Home / Pernikahan / Kejutan di Rumah Majikan / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Kejutan di Rumah Majikan: Chapter 101 - Chapter 110

127 Chapters

Penawaran

"Kenapa harus saya bu?" Tanya Hani sekali lagi."Entahlah Hani, aku tak mengerti. Sepertinya dia sangat menyukai nama kamu. Aku juga bingung, dia menyebut nama kamu dengan sangat fasih sekali, seperti telah mengenal kamu lama sekali. Dan kebetulan kamu mengalami masalah ini, jadi aku rasa aku harus menerima tawaran ini."Jantung Hani berdegup kencang, merasa apa yang dikatakan oleh ibu Victoria padanya membuat dia bingung. Siapa sebenarnya pengusaha kaya yang sedang menawarkan bantuan dalam kesulitannya saat ini. Mungkinkah ini adalah jebakan dari seseorang yang ingin menjatuhkan dirinya, ada maksud apa berani mengorbankan sesuatu yang bernilai ratusan juta, hanya untuk membuat sebuah penawaran pada dirinya. Tapi kenapa dengan nama Hani Septriani yang disebutkan olehnya. "Sudah jangan dipikirkan Hani. Intinya masalah pekerjaan kita selesai. Dan pesanan gaun dari pada ibu pejabat dapat diselesaikan tepat waktu. Soal penawaran yang dibuat oleh pengusaha itu, kamu tenanglah, ada aku yan
Read more

Dijemput

Hani menggelengkan kepalanya dengan cepat."Bukan begitu, hanya saja--,"Hani menggantung perkataannya.Sepertinya ini terlalu mendadak, apa dia harus mempercayai orang asing secepat ini. Semua yang terjadi seolah sudah direncanakan, membuat hati Hani semakin curiga."Tenanglah mbak Hani, perusahaan kami bisa dipercaya," ujar Hans seakan dia tahu perasaan hati Hani saat ini.Mungkin dia khawatir tuannya akan membohongi mereka.Hani menatap wajah ibu Victoria. Dia ingin memastikan sekali lagi. Ibu Vuctoria mengangguk pelan, tanda dia menyetujui Hani menandatangani dokumen tawaran kerja sama itu."Kalau begitu terima kasih, mbak Hani. Senang bisa mengajak anda bergabung bersama bisnis perusahan kami."Hans lalu berdiri kemudian keluar dari ruangan Hani. Setelah menyalami Hani dan ibu Victoria bergantian.Ibu Victoria tersenyum pada Hani. Dia mengerti khawatiran Hani saat ini. Jadi Hani masih perlu banyak belajar darinya. "Tenanglah Hani, aku sudah mencari tahu latar belakang perusahaan
Read more

Apa kabar Hani

Hans menatap bingung raut wajah Hani. Sedikit dia lengah, dan tiba-tiba Hani sudah berbalik dan berlari menuju ke arah lift."Mbak Hani."Panggilnya sambil mengejar Hani.Ini sudah sampai tepat di depan pintu, kenapa Hani berlalu pergi. Hans memutuskan mengejarnya."Mbak Hani mau ke mana?"Tanya Hans, sambil tergopoh mendapati Hani menunggu pintu lift terbuka.Hani enggan menjawab. Dia memilih untuk menunggu pintu lift yang tak kunjung terbuka. Hans mendekati Hani dan meminta Hani mendengarkan dirinya."Mbak Hani tolong dengarkan saya dahulu," bujuk Hans.Sepertinya Hans sudah sadar, jika terjadi sesuatu yang membuat Hani tak menyukai semua yang sudah diatur sedemikian rupa ini untuk dirinya."Mbak Hani," ucap Hans memelas.Hani menoleh ke arah Hans, dia menatap tajam ke arah Hans."Apa mbak Hani marah?"Tanya Hans pelan.Memastikan jika Hani tak harus pergi dari sana. Jika rencana pertemuan malam ini gagal, jabatannya sebagai asisten pribadi akan terancam."Menurut kamu, aku sedang ba
Read more

Butik di Singapura

Hani terpaku duduk di tempatnya. Memandang wajah pria tampan dengan tubuh tinggi dan atletis berdiri di hadapannya. Senyumannya yang tak mampu Hani hilangkan selama ini dari pikirannya. Namun apa daya dia sudah mengubur semua kenangan itu, jauh saat ibu Victoria mengajaknya ke Italia.Niko duduk di hadapan Hani. Matanya tak sedikit pun untuk berpaling ke tempat yang lain. Membuat Hani tak tahu harus berbuat apa. Terus menatap piring camilan yang berada di hadapannya."Apa kamu akan terus menatap piring itu sepanjang malam, Hani?"Niko bertanya seperti sedang menggoda Hani."Ya, i-tu a--ku bisa."Jawab Hani dengan gugup."Apa yang bisa kamu lakukan dengan tak menatap mataku, Hani?"Niko terus menggodanya.Hani ingin menjawab, namun seorang pelayan datang untuk menata makanan di piring mereka. Membuat Hani mengurungkan niatnya. Sebenarnya di dalam hatinya, Hani ingin sekali marah saat ini. Tapi harus bisa menahan diri. Banyak tanya di dalam hatinya saat ini. Kenapa dan bagaimana Niko
Read more

Pulang

Tangan Hani langsung menyambar anggur di hadapannya. Lalu menuangkan anggur itu ke dalam gelasnya. Melihat Niko menghubungi seseorang, apa lagi itu adalah seoarang wanita, membuat hati Hani tak menerima."Ada apa dengan kamu Hani? Apa kamu sedang cemburu?"Suara hati Hani seakan mengejeknya."Buat apa aku cemburu. Dia bukan siapa-siapa dalam hidupku juga kan?"Berulang kali Hani menepis perasaannya.Wajahnya kini memerah dengan anggur yang baru saja diminum olehnya."Hani, apa yang sudah kamu lakukan?"Pekik Niko saat menyelesaikan panggilan telponnya. Melihat Hani sudah menghabisakn beberapa teguk minuman anggurnya."Aku sudah bilang, minum secukupnya saja. Tapi kenapa kamu malah meminumnya terlalu banyak? Lihat kamu nanti akan mabuk."Niko kesal, apa lagi dia terlalu fokus dengan pembicaraannya tadi sehingga tak sampai memperhatikan Hani.Hani malah tersenyum, wajahnya sudah memerah akibat meminum anggur yang banyak."Kenapa kamu marah, aku baik-baik saja."Racau Hani, sepertinya dia
Read more

Keinginan Bram

Mata Hani membulat, melihat pria yang berada di hadapannya. "Mau apa kamu kemari? Bisa-bisanya kamu masuk tanpa ijin!"Seorang security berlari mengarah ke pintu utama dengan tergopoh."Maafkan kami nyonya, dia sudah membuat onar di depan pos jaga. Beberapa rekan saya terluka."Lapor seorang security itu pada Hani.Sepertinya Bram datang bersama beberapa orang preman. Semua penjaga keamanan dipukul habis-hanisnya oleh mereka. Hani menjadi murka, dia ingin benar-benar untuk melenyapkan pria penjahat ini jauh dari hidupnya."Berani sekali kamu!"Bentak Hani ingin menampar Bram.Namun tangan Bram tak kalah cepat dari tangan Hani. Dia segera menangkap tangan Hani."Sayang sekali Hani, aku datang kemari dengan niat baik. Aku tak ingin membuat keributan di sini. Suruh penjagamu untuk segera pergi dari sini!" Perintah Bram, agak menekan Hani."Pergilah Bram, atau aku akan menelpon polisi!"Ancam Hani, dia tak suka keberadaan Bram di rumahnya."Aku tak akan pergi, Hani. Sebelum kamu menyetuj
Read more

Kegaduhan di butik

"Maksud saya, dalam dunia bisnis itu semua sudah biasa bapak, ibu."Niko berusaha membela Hani."Tetap saja, anak bapak tak boleh meminum minuman beralkohol."Ceramah bapak, membuat Niko merasa bersalah."Maafkan saya bapak, saya janji, jika kedepannya kami membicarakan bisnis, tak akan ada lagi minuman beralkohol," ujar Niko meyakinkan kedua orang tua yang berada di hadapannya. Orang tua dari wanita yang sangat menghormati mereka. Jadi Niko juga haris melakukan hal yang sama.Yah dalam hatinya dia berjanji tak akan mengulangi kesalahan yang sama."Baiklah, bapak akan memaafkan. Tapi ini untuk pertama dan terakhir kalinya Hani," tegas bapak mengingatkan.Walau pun kehidupan mereka dalam kemiskinan, tapi etika dan sopan santun selalu bapak dan ibu ajarkan pada Hani sejak kecil. Membuat Hani mengangguk pelan, mengerti dengan peraturan yang bapak buat.Karena bapak selalu mengajarkan yang terbaik untuk putrinya. Dan sejak kecil Hani sudah tumbuh dengan sifat yang baik.Sarapan kali tera
Read more

Sedang bermimpi

"Niko, apa kabar?"Pekik ibu Nita.Hani mengernyitkan dahi, dan bertanya-tanya apakah tawaran kerja ini ada hubungannya dengan Ibu Victiria."Baik kak," jawab Niko."Aku tak menyangka bisa beertemu sama kamu di sini. Greta apa kabar?"Tanya ibu Victoria. Sepertinya ibu Victoria baru bertemu Niko saat ini. Tapi Hani tetap memperhatikan, bisa saja ini hanyalah sebuah rencana mereka."Entahlah kak, sudah hampir lima tahun aku tak pernah menemuinya. Sesekali saja aku bertanya kabarnya lewat mbok Rumi," jawab Niko.Deg, Hati Hani terhenyuh, apakah sejak kepergiannya dari rumah nyonya Greta, tuan Niko juga pergi dari rumah.Tapi kenapa, Hani bertanya-tanya di dalam hatinya."Ya, nanti baru kita membicarakannya. Kenapa kamu bisa berada di sini? Apa kamu sedang ingin memesan gaun untuk seseorang?"Tanya ibu Victoria, menduga-duga.Niko menggeleng sambil tertawa."Lalu?"Wajah ibu Victoria menatap heran pada Niko.Dia segera mengerti saat pandangan Niko memandang ke arah Hani."Apa kalian sa
Read more

Janji

Tiba-tiba hujan turun sangat deras. Seakan sedang mendukung perasaan hati Niko. Menambah kesan romantis seperti di film-film. Hani tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya."Benarkah kau juga merindukan aku?"Tanya Niko sekali lagi untuk memastikan apa yang baru saja didengar olehnya dari Hani."Tentu, ini adalah kenyataan bukan?"Tanya Hani dengan kepolosannya."Apa kau berharap ini adalah mimpi?"Niko mendengus kesal."Bukankah adegan seperti ini hanya ada di dalam sinetron azab indocerita?"Memangnya azab karena apa. Ini bukan azab, tapi berkah. Dalam hatinya Niko menggerutu, bahkan di saat serius seperti ini, Hani mengajaknya tertawa.Hani juga merasa heran sendiri, jika berada di dekat Niko, jiwa komedian padanya keluar secara alami.Bahkan membuat Niko yang mendengarnya pun akan tertawa.Berbeda jika dia sedang fokus pada pekerjaannya. Di samping itu dia akan lakukan yang terbaik.Hahahahaha Niko tertawa, membayangkan kembali kepolosan Hani saat pertama kali bertemu."Apa aku
Read more

Siapa

Hani hanya mengangguk, membuat Niko tersenyum lebar.Akhirnya penantian selama lima tahun berbuah manis. Wanita sederhana yang selalu ditunggu olehnya kini berada di sampingnya. Dalam hati Niko berjanji, tak akan pernah meninggalkan Hani.Seseorang mengetuk pintu, gegas Niko beranjak dari tempat duduknya. Pengurus vila datang membawa makanan buat keduanya."Makan malam sudah siap."Ucap Niko lalu menata makanan mereka di atas meja makan.Keduanya mengobrol seputar pekerjaan, dan juga masa yang dilalui oleh Hani selama lima tahun hingga dia menjadi sukses."Sungguh aku tak menyangka Hani, kamu bisa menjadi sukses dan terkenal seperti sekarang ini."Niko memuji Hani akan bakat terpendamnya.Setelah makan malam, Hani dipersilahkan masuk ke sebuah kamar oleh Niko."Beristirahatlah di dalam kamar ini, jika membutuhkan sesuatu kamu bisa mengetuk pintu kamarku, di sana," tunjuk Niko pada sebuah kamar yang berhadapan dengan kamar milik Hani."Baiklah," jawab Hani lalu menutup pintu kamarnya.
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status