Home / CEO / Pinangan Jutawan Berkedok Seniman / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Pinangan Jutawan Berkedok Seniman: Chapter 61 - Chapter 70

276 Chapters

Melihat Mereka Bisa Bersatu Kembali

"Kenapa kamu nggak angkat telfonku tadi? Kamu dimana? Lagi ketemu sama siapa?" Lois bertanya tanpa jeda seperti gerbong kereta api. Dia baru saja tiba dari bekerja dan langsung duduk di depanku yang menunggunya di teras kontrakan. "Aku tadi ketemu Mama," akuku. Lagi pula untuk apa menyembunyikan pertemuanku dengan Mama padanya?! "Harusnya kamu bilang. Seenggaknya ngirim pesan biar aku nggak bingung kamu dimana? Nggak lucu 'kan waktu aku lagi main gitar tiba-tiba ada kabar nggak enak dari kamu." Lois sudah tahu sekali masalah apa yang kualami hingga membuatku harus menikah dengannya. "Maaf, Lois. Rencanaku tadi mendadak. Kangen rumah dan Mama aja." "Ada masalah? Kok wajahmu sedih, Ly?" Lois cukup peka dengan apa yang terjadi padaku. Matanya menelisik wajahku yang menunjukkan ekspresi kesedihan. Tidak ada senyuman, mata berbinar bahagia, atau nada bicara yang riang gembira. Kepalaku mengangguk pelan sebagai jawaban tanpa menatapnya. "Ada apa emangnya? Kalau mau, kamu bi
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bukan Berliku-Liku Dan Menguras Emosi

Aku tidak tahu, sebenarnya diriku ini berdiri sebagai apa? Sebagai diriku sendiri atau sebagai istri? Jika berdiri sebagai diriku sendiri, lantas mengapa aku merasa tidak terima jika Lois menduakanku dengan Rily? Tapi jika sebagai istri, mengapa aku masih saja memikirkan Ishak? "Ly, hampir jam sebelas malam. Apa lo nggak ngantuk?" tanya Nathasya seraya menguap. Kami masih duduk di teras lantai dua kosnya. Jalanan di bawah juga sudah lengang, hampir tidak ada pengendara yang lewat. "Entah kenapa gue belum ngantuk aja, Nath." "Mending dibuat rebahan aja, Ly. Soalnya Kak Lois pasti datangnya malam lagi." Kepalaku mengangguk dengan senyum setipis kapas. Berusaha terlihat baik-baik saja meski ... hatiku entah mengapa meronta seperti ini. "Dia pasti nganterin Rily pulang dulu. Mungkin lo baru dijemput di atas jam dua belas lagi." "Iya." Setelah Nathasya meninggalkanku di teras lantai dua sendirian, aku mengalihkan pikiran dengan mengulir isi ponsel. Tidak ada pesan yang berarti
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Maafkan Saya Jika Harus Mengatakan Ini

[Lois : Mata-mata yang kusewa udah dapat semua informasi yang kamu butuhin, Ly.] Satu baris kalimat yang Lois tulis berhasil mengalihkan semua perhatianku. Bahkan aku tidak mendengar apa yang sedang Gia katakan. "Ly, lo dengerin gue nggak, sih?!" tanyanya sambil menepuk pundakku. Aku sedikit berjingkat lalu menatapnya, "I ... iya. Sampai mana, Gi?" Gia menghela nafas panjang lalu menutup resleting tasnya, "Gue dari tadi nanya. Lo mau langsung pulang atau beli makan malam bareng gue. Tapi lo diem kayak orang budeg!" Senyum kaku tercipta di bibirku ketika menanggapi kekesalannya akibat otakku sudah terlanjur tenggelam dalam pesan singkat Lois. "Gue ... langsung pulang, Gi." "Yuk ke bawah bareng. Biar bisa pesen ojek sama-sama." Ting ... Lalu notifikasi pesan masuk ke dalam ponselku. [Lois : Langsung pulang kerja, kan?! Kalau iya, aku tunggu di tempat biasanya. Balas.] Apa? Pesan ojek bersama Gia? Masalahnya Lois menawarkan jemputan dan jika Gia melihat kami, alasan apa yan
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Berarti Aku Dikasih Izin, Ya?!

"Ly, mau kemana?! Tenangin dirimu!" Lois segera menahan tanganku ketika kakiku terus melangkah keluar dari kafe tempat kami bertemu Daniel. Daniel, si mata-mata yang Lois sewa untuk menyelidiki tabir siapa yang menjebakku dalam foto mesum itu, mengatakan satu hal yang membuat duniaku terguncang. "Tenang katamu?! Harusnya kamu mikir, Lois! Nggak ada ceritanya orang difitnah saudara sendiri lalu hidupnya bakal tenang!" pekikku sambil menunjuk wajahnya. Kuluapkan semua emosi yang menggulung hati dan pikiran hingga tak tahu malu padahal kami masih berada di halaman kafe. "Iya, aku tahu. Aku tahu gimana hancurnya kamu sekarang. Tapi nggak ada ceritanya membalas api dengan api lalu masalahmu selesai. Kamu harus tenang lalu atur strategi." "Aku nggak butuh ceramahmu, Lois!" Kusentak kasar tangannya yang mencekal lenganku namun Lois kembali mencekalnya dengan lebih kuat. "Oke, kamu nggak butuh ceramahku! Tapi seenggaknya kamu mikir satu aja. Apa setelah kamu bilang ke Papa Mamamu tenta
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Kenapa ... Kamu Minta Syarat Begitu?

Lois tersenyum lalu menggeleng. "Bukan apa-apa kok, Ly." Lois tersenyum lalu menilik jam tangannya. "Yuk, aku anter ke kosnya Nathasya." Ini masih terlalu sore dan Lois sudah menitipkanku di kos Nathasya. Padahal biasanya dia akan berangkat bekerja pukul tujuh malam. Aku yakin jika yang tadi sedang ditelfon Lois adalah mantan kekasihnya. Dia akan menjemput mantan kekasihnya itu setelah menurunkanku di kos Nathasya. Lalu mereka akan pergi bekerja bersama-sama. Indah dan manis sekali. Tidak seperti nasibku yang kini harus sendiri dan terjebak dalam pernikahan yang tidak kuharapkan bersama Lois. Sepanjang perjalanan menuju kos Nathasya, aku duduk di jok motor Lois sambil menjaga jarak. Tidak ada percakapan sama sekali diantara kami. Aku sibuk dengan pemikiranku sendiri tentang penjelasan Daniel tadi sore. Bahwa Vela adalah dalang utama dibalik hancurnya rencana pernikahanku dengan Ishak. Dan aku berani jamin jika Vela sebenarnya ingin memiliki Ishak namun dengan cara yang 'mura
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Apa Kamu Yakin Mau Tunangan Sama Pelakor?

"Karena ... " Lois tidak melanjutkan ucapannya dan hanya tersenyum. Namun kelingkingnya masih terulur dihadapanku. "Pilihannya ada dua, Ly. Aku bakal serahin flashdisk ini ke kamu lalu bantu kamu membuka segalanya ketika Vela sama Ishak bertunangan. Atau ... maaf, aku nggak bisa serahin flashdisk ini ke kamu dan nggak akan bantuin kamu lagi untuk membalas perbuatannya Vela." Keningku berkerut dalam sembari menatapnya. "Ini nggak adil, Lois!" "Aku cuma nagih janjimu aja. Bukannya kemarin kamu bilang nggak bakal balik ke Ishak setelah kenyataan foto mesum yang menjebak kamu terbongkar?" Aku hanya bisa menunjukkan ekspresi kesal karena pilihan yang Lois tawarkan. "Kalau aku nggak boleh balik ke Ishak, lalu apa efeknya buat kamu?!" Kedua mata Lois menatapku dalam lalu dia menurunkan kelingkingnya sambil menghela nafas. "Ya udah, aku buang aja flashdisknya." Tangan Lois segera menyambar flashdisk itu lalu berdiri. Namun aku segera berdiri dan mencekal pergelangan tangannya. Membua
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Beri Gue Minuman Yang Bikin Teler

"Pergi kamu, Kak!" Tetiba Vela mendorong tubuhku dari hadapan Ishak hingga hampir terjungkal. Lalu aku menatap Vela yang menutupi Ishak dari pandanganku. Kentara sekali jika adikku itu sangat melindungi mantan tunanganku yang sebentar lagi akan berpindah gelar menjadi tunangan adikku. Wajahnya terlihat marah karena merasa aku mengancam posisinya di hati Ishak. Senyumku terpampang menang dihadapan Vela. Sebagai bentuk perlawanan bahwa aku sama sekali tidak selemah yang ia bayangkan. Aku akan merubah posisi permainan dengan aku menjadi ratunya dan dia prajuritnya. "Kenapa marah-marah, Vel? Takut ya kalau kedokmu terbongkar?" "Aku nggak punya kedok! Aku juga bukan penipu seperti yang kamu katakan, Kak!" Ishak menarik Vela lalu memberi kode agar tidak berteriak saat berbicara denganku. Karena orang-orang yang berada di stand kosmetik itu mulai menatap kami dengan beragam sorot pandang. "Ly, tolong kamu pergi. Urusan kita udah selesai. Harapanku cuma satu, aku pengen bahagia setelah
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Kalau Ragu Mending Nggak Usah

"Beri aku minuman lagi!" ucapku setengah sadar pada bertender yang tengah meramu minuman. "Jangan mabuk-mabuk amat, Mbak. Ntar lo sendiri yang susah kalau mau pulang!" Kepalaku menggeleng tegas, "Ngerti apa lo, heh?! Laki-laki bau kencur aja sok-sok an!" "Mending Mbaknya bayar tagihan minuman ini lalu pulang. Mumpung belum teler beneran." "Lo berisik! Lo pikir gue nggak bisa bayar, heh?!" Emosiku tersulut karena apa yang menjadi keinginanku tidak dipenuhi oleh bartender sialan itu. Dan minuman keras ini benar-benar membuatku memiliki keberanian berkali lipat hingga berani menantang siapapun. Saat aku akan berdiri dari duduk untuk memberi pelajaran pada bertender itu, keseimbanganku oleng hingga aku terjatuh ke lantai klub malam. Beruntung ada yang membantuku untuk duduk kembali di kursi dan menyarankan pulang. "Gue masih mau disini, tolol!" Karena ulahku yang dianggap meresahkan, seorang satpam langsung menghampiriku untuk menyelesaikan tagihan pembayaran dan menyuruhku den
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Apa Kami Mengganggu

Ini semua gara-gara Lois membawaku singgah ke hotel karena semalam aku mabuk berat. Lalu paginya kami berdebat sedikit karena aku terbangun dengan dia juga tidur seranjang bersamaku. Lebih gila lagi dia tidak mengenakan baju. Apa dia sempat memelukku? Mengambil kesempatan dalam kesempitan? "Mana baju kotormu, Lois?" aku masih sempat bertanya hal demikian. Padahal waktunya sudah mepet dengan jam kerjaku. "Buruan naik motor, Ly. Ntar kamu keburu telat masuk kantor!" Aku yang hanya siap dengan pakaian kerja tanpa make up karena diburu waktu pun segera menaiki motor Lois untuk diantar ke kantor. Lagi-lagi, aku beruntung ketika kedua satpam yang berjaga adalah satpam yang sama saat aku datang terlambat untuk pertama kali beberapa minggu lalu. Tanpa basa basi, kedua satpam ini sedikit membungkuk hormat pada Lois lalu mempersilahkan aku masuk. Lois juga demikian, dia tidak banyak bicara dan setelah menerima helmku, dia langsung pergi dengan motornya. "Maaf, kalau aku lancang. Ken
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Tunggu Hadiah Dari Kami

Vela masih menatap kedatanganku dan Lois yang berdiri di ambang pintu rumah. Hingga pandangannya jatuh pada genggaman tanganku di pergelangan lengan tangan kanan Lois. Hampir saja aku akan menariknya lalu Lois meraih tangan kiriku agar terus melingkar di lengannya. Dia menggenggamnya sedikit erat dan memberi usapan lembut. "Ada apa kalian kemari?" "Silahturahmi lah, Vel. Gue juga pengen ketemu bapak ibu mertua gue," Lois menjawabnya dengan tenang. "Apa mereka ada?" imbuhnya. "Ada." "Boleh masuk?" Vela memundurkan sedikit badannya lalu aku dan Lois melangkah masuk ke dalam rumah yang memiliki banyak kenangan masa kecilku ini. Aku duduk di sofa empuk warna biru laut ini dengan wajah menunduk. "Ada perlu apa kalian kemari? Apa duit yang dikasih bokap udah habis?" Lois terkekeh lalu menghela nafas, "Dasar matre." Aku sedikit terkejut mendengar ucapan Lois untuk Vela. "Apa lo bilang, Lois? Gue matre?" Kepalanya mengangguk, "Masih mending Lilyah. Istri kesayangan gue ini ngga
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1
...
56789
...
28
DMCA.com Protection Status