham dengan calon tunangan kamu," jelasku pelan-pelan. Semoga saja Pras mengerti. "Apa? Calon tunangan?" tanyanya. Aku mengangguk. "Kamu beli perhiasan tadi untuk tunanganmu, kan? Nah, tunanganmu i
Read more