Home / Pernikahan / Wanita Penggoda / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Wanita Penggoda: Chapter 51 - Chapter 60

68 Chapters

Terlambat

Namaku Bambang Hermawan, wajah tampan, hidup mapan, sedikit dermawan, mirip artis Tommy Kurniawan.Bekerja di sebuah perusahaan swasta terbesar di Negara ini. Sudah menjadi karyawan tetap. Ditambah kinerja kerjaku yang tak pernah mengecewakan si Bos. Selalu tepat waktu saat masuk kantor. Pekerjaan selalu beres tepat waktu. Urusan dengan klien-klien selalu berjalan dengan lancar.Tapi sial! Hari ini untuk pertama kalinya terlambat menemui klien. Ditambah proyek yang seharusnya berada ditangan perusahaan kami malah jatuh ke perusahaan rival. Alhasil, untuk pertama kalinya juga setelah tiga tahun bekerja, si Bos marah besar. Sial, sial, sial!!Semua ini gara-gara si Mahar, jam sebelas baru telepon.Tiba di kantor kutemui laki-laki berasal dari Jawa itu yang sedang duduk di ruangab dekat pantry."Lo sengaja kan baru telepon gue jam sebelas? Biar gue dimarah-marahin si Bos??" Sungutku sembari menarik kerah Mahardika"Wey, wey, selow bro ... lepasin kerah gue!""Asem lo!""Eh, gue neleponin
Read more

Pendekatan

Sepanjang perjalanan, suasana hening. Tidak ada pembicaraan apapun. Wulan masih menutup hidung, sesekali terlihat mual. Aku bingung sebenarnya ada apa dengannya? Apa iya dia mabuk perjalanan? Rasanya tidak mungkin."Ehm," Aku berdehem memecah keheningan. Perempuan di sebelahku tetap bergeming."Lan, butiknya di daerah mana?" tanyaku, Wulan menoleh. Dia membenarkan letak duduk."Gak jadi. Besok aja.""Langsung ke rumah kamu aja nih?"Wulan mengangguk. Kini pandangannya beralih keluar jendela.*** Empat puluh menit kemudian tiba di kediaman gadis berambut sebahu itu.Setelah mematikan mesin mobil, Wulan segera keluar. Dia nampak buru-buru. “Terima kasih.” Hanya ucapan itu yang keluar dari bibir mungilnya.Aku benar-benar tak mengerti. Sebelumnya Wulan begitu agresif, akan tetapi setelah berpelukan tadi, dia seperti menghindar. Jangan-jangan si Wulan takut khilaf? Khilaf ingin melakukan lebih? Misalnya, khilaf mencium bibirku yang seksi?Aha, tentu saja. Secara aku ini memiliki wajah y
Read more

Diajak Nikah

Keluar dari restoran, wajah cantik nan ayu nan kinclong nan anu Wulan berubah muram. Ada apa gerangan? Apa karena saat makan tadi tak sempat aku menyuapinya? Atau karena dia cemburu ketika pelayan pengantar bon itu menatapku tak henti-henti.Oh Pemirsa ... bantu aku mencari jawabnya.“Lalan Cantik ....” Kupanggil dengan panggilan sayang “Lalan” dengan lembut, selembut tangannya sembari memamerkan senyuman ter-hot. Tapi aneh, dia tetap diam.“Lalannya Ambang ....” Sengaja menyebut diriku “Ambang” biar terkesan manja. Kucolek pula dagu lancipnya. Yes, bidadari Ambang menoleh.“Napa, Mas?”“Lalan kok cembelut aja sih? Cembulu, ya?”Wulan tak menjawab, dengan bibir tersungging seperti wanita jahat di Indosair, wajah putih cantik berseri itu berpaling ke luar jendela mobil.Cemburu yang sangat elegan dan tepat sasaran. Berbeda dengan cemburunya mantan istriku. Vania itu cemburu kalau aku main game lupa waktu dan memancing sampai subuh.“Apa enaknya mancing sih, Mas? Mending dapet ikan? In
Read more

Bau

Orang yang pertama kali kuberitahu tentang rencana pernikahan aku dan Wulan adalah, Vania. Perempuan bermulut kaleng rombeng itu harus tahu, kalau aku tidak pernah menyesal telah menceraikannya. Kuketik pesan singkat WhatsApp.[Vania, aku mau kasih kabar. Kalau minggu depan, aku mau nikah lagi dengan perempuan cantik, seksi, cerdas, wanita karier, tentunya tidak cerewet macam kamu! Kamu jangan sedih apalagi cemburu, karena sekarang aku dan kamu sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Ingat itu!]Rasanya tak sabar menunggu balasan pesan dari Vania. Aku yakin seyakin-yakinnya dia sekarang sedang menangis darah. Bahkan mungkin akan bunuh diri.Malangnya nasib kamu Vania, diceraikan oleh Bambang Hermawan yang memiliki wajah tampan, hidup sudah mapan, dan sedikit dermawan. Tak lama pesan masuk. Benar saja, dari Vania.[Selamat]Hah?? Cuma itu doang balasannya? Pasti dia tidak kuasa membalas panjang lebar pesan dariku.Vania oh Vania, andai saja kau tidak cerewet, mungkin sampai sekarang m
Read more

Di Salon

Hidung sengaja kudengus-denguskan. Seolah menajamkan indra penciuman. Padahal aroma seperti ini sudah tak asing bagiku.“Gak ada bau apa-apa. Waaah ... jangan-jangan Lalannya Ambang lupa cebok ya?”“Ish, enggak kok. Duuuhhh Mas Ambang bauuuu ....” Wulan memencet hidung mancungnya.“Udah, ah. Lalan mau beli dulu pewangi!” Sambungnya. Bergegas ia raih tas, lalu menuju mini market yang terletak bersebelahan dengan toilet umum.Belum ada sepuluh menit, Wulan membuka pintu mobil, menarik kemejaku menyuruh keluar.Dada Wulan membusung tepat di hadapan, membuatku menelan air liur. Tapi, kedua matanya melotot seperti mau copot.“Sabar Lan ... Nganunya nanti aja kalau udah nikah,” ucapku seraya memamerkan senyuman ter-seksi.Brukk!Telapak tangan Wulan memukul mobil.“Mas kan yang ambil duit aku?? Jawab!!” Aku tersentak oleh bentakan Wulan.Ya Tuhan, seumur-umur baru kali ini dibentak wanita.Mata Wulan masih melotot. Seolah ingin menerkam, memakan, dan mengunyahku hidup-hidup. Seketika tubuh
Read more

Pengertian

Wulan menoleh ke sumber suara. Aku tak menyangka wanita secantik Sherly mulutnya berbisa, beracun, dan tajam setajam silet. Untung saja tadi hanya mengeluarkan seupil aura pesonaku. Coba kalau aku keluarkan semua aura ketampanan ini, pasti dia tidak akan lancang berbicara. Tidak kebayang kalau wanita itu bertekuk lutut, memintaku untuk menjadikannya istri. Sepertinya si Sherly ini tak jauh beda kayak Vania, mulut kaleng rombeng. Membayangkan punya istri cerewet saja sudah merinding, apalagi benar-benar terjadi lagi.“Sudahlah, Mas. Jangan dengerin omongan dia. Yuk, ah!”Alamak ... bahasa Wulan begitu bijaksana dan penuh cinta. Cinta yang sesungguhnya. “Iya, Lalan cayaaangg ....” sahutku tak kalah mesra.“Idiiihhh jijay!” Suara Sherly masih terdengar. Aku yakin seyakin yakinnya, jauh di lubuk hatinya dia memendam rasa takjub akan pesona ketampananku. Cuma gengsi aja. Segala bilang aku bau. Alasan klise!*** Pukul delapan malam sampai di rumah. Suasana masih gelap gulita. Rasanya
Read more

Panu

Memang, salah satu ciri orang itu jodoh kita adalah selalu tahu apa yang kita mau. Selalu mengerti apa yang kita ingini. Seperti Lalannya Ambang ini, selalu tahu apa yang aku mau.“Iya dong, Mas ... kita kan satu hati,” sahut Wulan dengan tingkah manja. Walaupun tertutup masker, tapi pesona kecantikan dan kemolekan yang ia miliki begitu terpancar. “Makasih Lalan cayang ... ya udah makan siang yuk! Mas Ambang laper nih ....”“Gak gosok gigi sekarang?” Pertanyaan Wulan bak perhatian yang sangat tulus. Setulus cintaku padanya. Aku menggeleng, “Nanti saja habis makan,” sahutku sambil memeluk pinggang rampingnya. *** Hari ini, aku akan berjumpa dengan orang tua Wulan. Menatap diri dalam pantulan cermin. Berdecak kagum melihat kegagahan hakiki yang kumiliki. Sebentar lagi, luar dalam tubuh atletis ini akan Wulan miliki seorang. Membayangkan sentuhan Wulan saja darahku memanas, apalagi kalau benar-benar terjadi. Ouh ... fantastis!Terakhir kalinya, kusemprotkan parfum pembelian Vania. Ma
Read more

Dua Kali dalam Dua Hari

Tidak mungkin!! Tidak mungkin tubuh putih mulus atletisku terjangkit panu! Mana mungkin penyakit panu itu bisa hinggap di leher jenjangku?? Aku tahu panu merupakan penyakit kulit, tapi gak mungkin bentuknya seperti ini??? Lagi pula, seumur hidup tidak pernah sekalipun mengalami penyakit panu. Pasti, pasti si Mahardika mencoba memfitnah. Si bujang lapuk masih terpingkal-pingkal. Aku menatapnya dengan sorot mata bak burung elang sambil menggaruk-garuk belakang leher.“Mahardika, lo pasti bohong. Gak mungkin ada panu di bagian tubuh gue. Lo bilang ini panu pasti karena iri.” Ucapku dengan suara penuh wibawa.“Eh, Bambang! Ngapain gue iri ama lo? Kalau gak percaya, coba liat google. Sama gak bentuk panu yang di google ama yang ada di leher lo.” Dika sok-sok an memberi saran. Aku membuang muka, sangat kecewa. Sebagai sahabat, harusnya si Dika ikut bahagia.Pertama, karena sebentar lagi aku menikahi primadona kantor, Wulandari binti Sutrisna.Kedua, karena aku sahabat sejatinya akan menja
Read more

Lelaki Bule

Wulan melongo mendengar jawabanku. Pasti dia keheranan, kenapa cuma mandi satu kali sehari aku tetap terlihat segar dan semangat? Itu karena aku memiliki kepercayaan diri cukup tinggi yang dipupuk sejak usia dini.Alasan lain yang membuatku mandi satu kali dalam sehari, bukan karena aku malas atau bukan karena jorok, tapi karena demi mempertahankan ketampananku! Bagaimana jadinya kalau tubuh yang mulus ini tiba-tiba luntur bersama busa-busa sabun itu? Oh, No!!! “Pagi tadi mandi gak?” tanya Wulan setelah seperkian detik wajahnya kaku karena terpana.“Mandi. Area wajah aja. Tapi tetap gosok gigi. Pasta gigi yang dikasih Lalan masih Mas pake. Mubazir kan kalau gak dipake?”“Mandi area wajah aja? Ke bawahnya gak diguyur?”“Iya. Kalau ke bawah itu namanya mandi seluruh tubuh. Kalau cuma mandi, ya area wajah aja.”Wulan geleng-gelengkan kepala. Pasti wanita ini makin takjub dan makin cinta mendengar penjelasanku yang sangat berwawasan luas. Dia mengembuskan napas seraya menggenggam kedua
Read more

Teman Lama

Vania benar-benar keterlaluan! Menyampaikan pesan Minceu di depan Wulan. Aku yakin, dia melakukan itu karena masih memendam cinta padaku. Masih enggan berpisah dengan Bambang Hermawan. Masih tak sudi melihatku berjalan mesra dengan Wulan. Sungguh malang nasibmu, Vania. Pasti kamu sangat menyesal aku ceraikan. Tapi apa boleh buat? Penyesalan memang selalu datang terlambat.Untung saja, walaupun Wulan sudah mengetahui profesiku dulu, dia masih mau terima aku apa adanya.“Gak apa-apa, Mas ... itu kan masa lalu. Yang terpenting masa depan kita harus lebih baik. Lalan mau terima Mas Ambang apa adanya kok ....” ujarnya seperti mata air yang berada di tengah gurun pasir. Sejuuuk, sangat menenangkan. Sudah tidak ada keraguan seujung kuku pun untuk menikahi Wulan. Dia pasti menjadi istri yang jauuuuhh lebih baik dari pada Vania si mulut kaleng rombeng!Rasanya sudah tidak sabar dimandiin, dimasakin, dinganuin, dikeramasin oleh Wulan. Indahnya dunia ....“Mas Ambaaaang, besok kita harus bera
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status