All Chapters of Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan: Chapter 1 - Chapter 10

48 Chapters

Bab 1

"Rara Khairunnisa, aku ceraikan kamu, mulai detik ini kamu bukan istriku lagi," ujar Wira pada wanita yang sudah ia nikahi lima tahun lamanya.Rara yang tengah mengenakan lingerie merah muda mengkilat itu terhenyak dan terdiam, air mata menggenang di pelupuk mata lalu luruh tanpa diminta, menyapu make up sederhana yang ia poleskan di pipinya.Ditatapnya wajah sang suami lamat-lamat, tatapan itu merupakan sebuah pertanyaan dari lubuk hatinya yang sulit terucap.'Padahal malam ini aku bersemangat untuk melayanimu, Mas, memberikan servis terbaik setelah satu Minggu kamu tak pulang. Namun, nyatanya keputusanmu benar-benar mematahkan hatiku'Jerit hati Rara"Aku capek nunggu kamu yang ga hamil-hamil, orang tuaku tanya terus, di luar sana ada seseorang yang mampu memberiku keturunan.""Diandra 'kan?"Rara menyebut nama perempuan yang pernah singgah di hati Wira dan belakangan ini kembali dekat dengannya, seorang janda anak satu. Namun, sayangnya anak tersebut kini sudah kembali pada Sang Kh
Read more

Bab 2

Hampir satu Minggu Rara melalui Malam dan siang dalam kesepian, kala malam datang ia kedinginan begitupun dengan siang ia diselimuti kehampaan, seolah tak berujung dan tak bertepi.Kadang ia lupa sudah diceraikan sosok Wira, perempuan yang selalu mengenakan gamis dan hijab lebar tatkala keluar itu selalu menunggu kepulangannya di balkon atas.Berharap mobil BMW hitam itu masuk ke dalam carport-nya yang luas, lalu ia akan keluar untuk membuka pintu dan menyambut dengan senyuman juga makanan kesukaannya.'Oh angan, kau sungguh menyiksa. Kenapa move on itu sulit sekali?'Rara menggeleng cepat, ia harus terbiasa hidup tanpa naungannya, bisa mandiri cari uang sendiri, juga bisa tegar melihat yang dicinta bergandengan tangan dengan perempuan itu.[Ra, perusahaan mertuamu bangkrut. Sudah kuduga sebelumnya hal ini bakal terjadi, dan ternyata beneran PT Sinarwangi kalap ga bisa bayar hutang plus bunganya ke bank dalam jumlah besar]Pesan masuk ke ponsel Rara, ia sedikit terkejut lalu mengulang
Read more

Bab 3

"Jelasin sama aku, Wira?! Si udik ini ngada-ngada 'kan?" tanya Diandra masih syok.Bola matanya yang dihias soflen kebiruan itu membelalak sempurna, sementara Wira kelabakan bingung harus menjelaskan dari mana."Jawab!" teriaknya lagi, Diandra hampir stres menghadapi kenyataan ini."Iya, tapi aku akan berusaha bayar cicilan perbulannya, kamu jangan khawatir biar ini jadi urusanku."Diandra memegang keningnya dengan erat, muak sekali dengan kenyataan ini, rasanya ingin pergi dan mencari lelaki lain."Dengan cara apa hah?! Perusahaan kamu udah bangkrut, kamu udah miskin, aku udah ga tahan," seru Diandra sambil mendorong kopernya keras-keras.Sementara Rara berdiri dengan tenang menikmati ketegangan antara pengantin baru itu, melihat mereka yang saling bersitegang ia jadi enggan pergi dari rumah ini.Alasannya karena ingin memberi pelajaran pada si gundik, sekaligus melihat pertengkaran mereka yang sudah pastinya terjadi setiap hari.Rara faham perempuan matre seperti Diandra tak bisa hi
Read more

Bab 4

"Stop!" teriakkan Wira memekik membuat keriuhan itu senyap kembali, tetapi kini semua pasang mata memandangnya."Oh jadi ini lakinya yang dungu itu? ngelepas istri shalihah dan malah mungut lont* murahan?" teriak seorang ibu-ibu dari arah belakang."Iya bener, dia itu 'kan bos yang perusahaannya bangkrut.""Jangan-jangan perusahaannya bangkrut karena sial udah nikahi perempuan itu?""Dasar pelakor bawa sial! Lebih baik lu cerein lagi aja dia dan balik ke istri sah lo dijamin tar bakal kaya lagi.""Ya betul!"Semua hinaan itu tentu saja seperti menusuk-nusuk hati Diandra, jika Wira belum jatuh miskin ia sudah pasti menuntut mereka semua ke jalur hukum atas pencemaran nama baik dan tindakan tidak menyenangkan.Merasa jengah, Rara segera membayar ke kasir dan pergi dari kekacauan itu, ada kesal di hatinya karena makanan tadi tak habis semua, jadi mubazir 'kan?Ia kembali pulang ke rumahnya yang kini sudah seperti neraka, sisi hatinya ingin pergi saja dari sana. Namun, hukum agama mengata
Read more

Bab 5

Diandra memejamkan matanya, perkataan Wira itu benar, aku tak boleh egois, fikirnya."Kamu ga mau 'kan kehilangan anak lagi, sabar ya demi anak kita."Mereka berpelukan dalam tangisan, sementara di lantai atas Rara menyaksikan dengan hati berantakan.'Kamu udah berzina selama masih bersamaku, Mas, tega!' Ratap hati Rara.Ia segera berlari ke kamar meredam segala emosi dan tangisnya, tak berguna mengeluarkan air mata, Rara menghapus lelehan yang membuat pipinya basah itu dengan cepat.Tapi tak bisa, kelopak mata itu terus saja melelahkan cairan hingga ia sesenggukan.***Aroma ayam goreng dan kangkung belacan sukses membuat Indra penciuman Wira dan Diandra tergugah, kebetulan sekali mereka belum makan malam."Kayanya si Rara lagi masak tuh," celetuk Diandra, perutnya keroncongan karena tadi siang hanya makan mie instan."Kita samperin yuk," ajak Wira.Diandra diam gengsi sebenarnya, tapi bagaimana lagi di luar hujan tak memungkinkan beli makanan, ia pun terpaksa bangkit dan mengikuti
Read more

Bab 6

Wira gelisah tak bisa tidur hingga tengah malam, padahal esok hari ia harus berangkat pagi untuk menemui kawannya yang baru pulang dari luar negri, ngajakin bisnis bareng.Tapi, yang mengganggu fikirnya bukan itu, melainkan sikap dermawan Rara yang baru diketahuinya, bayangkan selama tiga tahun ia ikhlas menyedekahkan setengah nafkahnya.Bahkan, ia tak yakin Diandra mampu melakukan itu.Rasa bersalah menyeruak, harusnya kami tak bercerai, tapi bagaimana tuntutan keluarga, pun Diandra yang tak ingin dimadu.Janin dalam perut itu yang selama ini ditunggu-tunggu mama dan papa. Kedua orang tua itu memang kerap menuntut.Baik pada Wira atau pada Wanda--adik bungsunya-- terhadap Wira mereka menuntut cucu, sedangkan pada Wanda mereka menuntut segera menikah.Padahal gadis berusia di puluh sembilan tahun itu masih betah melajang dan sedang berada di puncak kesuksesan.Hingga pukul setengah empat barulah Wira terlelap, waktunya salat subuh dia malah terlelap sulit terbangun saking ngantuknya.
Read more

Bab 7

"Ayah." Tergopoh-gopoh Wira menghampiri mertuanya lalu bersalaman."Kok ke sini ga bilang dulu, yuk masuk ke dalam," ujar Wira lagi basa-basi.Ayahnya Rara yang bernama Pak Mustafa itu memandangnya dingin, dahulu ia begitu hormat pada menantunya itu, tapi kini ia muak sekaligus benci.Sementara Diandra masih berdiri di tempat, ia kikuk malu bukan main, kalau bisa sudah menggali tanah dan mengubur diri dalam-dalam saking malunya."Ini istri barumu itu, Wira?" Pak Mustafa menunjuk Diandra yang tertunduk malu."Iya, Yah," jawab Wira merasa tak enak."Gimana sih kamu nyari istri malah yang begini," celetuk Pak Mustafa meremehkan."Heh kamu! Awas ya kalau sampai berani menyakiti anak saya, baik menyakiti hatinya ataupun fisiknya, lihat saja apa yang akan saya lakukan, saya tahu asal-usulmu dari mana."Sebuah peringatan dari Pak Mustafa membuat nyali Diandra sedikit menciut, bak kerupuk yang tersiram air, malunya hingga ke ubun-ubun.Lelaki tua yang berumur hampir kepala enam itu masuk ke d
Read more

Bab 8

"Hahh, engga mungkin." Diandra menyeringai kecut sambil geleng-geleng kepala.Mana mungkin lelaki tua yang berpenampilan ala kadarnya ini pemilik perusahaan besar, yang memiliki beberapa cabang di Indonesia.Dia pasti ngada-ngada, fikir Diandra."Rara, kamu tinggal di sini dulu ya sampai masa Iddah selesai, gunakan mobil itu kalau perlu, dan ini untukmu, Ayah tahu suamimu pasti takkan sanggup 'kan memberi uang."Pak Mustafa memberikan kartu ATM pada anaknya, sekaligus aksi sindiran bagi lelaki di sebelahnya."Ga usah, Yah. Lagian aku juga mau ngajar lagi di campus, ada temen yang nawarin," tolak Rara halus.Ia tak terbiasa meminta dan menengadah pada orang tua, Pak Mustafa dan istri berhasil mendidik anak-anaknya untuk menjadi mandiri walau bergelimang harta."Kalau kamu mau ngajar lagi, silakan. Tapi jangan sekarang tunggu masa iddah selesai, kamu harus tetap diam di rumah suamimu, ikutilah hukum agama, Nak."Rara mendesah."Tapi aku bosan, Yah. Bayangkan jika ada di posisiku," renge
Read more

Bab 9

"Siapa kamu?!" tanya Diandra sambil berteriak lagi.Akan tetapi, perempuan di sebrang sana malah mematikan saluran telponnya, membuat Diandra kian murka.Dasar jal*ng seenaknya mematikan panggilan! Gerutu Diandra.Tak putus asa ia menelpon lagi, tapi nomor Wira sudah tak aktif tak bisa lagi dibohongi.Terlanjur kesal ia membanting piring ke lantai hingga pecahan beling dan nasi berhamburan ke mana-mana, dan suara bisingnya terdengar oleh telinga Rara."Baj*ng-an! Brengsek kamu, Wira!" teriak Diandra menggema.Semua teriakan Diandra terdengar jelas oleh telinga Rara, perempuan berambut sepinggang itu menyeringai sambil mengunyah makanan.Hatinya puas melihat rumah tangga Wira berantakan, sama seperti hatinya yang sakit karena perbuatannya."Aaaarrghh!" teriak Diandra memekik, menumpahkan emosi.Rara memilih mengunci pintu kamar cari aman ketimbang keluar, mendengar jeritannya saja ia puas tak perlu hingga repot-repot turun ke bawah."Tega kamu, Mas! Tegaa!" jerit Diandra seperti orang
Read more

Bab 10

"Diandra, gara-gara kamu Papa kehilangan pekerjaan tahu!" bentak Pak Haryadi Kusuma yang tak lain papanya Diandra."Kok gara-gara aku sih, harusnya Papa yang intropeksi diri, selama kerja 'kan Papa sering korupsi, kok malah nyalahin aku sih," balas Diandra tak ingin disalahkan.Untung ia punya senjata untuk melawan tuduhan."Kalau ketahuan korupsi mungkin hari ini Papa sudah ada di penjara, ini semua gara-gara kamu tahu ga, mau-maunya dihamili suami orang, tahu ga mertua Wira itu pemilik perusahaan tempat Papa kerja, puas kamu!""Papa ga mau tahu tiap bulan kamu harus bantuin kirim uang untuk biaya kuliah kedua adikmu!"Tut!Pak Haryadi mematikan telpon, karena ia faham berdebat dengan putri sulungnya itu hanya akan membuat masalah tambah runyam.Diandra mengerang menahan kesal, masalah rumah tangganya saja belum menemukan solusi, sudah ada masalah lagi."Kita pulang," ujar Wira, hendak melanjutkan pertengkaran di rumah._**_Tiba di rumah Wira membanting sepatu di hadapan Diandra."K
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status