"Mbak Nana, aku minta nomor hp Mas Adrian, ya?" pinta Mbak Siska sambil mencolekku saat kami berbelanja di warung Bu Silvi."Nomor Mas Adrian?" tanyaku heran. "Mau buat apa, Mbak?""Eh, itu, anu, maksudku, suamiku yang minta, Mbak," jelasnya sambil menggaruk kepala. "Katanya mau ngajak main badminton besok minggu." "Oh," sahutku. Meski dalam hati aku masih merasa aneh dan instingku mengatakan ada yang janggal. Namun, demi menjaga hubungan baik dengan tetangga baru, kuberikan juga nomor Mas Adrian."Makasih, loh, Mbak. Mbak Nana emang baik, deh. Udah baik, cantik lagi," pujinya dengan wajah cengar-cengir."Ah, bisa aja, Mbak. Ya, sudah, aku duluan, ya!" pamitku."Iya, ati-ati, Mbak!" seru Mbak Siska saat aku sudah di atas motor.Sepanjang perjalanan ke rumah, aku tetap merasa janggal. Ada perasaan tak suka pada Siska. Benarkah suaminya yang minta nomor Mas Adrian? Tapi, kenapa enggak minta sendiri saja?Tiba di rumah, Mas Adrian tampak sedang membongkar kardus berukuran besar. Di sa
Last Updated : 2022-09-23 Read more