Hani terdiam, mengingat beberapa saat yang lalu, ibu Victoria menghubunginya. Tepat saat Niko keluar dari ruangannya. Memilih bekerja di tempat yang lain katanya. Dan Hani tak mampu berkata apa-apa saat ini."Halo, Hani kamu tahu aku hanya akan memberitahukan kamu sebuah informasi yang sangat penting. Aku kira kamu harus mengetahui hal ini. Maafkan aku, sebab aku kurang begitu mencari informasi, sehingga kemarin sore saat aku tak sengaja bertemu teman lama. Kami memutuskan duduk untuk bercerita tentang kabar teman-teman kami yang lain."Hani mengernyitkan dahinya, apa hubungannya dirinya dengan cerita teman-teman ibu Victoria. Hani memilih tetap mendengarkan, meski dia masih bingung. Kemana arah pembicaraan ibu Victoria padanya."Tanpa sengaja temanku bercerita tentang sahabatku yang sudah lama tak pernah terdengar lagi kabarnya. Aku pikir telah kehilangan kontaknya, dan masih belum memiliki kesempatan untuk mencari tahu nomornya yang baru. Selama ini kita terlalu sibuk."Sambung ibu
Hani mengernyitkan dahi, tanda tak mengerti.Niko menundukan kepala, lalu mengusap kasar wajahnya. Hani menatap wajahnya dalam-dalam. Menunggu apa yang akan dijelaskan oleh Niko."Selama lima tahun aku mencari keberadaan kamu, Hani. Setiap malam aku merasa kacau. Dan semua malam yang aku lalui adalah malam penyesalanku."Ungkap Niko, yang kini wajahnya berubah sendu.Tangannya mulai menggenggam tangan Hani. Seakan sedang mengumpulkan sebuah kekuatan untuk bisa lebih kuat lagi. Tangan Hani yang satu lagi, mengusap pelan punggung tangan Niko. Kini mata Hani melihat sisi lain dari seorang Niko Wijaya. Sebuah kelemahan yang membutuhkan kekuatan dari perasaan cinta."Berulang kali aku menyesali, aku mengira setiap malam yang aku lalui dengan secangkir kopi panas darimu adalah kesempatanku yang aku abaikan. Mengapa tak aku sampaikan saja perasaanku, yang nyatanya pada saat itu terlalu banyak kesempatan bagiku. Tapi sayang, aku terlalu takut. Takut jika aku menyatakan perasaanku, kamu akan m
Pencapaian Hani yang sungguh di luar dugaan. Niko meminta Hani bekerja selama tiga bulan lagi. Agar butik yang dikelola olehnya semakin lebih baik lagi. Sementara permintaan para pelanggan semakin banyak.Sehingga Niko dan Hani mau tak mau harus merekrut karyawan baru."Sungguh kamu luar biasa Hani, aku tak menyangka pencapaian kamu dan keuntungannya sudah melebihi target."Niko menggelengkan kepalanya. Tak menyangka jika Hani memiliki kelebihan seperti ini. Andai saja dia bisa menyadarinya sejak awal. Mungkin keduanya tak terpisah jauh.Hani hanya tersenyum mendengar pujian dari Niko. Ada rasa bahagia tersendiri di dalam hati.Seorang karyawan mengetuk pintu, mengagetkan keduanya, dan Hani langsung memintanya masuk. Sebab pintu ruangan Hani terbuat dari kaca, jadi siapa pun yang akan masuk Hani bisa langsung melihatnya "Nyonya Hani, ada seorang yang ingin bertemu. Dia ingin meminta anda membuatkan sebuah gaun untuknya. Jika anda tak keberatan, dia ingin langsung bertemu.""Baiklah
"JAUHI NIKO, ATAU KAMU AKAN MENYESALINYA!"Teriak Ayunda penuh emosi. Hani menjadi bingung tak tahu harus menjawab apa.Kenapa dengan Ayunda, dia begitu emosi saat meneriaki Hani.Mendapati Hani tak menjawab keinginannya, Ayunda mendorong keras tubuh Hani hingga jatuh ke belakang.Kemudian Ayunda membungkukkan tubuhnya sambil berbisik, "Aku tak akan pernah membiarkan satu orang pun untuk bisa mendekati Niko. Lihatlah apa yang akan aku lakukan jika kau berani melawanku!"Perkataan Ayunda membuat Hani bergidik ngeri, suaranya penuh penekanan. Entah apa yang sedang terjadi antara Ayunda dan Niko. Kenapa dia juga ikut terseret dalam masalah mereka. Jika tentang Ayunda adalah soal pekerjaan, harusnya Niko memberitahukan yang sebenarnya. Lihatlah kini Ayunda begitu beringas, seakan sedang ingin menelan manusia saat dia sedang emosi.Tiba-tiba mobil Hans masuk ke pelataran parkir butik. Melihat Hani yang masih terduduk di bawah tanah, lalu menatap dingin pada Ayunda, saat wanita itu masuk ke
Niko tertunduk, dia tak bisa melakukan apa pun. Kini Hani menghilang entah kemana. Butik sudah tutup pukul 19.00 tadi. Lalu kemana dia pergiBahkan ponselnya pun sama sekali tak diangkat olehnya."Ayolah tuan, sekarang masuklah ke kamarmu. Dan beristirahatlah." Ajak Hans pada Niko lalu memapahnya menuju ke kamar.Niko menuruti keinginan Hans. Sekuat tenaga dia berusaha untuk tetap kuat. Hans meminta Niko untuk masuk ke kamar mandi. Sebab penampilan tuannya sungguh sangat kacau. Sejak kemarin dia kehilangan fokus, sehingga tak memperhatikan, saat Hani pulang bekerja dan pergi pagi tadi.Menurut seorang pelayan, semalam Hani pulang, dan melewatkan makan malamnya. Kemudian pergi pagi-pagi sekali dengan membawa kopernya. Hari ini Niko dan Hans sangat disibukkan dengan sebuah urusan penting, hingga tak sempat untuk sekedar melihat Hani ke butik. Memastikan Hani baik-baik saja.Berulang kali Niko menghubungi ponsel Hani tapi tak kunjung diangkat. Apa Hani sedang marah kepadanya atau Hani
Ayunda wanita yang sangat cantik. Dia juga seorang model yang cukup terkenal. Pertemuannya dengan Niko saat acara peresmian perusahaan baru ayahnya yang bekerja sama dengan perusahaan Niko. Keduanya lalu bertukar nomor. Dan Niko berpikir itu hanya sebatas urusan bisnis saja.Saat Ayunda menghubungi Niko, dan memintanya bertemu Niko, pikir Ayunda sudah menjadi bagian dari perusahaan ayahnya. Yang mau belajar tentang bisnis dan berbagi ilmu, itu saja.Semakin hari kedekatan Ayunda dengannya semakin membuat risih. Niko yang saat itu pikirannya sedang terbagi, antara pekerjaan dan mencari keberadaan Hani. Sikap cuek dan dingin dari Niko malah membuat Ayunda tertantang.Setiap hari Ayunda selalu memiliki alasan agar bisa bertemu Niko. Meminta Niko melakukan ini dan itu untuknya. Niko tak ingin kehidupannya terganggu oleh Ayunda berulang kali menolak Ayunda. Penolakan Niko membuat Ayunda tak pernah patah semangat."Semua pria bertekuk lutut, untuk bisa tiba di atas ranjang bersamaku. Kini
"Hentikan!"Niko berteriak emosi.Melihat Ayunda begitu lihai membujuk Hani agar mau mengikuti keinginannya.Niko mendekati mereka, lalu memegang pergelangan tangan Hani. Kemudian mengajak Hani pergi dari sana."Niko!"Teriak Ayunda. Niko enggan untuk sekedar berbalik untuk melihatnya. Langkahnya semakin panjang, mengajak Hani pergi dari sana lalu masuk ke dalam mobil.Lalu memerintahkan Hans untuk melajukan mobilnya. Niko meminta Hans untuk membawa mereka kembali ke hotel.***"Hani, kamu kemana saja, sejak semalam kamu pergi dan tak memberi kabar. Apa kamu tahu aku sangat mencemaskan kamu?"Tanya Niko, yang sudah duduk berdampingan dengan Hani di sofa ruangan tengah.Hani menatap manik mata elang Niko dalam.Niko mengambil tangan Hani dan menggenggamnya. Sungguh dia sangat khawatir, karena Niko sangat tahu sifat Ayunda yang sangat ekstrim. Dia bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan keinginanya. Bahkan kalau bisa dia mengingankan mencelakakan seseorang pasti akan dia lakukan.Hani
Hani mengajak Niko naik ke panggung. Niko sangat tak menginginkan situasi seperti ini. Sementara Ayunda tersenyum penuh kemenangan. Karena bujukkannya pada Hani berhasil.Hani berniat mendekati Ayunda, agar tak ada jarak di antara mereka. Tiba-tiba Hans mengikuti langkah Niko. Lalu berbisik pada Niko, membuat Niko bernapas lega. Hans pun menganggukkan kepala ke arah Hani."Terima kasih Hani, kamu sudah mewujudkan keinginanku malam ini," ucap Ayunda tersenyum."Siapa bilang aku mengijinkan kamu untuk bertunangan dengan Niko?"Pertanyaan Hani sontak membuat Ayunda terperangah kaget.Seorang pria berbadan kurus dan tinggi berpakaian jas berwarna hitam masuk ke dalam ruangan. Hani tersenyum ke arah pria itu."Harusnya aku yang akan memberikan kejutan untuk kamu Ayunda."Ucap Hani tenang, melihat wajah Ayunda memerah menahan amarah saat pria itu sudah berdiri di sampingnya."Ayunda, aku bawakan kejutan untuk kamu."Pria berjas hitam itu menyerahkan sebuah amplop pada Ayunda.Segera Ayund