Home / Romansa / Tetangga Penggoda / Pesan dari Siska

Share

Tetangga Penggoda
Tetangga Penggoda
Author: Srirama Adafi

Pesan dari Siska

Author: Srirama Adafi
last update Last Updated: 2022-09-23 13:03:28

"Mbak Nana, aku minta nomor hp Mas Adrian, ya?" pinta Mbak Siska sambil mencolekku saat kami berbelanja di warung Bu Silvi.

"Nomor Mas Adrian?" tanyaku heran. "Mau buat apa, Mbak?"

"Eh, itu, anu, maksudku, suamiku yang minta, Mbak," jelasnya sambil menggaruk kepala. "Katanya mau ngajak main badminton besok minggu." 

"Oh," sahutku. 

Meski dalam hati aku masih merasa aneh dan instingku mengatakan ada yang janggal. Namun, demi menjaga hubungan baik dengan tetangga baru, kuberikan juga nomor Mas Adrian.

"Makasih, loh, Mbak. Mbak Nana emang baik, deh. Udah baik, cantik lagi," pujinya dengan wajah cengar-cengir.

"Ah, bisa aja, Mbak. Ya, sudah, aku duluan, ya!" pamitku.

"Iya, ati-ati, Mbak!" seru Mbak Siska saat aku sudah di atas motor.

Sepanjang perjalanan ke rumah, aku tetap merasa janggal. Ada perasaan tak suka pada Siska. 

Benarkah suaminya yang minta nomor Mas Adrian? Tapi, kenapa enggak minta sendiri saja?

Tiba di rumah, Mas Adrian tampak sedang membongkar kardus berukuran besar. Di sampingnya terdapat tumpukan buku.

"Udah pulang, Mbem?" tanyanya saat menyadari kedatanganku. "Kok, wajahnya ditekuk gitu? Kenapa, Sayang?"

Lelaki berkaos cokelat itu menatapku.

Aku langsung menaruh kantong belanja di samping meja, kemudian menghempaskan diri ke sofa.

Mas Adrian beranjak dan duduk di sampingku. "Kenapa? Ada yang gangguin kamu?"

Aku menghela napas kasar. Kemudian menoleh cepat pada Mas Adrian.

"Tadi ada perempuan yang minta nomor hp kamu," ucapku sebal.

"Siapa?" Mas Adrian mengernyitkan dahi.

"Siska. Emang kamu kenal dia?" tanyaku dengan nada curiga.

Mas Adrian menggeleng dengan raut bingung. "Yang mana, sih, orangnya?"

"Cantik. Mirip Zaskia Gotik," jawabku sewot.

Mas Adrian malah terbahak. "Masa, sih? Emang ada orang sini yang mirip artis?"

"Hhm, awas, ya, kalau sampai kamu macam-macam!" 

"Yaelah. Parno banget, deh, istri Mas ini," ucapnya sambil mencubit gemas pipiku. "Lagian, ngapain dikasih, kalau kamu enggak rela, sih, Mbem? Cari penyakit aja!"

"Nah, dia bilangnya suaminya yang minta."

"Terus ngapain kamu sewot? Orang yang minta suaminya? Aduh, sini, Sayang, sini!" Mas Adrian merengkuhku. Menaruh kepalaku di dada bidangnya. "Dengerin aku baik-baik!" 

Aku menghembuskan napas kasar dan masih bertahan dengan wajah kesal.

"Buat aku, aku itu udah bersyukur banget punya istri seperti kamu. Udah cantik, pinter masak, pinter nyenengin suami. Bodoh banget kalau aku sampai main gila sama wanita lain. Percaya sama aku, Mbem! Aku janji, kamu satu-satunya wanita yang aku cintai."

"Tapi, aku sering baca cerita rata-rata laki-laki mudah tergoda!" Aku masih saja kesal.

"Memang ada yang begitu, tapi enggak semua. Misal dalam satu keranjang ada lima apel busuk, itu bukan berarti semua apel di keranjang itu busuk, kan?"

"Tapi, kan, bisa ketular busuknya!" debatku.

"Iya, mungkin saja kalau dekat-dekat sama yang busuk. Itu sebabnya, agama kita mengajarkan agar kita memilih orang untuk dijadikan teman. Kalau berteman dengan orang baik, mau enggak mau pasti kita bakal ikutan baik. Begitu juga sebaliknya. Setuju, enggak?"

Aku mengangguk.

"Sekarang, kamu lihat teman-temanku, orangnya kayak gimana?" tanyanya.

"Baik-baik, sih."

"Nah, makanya kamu enggak usah parno gitu, ya! Insya Allah, suamimu ini bisa jaga diri. Karena aku juga enggak mau kalau kamu sampai macam-macam di belakangku."

Wajah kesalku perlahan memudar mendengar perkataan Mas Adrian.

"Aku pernah dengar ceramah salah satu ustaz, Mbem. Katanya gini, jagalah kesucian kehormatan kemaluan kalian, maka Allah akan jaga kesucian kehormatan kemaluan pasangan kalian. Paham, kan, maksudnya?"

Aku mengangguk dengan hati lega. 

"Makanya, Mbem, aku enggak akan macam-macam di belakangmu. Karena aku enggak mau kamu begitu juga."

"Makasih," ucapku sembari tersenyum menatapnya.

"Gitu doang?"

"Apaan lagi emangnya?" candaku.

"Ih, kamu mah enggak peka!" protes Mas Adrian.

"Apaan?" 

Akhirnya sore itu kami lalui dengan bercanda. 

Lima tahun menjadi istri Mas Ardian, aku benar-benar merasa begitu bahagia. Meskipun, sampai saat ini Allah belum mempercayakan kami buah hati, tetapi kami tak pernah mempermasalahkan itu. Keempat orang tua kami pun begitu.

Karena anak adalah rezeki dan itu hak prerogatif Allah. Sebagai hamba, kami hanya bisa berusaha. 

Aku melihat jam di dinding sudah menunjuk angka empat saat terdengar suara orang mandi. Tentu itu Mas Adrian, karena di sebelahku sudah tak ada dirinya.

Aku menyibak selimut, kemudian turun dari ranjang. Segera kurapikan tempat tidur kami.

"Buruan mandi, Mbem!" titah Mas Adrian begitu keluar dari kamar mandi.

Seperti biasa setelah mandi dan solat subuh, aku menyiapkan makanan untuk sarapan. Sementara Mas Adrian menyapu dan mengepel. Kami memang selalu kerjakan pekerjaan rumah bersama-sama.

Pagi ini kusiapkan nasi goreng ayam kesukaan Mas Adrian. Lelaki itu memakannya dengan lahap.

"Aku nambah, ya, Mbem?" pintanya.

"Nanti ngantuk, loh, Mas, kalau kekenyangan!" tegurku.

"Ya, udah. Jadiin bekalku aja, ya!" 

"Oke, deh."

Setelah sarapan dan menyiapkan bekal untuk Mas Adrian, aku ke kamar. Mengganti baju dengan seragam tempatku bekerja.

Saat aku mematut diri di depan cermin, ponsel Mas Adrian berdenting. Sepertinya ada pesan masuk.

"Siapa, ya, pagi-pagi begini?" Aku bicara sendiri. Karena Mas Adrian sedang melakukan ritual di toilet, aku membuka pesan tersebut.

[Met pagi, Mas Adrian.]

[Ini nomor Siska, disimpan, ya!]

[Makasih, ya, bantuannya kemarin.]

Bantuan? Bantuan apa?

Jadi, Mas Adrian sudah kenal sama Siska? Kenapa kemarin dia pura-pura enggak tahu?

    

Related chapters

  • Tetangga Penggoda   Tawaran Makan Malam

    "Awas Mas Adrian! Berani dia menipuku!" geramku."Mbem!" panggil Mas Adrian sembari membenahi ikat pinggangnya.Kontan aku langsung menatapnya tajam. Dadaku terasa terbakar saat ini."Ada apa?" tanyanya bingung sembari mendekatiku."Kamu bilang enggak kenal Siska?" tanyaku dengan nada tinggi. Rasanya dadaku akan meledak."Iya, benar," jawab Mas Adrian. "Kenapa?""Nih!" Kuserahkan ponsel di tanganku padanya. "Baca pesannya!"Mas Adrian menurut. Ia membaca pesan dari Siska.Lelaki berkemeja biru itu tampak mengingat-ingat sesuatu. Kemudian ia mengeklik foto profil kontak Siska."Oooh," ucapnya panjang. "Jadi dia namanya Siska?""Enggak usah sok polos kamu, Mas!" geramku."Loh, serius aku, Mbem! Aku baru tahu kalau dia namanya Siska.""Baru tahu tapi udah bantuin dia?" pekikku."Loh, emang kalau bantuin orang harus tahu namanya?" Dia balik bertanya. "Mbem, Mbem! Kamu itu parno banget, deh! Cinta banget, ya, kamu sama aku? Sampai segitunya kamu cemburu!" godanya."Enggak lucu!" bentakku.

    Last Updated : 2022-09-23
  • Tetangga Penggoda   Makan Siang

    "Mas, kalau istrimu enggak masak, makan malam di rumahku, ya!" ucap Mas Ardian sambil menirukan gaya bicara Siska."Kamu jawab gimana?""Ya aku jawab, maaf, Bu, istriku selalu masak.""Kamu panggil dia Bu?" pekikku."Iya. Emang dia ibu-ibu, kan?" jawab Mas Adrian dengan wajah tanpa dosa.Aku terbahak mendengarnya. Wanita seusia Siska, tentu keberatan dipanggil Bu. "Hahahahaha. Benar, benar! Terus dia gimana?""Aku disuruh panggil dia Siska aja. Aku bilang, itu enggak sopan. Apalagi kita, kan, pendatang baru.""Terus, dia bilang gimana lagi?""Terus, terus!" sungut Mas Ardian. "Entar ujung-ujungnya kamu cemburu! Ngambek!""Tuh, kan, menghindar! Enggak mau jujur?" tuduhku."Heh! Dasar, Nyonyah! Awas, loh, kalau sampai akhirnya cemburu!""Ya, tergantung kamu, bikin aku cemburu apa enggak!" Aku tak mau kalah."Iya, deh, iya. Perempuan emang enggak pernah salah dan enggak mau kalah!""Udah! Enggak usah mengalihkan pembicaraan, deh! Dia ngomong apalagi?" tanyaku."Dia enggak percaya kalau k

    Last Updated : 2022-09-23
  • Tetangga Penggoda   Semangkuk Soto

    "Kamu lihatin apa, sih, Na? Kok, aku dikacangin?" protes Lisa."Itu, Lis, tetanggaku." Aku menunjuk Siska dan Pak Abas menggunakan dagu."Kenapa emangnya?" tanya Lisa heran."Mereka itu sama-sama udah berkeluarga," jelasku."Ah, masa, sih? Gila banget!" Komentar Lisa. Apalagi mereka tampak begitu mesra berjalan menuju meja kosong. Pak Abas merangkul Siska. Tampak sekali seperti wanita muda yang sedang jalan dengan Om-Om."Makanya aku kaget. Enggak nyangka, sumpah!" ucapku. "Apalagi itu laki-laki itu terkenal jadi orang yang dituakan di komplek. Sikapnya juga berwibawa banget dan sopan gitu setahuku.""Ngeri, ya? Udah tua gitu masih main gila. Apa enggak mikir udah mau mati?""Hus! Sembarangan kamu, Lis. Bawa-bawa mati segala!""Ya, habis, udah tua gitu masih aja cari daun muda. Istri orang pula!""Iya, sih, emang. Tapi ... ada yang lebih ngeri lagi, loh, Lis," ucapku sedih."Apaan?" tanya Lisa penasaran."Cewek itu ... ngedekatin suamiku.""Apa?" pekik Lisa. Membuat beberapa pengunjun

    Last Updated : 2022-09-23
  • Tetangga Penggoda   Anak

    Bara api di dapur, seolah kini pindah di dadaku. Darahku bahkan seperti mendidih melihat tingkah Siska pada Mas Adrian. Namun, aku masih menahan diri. Aku ingin tahu bagaimana respon Mas Adrian. Secara, dia tidak tahu kalau aku sudah pulang.Mas Adrian tampak menoleh setengah terkejut ke arah Siska. Lalu, lelaki itu menggaruk tengkuknya."Emh, maaf, Bu, saya nanti makan bareng istri saya saja," tolak Mas Adrian.Ternyata Mas Adrian jujur, dia benar-benar panggil Siska Bu."Aduh, Mas, panggil Siska aja!" pinta Siska dengan suara manja. "Kita juga kayaknya seumuran," ucapnya.Mas Adrian terlihat tersenyum kaku. Lucu sekali suamiku itu."Iya, kan, Mas?" ucap Siska lagi."Mungkin," jawab Mas Adrian."Mbak Nana pulangnya masih lama, kan?" tanya Siska lagi."Enggak, kok, paling sebentar lagi pulang," jawab Mas Adrian."Ah, masa, sih? Biasanya sampai rumah sore, kan? Mending Mas makan dulu aja! Siapa tahu Mbak Nana sampai sore.""Maaf, ya, Bu, saya makan nanti aja!" tolak Mas Adrian.Tampak

    Last Updated : 2022-09-23
  • Tetangga Penggoda   Suara Anak Siapa?

    Mas Adrian langsung berdiri. Matanya nyalang menatap Siska. Seakan hendak memakannya hidup-hidup. Hidungnya kembang-kempis, wajahnya pun merah padam. Namun, yang ditatap tampak biasa saja."Benar-benar kamu, ya!" hardik Mas Adrian. "Apa kamu enggak bisa mikir dulu sebelum ngomong, hah?""Yan! Sudah, jangan begitu! Malu banyak orang!" tegur ibu mertua.Dahiku mengernyit menatap ibu mertua. Entah mengapa, aku jadi merasa ibu mertua seperti tidak memihakku."Enggak, Bu! Aku enggak terima ada yang ngata-ngatain Nana seperti itu," bantah Mas Adrian. Kemudian kembali menatap tajam pada Siska. "Aku benar-benar enggak habis pikir, ada manusia seperti kamu, ya!" hardik Mas Adrian. "Apa kamu enggak takut, ucapanmu itu akan berbalik pada keluargamu?""Ya, jelas enggak, lah, Mas," jawab Siska dengan santai. "Kan, udah jelas, aku udah punya anak.""Hah?" Mas Adrian tertawa getir. "Kamu enggak mikir itu bisa berbalik ke anakmu?" cecar Mas Adrian.Siska membuka mulutnya, kemudian mengatup kembali."

    Last Updated : 2022-09-23
  • Tetangga Penggoda   Baju Tidur Seksi

    Sambungan telepon Bu Mirna dan Pak Abas terputus begitu saja. Aku melihat ada sorot kesedihan di mata Bu Mirna. Apa sebenarnya dia tahu yang dilakukan suaminya?"Dimatiin, Mbak," ucapnya.Aku mengelus lengan Bu Mirna. Tak tahu harus berkata apa. Rasanya tak tega melihat wanita seusia dia terluka."Em, apa Ibu mau cek ke rumah?" tawarku.Kebetulan kalau dari rumahku ke rumah Bu Mirna, melewati rumah Siska. Feelingku Pak Abas di rumah Siska.Bu Mirna menatapku ragu. Mungkinkah dia takut memergoki suaminya bermain gila? Atau ingin menutupi aib suaminya dari orang lain sepertiku?Ah, lelaki, kenapa tak kau pikirkan perasaan istrimu saat bermain gila? Tahukah kamu jika istrimu begitu takut aibmu akan terbongkar?"Ya udah, yuk, Mbak temani aku!" ajak Bu Mirna.Kami pun segera berpamitan kepada Bu Pur dan ibu mertua.Baru saja kami tiba di halaman rumahku, Pak Abas tergopoh-gopoh datang."Loh, Ibu mau kemana?" tanyanya pada Bu Mirna."Mau cari Bapak," jawab Bu Mirna. Kemudian menoleh kepadak

    Last Updated : 2023-08-23
  • Tetangga Penggoda   Wanita Mulia

    Sambungan telepon Bu Mirna dan Pak Abas terputus begitu saja. Aku melihat ada sorot kesedihan di mata Bu Mirna. Apa sebenarnya dia tahu yang dilakukan suaminya?"Dimatiin, Mbak," ucapnya.Aku mengelus lengan Bu Mirna. Tak tahu harus berkata apa. Rasanya tak tega melihat wanita seusia dia terluka."Em, apa Ibu mau cek ke rumah?" tawarku.Kebetulan kalau dari rumahku ke rumah Bu Mirna, melewati rumah Siska. Feelingku Pak Abas di rumah Siska.Bu Mirna menatapku ragu. Mungkinkah dia takut memergoki suaminya bermain gila? Atau ingin menutupi aib suaminya dari orang lain sepertiku?Ah, lelaki, kenapa tak kau pikirkan perasaan istrimu saat bermain gila? Tahukah kamu jika istrimu begitu takut aibmu akan terbongkar?"Ya udah, yuk, Mbak temani aku!" ajak Bu Mirna.Kami pun segera berpamitan kepada Bu Pur dan ibu mertua.Baru saja kami tiba di halaman rumahku, Pak Abas tergopoh-gopoh datang."Loh, Ibu mau kemana?" tanyanya pada Bu Mirna."Mau cari Bapak," jawab Bu Mirna. Kemudian menoleh kepadak

    Last Updated : 2023-08-24
  • Tetangga Penggoda   Pipa Bocor

    "Emang sebagus apa akhlak Mbak Nana sampai disandingin sama Aisyah?" ketus Siska.Ya Allah, masih jawab juga!"Walaupun istriku enggak semulia Aisyah, seenggaknya dia enggak pernah ngurusin urusan orang lain. Apalagi sampai nyakitin perasaannya!" ketus Mas Adrian. "Kamu pikir Nana enggak sakit hati kamu ungkit-ungkit masalah dia belun hamil?" geram Mas Adrian."Ya aku, kan, cuma ngomong biasa aja," kilah Siska."Udah, udah, Yan! Enggak baik sama tetangga begitu!" lerai ibu mertua."Mbak Siska, maaf, kami mau keluar sekarang." Aku mengusirnya dengan halus. Karena orang baru di sini, aku tak mau bersikap terlalu frontal. Aku juga belum tahu watak orang-orang di sini seperti apa. Salah langkah, malah bisa-bisa aku yang dimusuhi semua orang."Iya, deh, silahkan! Yang bawa-bawa anakku ke sini juga bukan aku!" ketus Siska kemudian pergi dengan wajah kesal sembari menggendong anaknya.Aku menghela napas panjang setelah mendengar suara pintu depan ditutup. Kemudian duduk di sofa."Bu, besok-b

    Last Updated : 2023-08-25

Latest chapter

  • Tetangga Penggoda   Ending

    "Mas! Tunggu! Mas!" teriak Siska sembari mengenakan pakaiannya. Wanita itu seolah sudah tak peduli berapa banyak pasang mata yang menyaksikan tubuh polosnya. Setelah mengenakan seluruh pakaiannya, Siska berlari hendak mengejar Mas Guntur. Namun, Bu Mirna menghalanginya. "Mau ke mana kamu?" Bu Mirna mencekal lengan Siska. "Lepas! Bukan urusanmu!" ketus Siska. Plak! Siska mengelus pipinya yang terasa pedih dan panas oleh tamparan Bu Mirna. Kontan mata Siska melotot pada Bu Mirna. Aku benar-benar baru tahu kalau pelakor lebih galak dari istri sah. Bahkan Siska sama sekali tak merasa takut atau bersalah pada Bu Mirna. “Apa? Mau apa kamu?” tantang Bu Mirna. Sementara Siska melotot pada istri selingkuhannya sembari memegangi pipinya.“Bawa mereka berdua!” titah Bu Mirna pada warga yang berbondong-bondong di kamar hotel Pak Abas dan Siska. “Jangan gila kamu, Bu!” seru Pak Abas sembari memegangi selimutnya agar tidak lolos dari tubuh polosnya. “Lepas!” teriak Pak Abas lagi. Tanganny

  • Tetangga Penggoda   Kamar Hotel

    Mas Adrian membuka kunci pintu pagar. Bu Mirna langsung mendekat saat pintu telah terbuka."Mbak Nana!" panggilnya."Iya, Bu. Maaf, ini ada apa, ya?" tanyaku sembari memandangi beberapa tetangga yang sudah berkumpul di depan rumahku."Mbak, saya mau minta tolong." Kali ini Mas Guntur yang bicara."Iya, Mas, mau minta tolong apa?" tanyaku sembari menoleh pada Mas Adrian. Aku takut kalau apa yang kulakukan pada Siska berbalik ke arahku."Boleh kami masuk, Mbak? Biar enggak di pinggir jalan gini," pinta Mas Guntur."Oh, iya, iya. Silakan masuk!" perintah Mas Adrian.Para tetangga berbondong-bondong masuk sampai memenuhi halaman rumahku yang tak begitu luas. Mas Guntur, Bu Mirna, Pak RT, Bu RT, Pak RW dan Bu RW berdiri di teras rumahku."Ada apa ini, Mas Guntur?" tanya Mas Adrian."Maaf sekali, Mas, sebelumnya. Mas Adrian pasti kaget, ya?" tanya Mas Guntur.Aku dan Mas Adrian kompak mengangguk. "Iya, ada apa?" tanya Mas Adrian lagi."Jadi, tadi aku dan Bu Mirna ngobrol-ngobrol. Intinya te

  • Tetangga Penggoda   Bel Malam Hari

    "Mas, kita jahat banget apa enggak, sih?" tanyaku pada Mas Adrian saat kita sudah bersiap tidur."Ke Siska?" tanya lelaki berkaos putih itu.Aku mengangguk. "Kayaknya tadi dompetnya terkuras, deh. Dia sampai rela nebeng kita padahal sempit gitu.""Udahlah, biarin aja." Mas Adrian langsung memelukku dan memejamkan mata.Sementara Mas Adrian tidur, mataku tak juga bisa terpejam. Akhirnya aku mengambil ponsel Mas Adrian, ingin melihat hasil kerjanya tadi pada Siska.Rupanya Mas Adrian berhasil menyadap WA Siska. Segera kulihat percakapan wanita itu di WA.Terlihat baru saja dia mengirim pesan untuk Pak Abas. Dia mengadu tentang kejadian traktiran tadi. Namun, dia tak mengatakan yang sebenarnya. Siska bilang, aku yang memintanya mentraktir sebagai balas budi Mas Adrian telah membantunya mendapatkan pekerjaan. Karena hal itu, sekarang uang gajinya ludes. Sehingga dia meminta uang pada Pak Abas. Aku salut, sih. Dia pintar sekali merayu untuk meminta uang seperti itu. Namun, balasan Pak Ab

  • Tetangga Penggoda   Makan Malam

    Gara-gara membaca pesan Siska yang berusaha mengadu domba aku dengan Mas Adrian, aku jadi penasaran ingin melihat status WA-nya. Apakah dia menyindirku, atau seperti apa?Kuatur WA Mas Adrian agar tak muncul namanya saat melihat status orang lain. Setelahnya baru kucari status Siska.Status pertama di-posting kemarin sore.[Dasar enggak punya attitude! Bermesraan di depan umum! Wanita rendahan, ya, begitu! Dicium di mobil, kok, mau!]Dahiku mengernyit membaca status itu.Kira-kira dia ngatain siapa, ya? Ternyata dia enggak cuma penggoda, tetapi suka julid juga.Ck! Dasar!"Apaan, Mbem?" tanya Mas Adrian."Ini, Siska bikin status kemarin. Ngata-ngatain orang ciuman di mobil.""Oh, ya? Jangan-jangan kemarin dia lihat kita?" tebak Mas Adrian."Kita?" tanyaku bingung."Iya, pas di garasi, loh, Mbem!" Mas Adrian mengingatkan."Masa, sih? Emang bisa kelihatan dari luar?""Mungkin aja. Garasi kita kan lebih tinggi dari halaman, jadi orang bisa lihat dari balik pagar.""Tapi, kan, pasti engga

  • Tetangga Penggoda   Adu Domba

    "Mas, kita udah melangkah, Siska udah masuk ke perangkap. Kalau kita mundur, Siska enggak mungkin mau keluar dari perangkap kita. Yang ada dia akan semakin menjadi-jadi," ucapku sembari meyakinkan diri sendiri."Jadi, kita lanjutin, Mbem?""Harus!" jawabku mantap. "Masalah salah paham ini, nanti bisa diluruskan saat rencana kita berhasil.""Ya udah, Mbem. Bismillah." Mas Adrian tersenyum hangat."Makasih, ya, Mas!""Makasih, doang? Ogah, ah!""Ish! Ngelunjak!" ketusku."Oh, awas kamu, Mbem!"Mas Adrian menarikku dan menghujaniku dengan ciuman. Aku menjerit-jerit sembari tertawa menahan geli.Malam hari saat kami bersantai sembari menonton televisi, terdengar suara bel berdentang."Siapa, ya, Mas?" tanyaku. Karena tak biasanya kami kedatangan tamu. "Jangan-jangan Siska lagi!""Coba aku lihat."Mas Adrian beranjak dari sofa kemudian berjalan menuju pintu pagar. Aku mengikutinya dari belakang.Dari teras aku bisa melihat siapa yang bertamu. Bukan Siska, tetapi seorang laki-laki. Karena c

  • Tetangga Penggoda   Salah Paham

    Mas Adrian menyetujui rencanaku untuk memberi pelajaran pada Siska. Semoga dengan apa yang nanti aku lakukan, bisa membuat perempuan itu jera."Kamu harus janji, loh, Mbem, enggak boleh cemburu! Kalau kamu ribut sendiri, aku enggak mau," ucap Mas Adrian."Iya, yang penting kamu turuti aku."Kemudian kubalas pesan dari Siska, seolah-olah Mas Adrian yang membalasnya.[Iya, Bu.]Tak berselang lama Siska membalas.[Jadi Mas terima tawaran makan dariku? Tapi, Mas jangan panggil aku bu terus, dong!][Iya.] balasku.[Wah, senang banget aku, Mas. Makasih, ya. Mas benar-benar baik. Mas adalah laki-laki terbaik yang pernah aku temui.]Aku menatap balasan dari Siska tanpa bisa berkata-kata.Ya Allah, gini banget ini perempuan!"Kenapa, Mbem?" tanya Mas Adrian.Mungkin dia bingung melihat ekspresiku setelah membaca pesan dari Siska. Segera saja kutunjukkan pesan itu padanya.Di luar dugaan, Mas Adrian malah terbahak-bahak."Apanya yang lucu?" tanyaku sembari menatapnya aneh."Hahahaha. Ada, ya, M

  • Tetangga Penggoda   Rencana untuk Siska

    Dadaku semakin panas saat mendengar suara perempuan menyahut ucapan Mas Adrian di ruang kerja Mas Adrian. Meski aku tak bisa mendengar obrolan mereka dengan jelas, tetapi aku bisa memastikan kalau itu suara perempuan.Aku tak langsung membuka pintu di depanku itu. Namun, kuputuskan untuk menelepon Mas Adrian terlebih dahulu. Aku ingin tahu apakah ia akan jujur atau berbohong.Melihat apa yang terjadi di sekitarku, aku tidak ingin percaya seratus persen pada siapapun. Termasuk suamiku sendiri. Karena bagaimanapun, dia tetap orang lain yang isi hatinya seperti apa, aku tidak benar-benar tahu keseluruhannya.Kucari nomor Mas Adrian dan langsung menghubunginya. Telepon berdering, tetapi cukup lama tidak langsung diangkat. Hingga akhirnya saat hampir kuakhiri, Mas Adrian mengangkatnya."Iya, Mbem?" ucapnya begitu telepon terhubung."Kok, lama? Lagi ngapain?" tanyaku tanpa basa-basi."Ini, Mbem, lagi ada teman di ruangan," jawabnya."Siapa?""Habis ini aku kirim pesan, ya, Mbem? Kamu udah

  • Tetangga Penggoda   Kantor Adrian

    "Loh, itu bukannya Diva?" tanyaku pada Mas Adrian saat kami berpapasan dengan Mas Guntur. Tampak lelaki itu menggendong Diva di dadanya sembari mengendarai sepeda motor."Iya, ya, Mbem. Masa Mas Guntur resign?" tanya Mas Adrian."Masa, sih?" Rasanya keterlaluan kalau sampai Mas Guntur resign. Siska saja belum tentu diterima."Kalau benar resign gimana, Mbem?" tanya Mas Adrian."Gimana apanya?" tanyaku tak mengerti arah pembicaraan Mas Adrian."Apa aku tetap minta Pak Robert buat tolak Siska?""Terima aja, terus sekalian berangkat, pulang, di kantor, makan siang, sama-sama dia terus," ketusku."Jaelaah! Istriku ngambek!" kelakarnya."Terserah!" ketusku. Aku memilih buang muka menatap ke kaca pintu mobil. Rasanya kesal sekali mendengar Mas Adrian peduli pada Siska."Aku cuma bercanda, Mbem Sayang. Enggak usah ngambek gitu, dong! Ih, pagi-pagi udah ngambek, entar keriput, loh!""Biarin!" ketusku."Utu utu utu, istriku, ngambeknya serem!" goda Mas Adrian."Enggak lucu!""Iya, deh, serem.

  • Tetangga Penggoda   Menebeng ke Kantor

    Aku melangkah keluar dari rumah Bu Mirna dengan perasaan sangat ringan. Setelah sejak semalam merasa seperti menanggung beban yang begitu berat. Akhirnya hari ini dapat solusi juga. Mas Adrian pasti nanti kaget mendengar apa yang sudah aku lakukan.Saat tiba di pertigaan, aku berbelok ke kanan. Dari tempatku berdiri rumahku sudah kelihatan karena berjarak sekitar lima rumah lagi. Sembari berjalan kaki aku mengamati perempuan dengan pakaian cukup terbuka berwarna pink magenta sedang mendorong sepeda roda tiga anak-anak."Kayaknya itu Siska, deh!" gumamku. "Ngapain dia mondar-mandir di depan rumahku? Hm, dasar! Mau caper dia sama Mas Adrian pasti! Dia pikir suamiku sudah pulang? Hah! Dasar!"Aku terus berjalan sampai kemudian berpapasan dengan Siska."Eh, Mbak Nana baru pulang, ya? Kok, jalan kaki?" tanyanya.Tumben? Biasanya kalau ketemu dia langsung pergi. Apa dia sudah enggak marah?"Iya, Mbak," jawabku malas."Eh, Mbak, tahu enggak?" tanyanya.Aku malas sekali meladeni wanita itu. C

DMCA.com Protection Status