"Maksud saya, dalam dunia bisnis itu semua sudah biasa bapak, ibu."Niko berusaha membela Hani."Tetap saja, anak bapak tak boleh meminum minuman beralkohol."Ceramah bapak, membuat Niko merasa bersalah."Maafkan saya bapak, saya janji, jika kedepannya kami membicarakan bisnis, tak akan ada lagi minuman beralkohol," ujar Niko meyakinkan kedua orang tua yang berada di hadapannya. Orang tua dari wanita yang sangat menghormati mereka. Jadi Niko juga haris melakukan hal yang sama.Yah dalam hatinya dia berjanji tak akan mengulangi kesalahan yang sama."Baiklah, bapak akan memaafkan. Tapi ini untuk pertama dan terakhir kalinya Hani," tegas bapak mengingatkan.Walau pun kehidupan mereka dalam kemiskinan, tapi etika dan sopan santun selalu bapak dan ibu ajarkan pada Hani sejak kecil. Membuat Hani mengangguk pelan, mengerti dengan peraturan yang bapak buat.Karena bapak selalu mengajarkan yang terbaik untuk putrinya. Dan sejak kecil Hani sudah tumbuh dengan sifat yang baik.Sarapan kali tera
"Niko, apa kabar?"Pekik ibu Nita.Hani mengernyitkan dahi, dan bertanya-tanya apakah tawaran kerja ini ada hubungannya dengan Ibu Victiria."Baik kak," jawab Niko."Aku tak menyangka bisa beertemu sama kamu di sini. Greta apa kabar?"Tanya ibu Victoria. Sepertinya ibu Victoria baru bertemu Niko saat ini. Tapi Hani tetap memperhatikan, bisa saja ini hanyalah sebuah rencana mereka."Entahlah kak, sudah hampir lima tahun aku tak pernah menemuinya. Sesekali saja aku bertanya kabarnya lewat mbok Rumi," jawab Niko.Deg, Hati Hani terhenyuh, apakah sejak kepergiannya dari rumah nyonya Greta, tuan Niko juga pergi dari rumah.Tapi kenapa, Hani bertanya-tanya di dalam hatinya."Ya, nanti baru kita membicarakannya. Kenapa kamu bisa berada di sini? Apa kamu sedang ingin memesan gaun untuk seseorang?"Tanya ibu Victoria, menduga-duga.Niko menggeleng sambil tertawa."Lalu?"Wajah ibu Victoria menatap heran pada Niko.Dia segera mengerti saat pandangan Niko memandang ke arah Hani."Apa kalian sa
Tiba-tiba hujan turun sangat deras. Seakan sedang mendukung perasaan hati Niko. Menambah kesan romantis seperti di film-film. Hani tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya."Benarkah kau juga merindukan aku?"Tanya Niko sekali lagi untuk memastikan apa yang baru saja didengar olehnya dari Hani."Tentu, ini adalah kenyataan bukan?"Tanya Hani dengan kepolosannya."Apa kau berharap ini adalah mimpi?"Niko mendengus kesal."Bukankah adegan seperti ini hanya ada di dalam sinetron azab indocerita?"Memangnya azab karena apa. Ini bukan azab, tapi berkah. Dalam hatinya Niko menggerutu, bahkan di saat serius seperti ini, Hani mengajaknya tertawa.Hani juga merasa heran sendiri, jika berada di dekat Niko, jiwa komedian padanya keluar secara alami.Bahkan membuat Niko yang mendengarnya pun akan tertawa.Berbeda jika dia sedang fokus pada pekerjaannya. Di samping itu dia akan lakukan yang terbaik.Hahahahaha Niko tertawa, membayangkan kembali kepolosan Hani saat pertama kali bertemu."Apa aku
Hani hanya mengangguk, membuat Niko tersenyum lebar.Akhirnya penantian selama lima tahun berbuah manis. Wanita sederhana yang selalu ditunggu olehnya kini berada di sampingnya. Dalam hati Niko berjanji, tak akan pernah meninggalkan Hani.Seseorang mengetuk pintu, gegas Niko beranjak dari tempat duduknya. Pengurus vila datang membawa makanan buat keduanya."Makan malam sudah siap."Ucap Niko lalu menata makanan mereka di atas meja makan.Keduanya mengobrol seputar pekerjaan, dan juga masa yang dilalui oleh Hani selama lima tahun hingga dia menjadi sukses."Sungguh aku tak menyangka Hani, kamu bisa menjadi sukses dan terkenal seperti sekarang ini."Niko memuji Hani akan bakat terpendamnya.Setelah makan malam, Hani dipersilahkan masuk ke sebuah kamar oleh Niko."Beristirahatlah di dalam kamar ini, jika membutuhkan sesuatu kamu bisa mengetuk pintu kamarku, di sana," tunjuk Niko pada sebuah kamar yang berhadapan dengan kamar milik Hani."Baiklah," jawab Hani lalu menutup pintu kamarnya.
Apakah Bram akan kembali membuat keributan di rumah ini. Tidak, jangan sampai bapak dan ibu melihat dan mendengar keributan yang akan dilakukan oleh Bram.Hani segera bergegas menuruni anak tangga.Saat tiba di ruang tamu, senyuman dari Niko menyambutnya."Niko, ada apa datang kemari?"Hani merasa heran, kedatangan Niko tanpa pemberitahuan dahulu. Biasanya jika dia ingin berkunjung, Niko.akan mengabatinya lewat pesan singkat."Bersiaplah Hani, perjalanan ke Singapura dipercepat besok pagi, pukul 07.00 tepat. Aku meminta kamu segera bersiap."Ucap Niko yang berhasil membuat hati bapak dan ibu dirundung kesedihan.Yang ternyata sejak tadi sudah berdiri di belakang Hani."Baiklah, tapi kenapa kamu tak menghubungi lewat telpon saja?"Pertanyaan Hani berhasil membuat wajah Niko berubah. Yang dia sendiri juga tak tahu jawabannya."Kalau begitu aku pulang dulu. Aku yang akan datang menjemput kamu besok pagi di sini."Ucap Niko sambil berpamitan pulang pada bapak dan ibu."Bapak, ibu saya p
Tok tok tokBunyi pintu kamar Hani sejak tadi diketuk dari luar. Hani terbangun dan melihat jarum jam di atas nakas, sudah pukul 17.00 waktu setempat. Berarti hari ini dia telah melewati jam makan siangnya mungkin dia terlalu lelah. Sehingga dia tertidur. Hani turun dari atas ranjangnya, lalu membuka pintu kamarnya.Hans, dan seorang pelyan wanita berdiri di hadapannya."Selamat sore Hani. Kamu diundang untuk sebuah acara makan malam para pemegang bisnis Wijaya Grup. Mereka ingin memastikan jika butik yang akan kamu buka akan mampu menembus pasar dunia. Jadi persiapkan dirimu. Mulai sekarang aku yang akan menyiapkan segala keperluanmu, pelayan ini yang akan membantu kamu bersiap."Lalu Hans meminta Hani untuk mengenakan, gaun berwarna navy, yang dipegang oleh pelayan pada Hani."Acara makan malam? Sama siapa?"" Bersiaplah saja Hani, setelah kamu selesai, kamu akan tahu acara itu akan dilakukan dimana."Hani hanya menurut, terlebih dahulu dia mandi, kemudian duduk di depan meja riasn
"Siapa kamu?"Hani terperanjat bukan main, seseorang telah tidur bersama dirinya sepanjang malam. Segera dia meraba seluruh tubuhnya, gaun malamnya sudah berganti dengan setelan piyama. Hati Hani bedebar keras, siapa yang sudah mengganti pakaiannya, sementara dia sendiri tak mengingat jika dia masuk ke kamar lalu berganti pakaian. Hanya riasan wajahnya sepertinya tak dibersihkan.Hani memijit kepalanya yang mulai terasa sakit. Dan berusaha mencari sesuatu yang bisa digunakan olehnya. Matanya tertuju pada sebuah benda di atas lemari pakaiannya. Lalu Hani beringsut turun pelan dari atas ranjangnya.BukhhhhSatu pukulan telak menimpa seseorang yang sedang tertidur ditutupi oleh selimut di atas ranjangnya.AwwwwPekik keras suara seorang pria dari bawah selimut. Suara yang begitu sangat familiar di telinga Hani. Pria itu langsung terbangun dan berdiri. Pakaiannya masih kemeja yang dipakainya semalam. Lantas apa yang membuat dia tiba-tiba tidur di atas ranjang Hani."Niko?"Teriak Hani tak
Hani terdiam, mengingat beberapa saat yang lalu, ibu Victoria menghubunginya. Tepat saat Niko keluar dari ruangannya. Memilih bekerja di tempat yang lain katanya. Dan Hani tak mampu berkata apa-apa saat ini."Halo, Hani kamu tahu aku hanya akan memberitahukan kamu sebuah informasi yang sangat penting. Aku kira kamu harus mengetahui hal ini. Maafkan aku, sebab aku kurang begitu mencari informasi, sehingga kemarin sore saat aku tak sengaja bertemu teman lama. Kami memutuskan duduk untuk bercerita tentang kabar teman-teman kami yang lain."Hani mengernyitkan dahinya, apa hubungannya dirinya dengan cerita teman-teman ibu Victoria. Hani memilih tetap mendengarkan, meski dia masih bingung. Kemana arah pembicaraan ibu Victoria padanya."Tanpa sengaja temanku bercerita tentang sahabatku yang sudah lama tak pernah terdengar lagi kabarnya. Aku pikir telah kehilangan kontaknya, dan masih belum memiliki kesempatan untuk mencari tahu nomornya yang baru. Selama ini kita terlalu sibuk."Sambung ibu