Home / Rumah Tangga / PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU: Chapter 91 - Chapter 100

111 Chapters

Part 90

Part 50“Kenapa kamu biarkan Restu masuk ke sana, Isna?” protes rahayu begitu Hamam, anak laki-lakinya bercerita perihal Restu.“Kalau aku tidak menerima Restu, yang terjadi tadi aku bisa saja diperkosa, Bu. Makanya aku suruh masuk saja dan aku chat Hamam buat menyusul,”“Terus, kalau dia datang setiap hari kesana bagaiamana?” Rahayu terlihat cemas campur marah.“Aku akan pulang ke sini. Tempat itu akan aku kosongkan. Toh, Restu pasti tidak akan berani datang ke rumah ini.”“Ibu takut kalau dia membuat kamu jatuh cinta lagi. Ibu tidak sudi sekali punya menantu dia lagi.” Rahayu berbicara sambil memperlihatkan rasa bencinya terhadap Restu.“Ibu, jangan khawatir! Apakah anak gadismu ini pernah termakan oleh rayuan gombal lelaki? Tidak pernah ‘kan? Selama ini, aku selalu bisa menjaga diri. Ayo, lelaki mana yang menghancurkan perasaan aku?” tanya Isna sambil memeluk Rahayu dari belakang layaknya anak kecil. “Bahkan, sampai detik ini, aku masih perawan, ‘kan? Jadi, aku bisa menjaga diriku,
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more

Part 91

“Ya Allah, Isna, statusmu janda padahal kamu masih perawan. Ibu sepertinya tidak sanggup melihat seperti itu …,” sahut Rahayu.“Itu hanya status saja, Bu. Seseorang yang tulus, akan menerima Isna dengan segala masa lalunya.” Hasyim tidak ingin menjatuhkan mental Isna.“Kalau Ibu tidak kuat lihat Mbak Isna, Ibu ke luar negeri saja jadi TKW. Setelah itu pulang kalau Mbak Isna sudah mau nikah …,” celetuk Hamam sambil memasukkan pisang ke dalam mulut. “Makanya, gak usah acara perjodohan dan taaruf-taarufan! Mesti ada proses pacaran biar tahu pasangan yang akan dinikahi,” lanjutnya.“Tidak semua orang yang dinikahkan dengan proses taaruf berakhir seperti Isna. Banyak keluarga bahagia dari hasil menikah secara taaruf,” potong Hasyim.“Berarti Bapak dong yang salah pilih orang,” celetuk Hamam lagi.“Si Hamam bilang kayak gitu karena dia maunya pacaran. Tahu gak, Bu, siapa nama cewek yang disukai dia?” Isna berusaha mengalihkan topik pembicaraan.“Siapa?” tanya Rahayu penasaran.“Marwah!”“Am
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more

Part 92

Part 51“Mbok ya sudah sih, Marini, jangan berharap lagi sama Pak Lurah. Beliau sudah punya istri. Kasihan istrinya. Dinasehati Marwah supaya tidak lagi berharap. Dia ‘kan anak pondokan dan alim, masa tidak tahu kalau mengganggu suami orang itu dosa,” ucap seseibu tatkala mereka berkumpul mengelilingi tukang sayur.“Iya, Marini. Kamu ini apa tidak malu jadi gunjingan warga?” timpal yang lain.“Marwah cantik pasti banyak yang mau. Apa mau seperti ini terus? Ya kalau Pak Lurah cerai dari istrinya, kalau tidak, Marwah mau jadi perawan tua kah? Mengharapkan lelaki yang sama sekali tidak berniat serius,” sahut wanita lain dengan nada kesal.“Lagian, keluarga Pak Dahlan itu menolak mentah-mentah kok.”“Kalau Pak Lurah nya niat serius, pasti mau menikahi Marwah. Buktinya tidak, ‘kan? Jangan memaksakan diri lah, Marini ….”Berbagai macam kalimat memojokkan Marini terlontar, membuatnya merasa panas telinga. Pukul sembilan pagi adalah surganya wanita untuk berkumpul dan membeli lauk di tukang s
last updateLast Updated : 2023-01-13
Read more

Part 92

Part 51“Mbok ya sudah sih, Marini, jangan berharap lagi sama Pak Lurah. Beliau sudah punya istri. Kasihan istrinya. Dinasehati Marwah supaya tidak lagi berharap. Dia ‘kan anak pondokan dan alim, masa tidak tahu kalau mengganggu suami orang itu dosa,” ucap seseibu tatkala mereka berkumpul mengelilingi tukang sayur.“Iya, Marini. Kamu ini apa tidak malu jadi gunjingan warga?” timpal yang lain.“Marwah cantik pasti banyak yang mau. Apa mau seperti ini terus? Ya kalau Pak Lurah cerai dari istrinya, kalau tidak, Marwah mau jadi perawan tua kah? Mengharapkan lelaki yang sama sekali tidak berniat serius,” sahut wanita lain dengan nada kesal.“Lagian, keluarga Pak Dahlan itu menolak mentah-mentah kok.”“Kalau Pak Lurah nya niat serius, pasti mau menikahi Marwah. Buktinya tidak, ‘kan? Jangan memaksakan diri lah, Marini ….”Berbagai macam kalimat memojokkan Marini terlontar, membuatnya merasa panas telinga. Pukul sembilan pagi adalah surganya wanita untuk berkumpul dan membeli lauk di tukang s
last updateLast Updated : 2023-01-13
Read more

Part 93

Seperti disiram kotoran di hadapan umum, wajah Marini pucat pasi menahan malu. Bibirnya mengatup sempurna.“Ayo jawab Marini, kamu dekati Restu buat morotin uangnya atau buat ngemis uang anakku, hah?” Narsih mengatakan sebuah kalimat yang lebih kasar.Marwah berdiri tidak jauh dari mereka. Ia yang sedianya berniat mencari Marini yang lama tidak kembali ke rumah, malah mendengarkan hinaan dan makian dari Narsih. “Bu, maaf. Aku dikasih uang sama Mas Restu, itu semua masih, Bu. Masih ada dalam rekening. Aku tidak pernah menggunakannya. Dan aku tidak pernah mendekati Mas Restu karena aku tidak pernah ada di rumah,” katanya dengan suara bergetar. Sedih, marah, malu, bercampur menjadi satu.“Oh, bagus! Kalau begitu, kembalikan sekarang! Restu sedang butuh. Satu lagi, kamu bisa tidak, panggil anakku seperti mereka, Pak Lu rah. Jangan sok-sokan panggil mas segala. Kamu juga cantik, kenapa tidak menikah? Mau jadi perawan tua menunggu Restu cerai dari Isna? Atau menunggu anakku khilaf sehingga
last updateLast Updated : 2023-01-13
Read more

Part 94

Part 52Marwah bangun saat sore. Matanya sudah sembab. Ia mengharap malam segera datang. Ingin menemui Restu dan menyerahkan kartu ATM nya. Untuk menunggu waktu, ia mengisi dengan menata baju pada tas. Marini yang melihat hal itu terus menangis.“Bertahanlah, Isna! Mamak akan berusaha membuat Restu untuk menikah dengan kamu. Kita sudah kepalang basah. Malu karena hinaan orang. Jadi, apapun yang terjadi, kamu harus menikah dengannya. Agar mereka malu. Sekarang ini, rumah tangga Restu berada di ujung tanduk. Kesempatan yang sangat bagus buat kamu,” ucap Marini di sela isak tangisnya.“Mamak, berhentilah mempermalukan diri sendiri. Aku sudah ikhlas melepas Mas Restu. aku tidak akan pernah lagi berharap apapun darinya. Aku tidak kuat dengan hinaan dan cacian itu.”“Justru kamu harus menunjukkan pada orang-orang yang menghina kita.”“Aku tidak akan pernah berharap lagi menjadi istri dia. Mamak jika mau melakukan itu silakan saja. Tapi, aku tidak akan pulang lagi ke desa ini. Aku sudah tida
last updateLast Updated : 2023-01-13
Read more

Part 95

Restu sangat malu. Sepanjang ia berbicara, Hasyim selalu mematahkan ucapannya dengan kalimat-kelaimat menohok. Bak orang yang berlaga, saat ia menyerang, lawannya memiliki serangan balik yang membuatnya tidak bisa berkutik.“Apa itu berarti Isna akan meminta cerai dari saya?” tanya Restu dengan perasaan takut bahwa apa yang ia ucapkan benar akan terjadi.“Kira-kira?” tanya Hasyim balik. Ia sudah tidak meladeni Restu berbicara. “Pergilah! Kedatangan kamu sudah tidak diharapkan di rumah ini.” Hasyim bangkit dan berjalan masuk. Menutup pintu dan menguncinya.Restu yang masih duduk dan mendengar pintu dikunci merasa sangat terhina. Jangankan secangkir kopi, bahkan kehadirannya benar-benar sudah diharapkan. Perut yang berbunyi minta diisi, tubuh yang lelah, semakin membuatnya merasa pusing.Ia sangat lama tidak beranjak. Berharap Isna yang belum sempat ditanyakan dimana keberadaannya--akan segera datang dan memberi pertolongan.“Aku akan tetap di sini. Aku tidak mungkin dibunuh. Motor Isna
last updateLast Updated : 2023-01-13
Read more

Part 96

Part 53Marwah merasa berat untuk bangun dari duduknya. Saat malu, seseorang merasa enggan untuk bergerak. Niat baiknya untuk berbicara dengan Isna, hanya mendapatkan penolakan yang seolah-olah Isna tidak mengenal dan tidak ada urusan dengannya.“Sudah didaftar, Mbak?” Luthfi yang datang sambil membawa peralatan yang digunakan untuk menginfus Marini bertanya pada Marwah.“Sudah didaftar Mbak Isna tadi,” jawab Marwah sok kenal dengan Isna.“Oh, ya sudah, Mbak bisa pergi dari sini ….”“Ba-baik, terima kasih,” jawab Marwah lalu pergi.Ia berjalan ke ruang rawat inap Marini yang ada di ujung lorong.“Kamu kenal dengan pasien, Is? Atau anaknya pasien tadi?” tanya Luthfi pada Isna yang tengah menyeduh teh.“Enggak.”“Kok dia tahu nama kamu?” tanya Luthfi lagi.Isna hanya mengedikkan bahu. Malas membahas keluarga tidak tahu diri itu.Di ruangan yang hanya dihuni oleh Marini saja, tanpa ada pasien lain, Marwah duduk di bed tempat orang sakit yang ada di samping bed Marini.“Kamu sudah kabari
last updateLast Updated : 2023-01-15
Read more

PART 97

Isna menatap Marwah. Otaknya berusaha merangkai kata untuk membuat Marwah mengganggunya. “Dengar! Bagiku kamu bukan musuhku, juga bukan temanku. Aku tidak pernah punya urusan sama kamu. Paham? Tentang restu, ambillah, aku tidak akan pernah menghalangi.”“Mbak Isna, dengarlah dulu apa yang akan kusampaikan. Mbak, aku sudah ikhlas, demi Allah. Aku tenang, jika Mas Restu hidup dengan perempuan baik dan taat beragama seperti Mbak Isna. Aku akan mendoakan kalian agar bisa bersama sampai maut memisahkan.”“Dengar! Urusan pribadiku, urusan rumah tanggaku, tidak ada pengaruhnya apapun dengan apa yang kamu katakan. Aku dan hidupku, tidak ada kaitannya sama kamu. Kamu mau mendoakan, kamu mau ikhlas, kamu mau mengatakan apapun itu sama sekali tidak aku gubris. Kamu mau memusuhi aku atau tidak, bagiku tidak ada pengaruhnya. Jadi, jangan sia-siakan waktu kamu, ok?” Isna berkata sambil tersenyum kali ini.“Mbak, aku hanya mau menitip ATM Mas Restu. Di sini ada uang yang dikirimkan Mas Restu tiap bu
last updateLast Updated : 2023-01-15
Read more

PART 98

Part 54Puluhan pesan dari Restu tak pernah Isna balas. Ia telah mendaftar cerai ke pengadilan dan setelahnya meminta sang pengacara untuk mengurus semuanya. “Aku terima beres saja, Pak. Aku tidak mau menghadapi dia,” ucapnya saat bertemu dengan lawyer di depan kantor pengadilan.Hari-hari setelahnya, ia menunggu penuh kecemasan. Antara takut Restu akan berbuat hal yang nekad, juga rasa tidak sabar akan statusnya berubah.Selama itu pula, Isna berhasil menghindari Restu. Ia benar-benar sudah jarang ke polindes, kecuali ada hal yang harus benar-benar dilakukan di sana.Setelah menunggu dua minggu, sebuah kabar ia dapatkan. Bahwa sidang pertamanya akan digelar beberapa hari ke depan. Jantung Isna berdebar-debar. Menunggu kabar yang akan pengacara berikan di hari yang ditetapkan pengadilan untuk sidang dengan agenda mediasi.Siang itu, ia harus ke polindes karena harus mengambil sebuah buku data ibu hamil yang tertinggal.Isna menatap bingung pada benda-benda elektronik yang berada di te
last updateLast Updated : 2023-01-15
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status