Hani hanya mengangguk, membuat Niko tersenyum lebar.Akhirnya penantian selama lima tahun berbuah manis. Wanita sederhana yang selalu ditunggu olehnya kini berada di sampingnya. Dalam hati Niko berjanji, tak akan pernah meninggalkan Hani.Seseorang mengetuk pintu, gegas Niko beranjak dari tempat duduknya. Pengurus vila datang membawa makanan buat keduanya."Makan malam sudah siap."Ucap Niko lalu menata makanan mereka di atas meja makan.Keduanya mengobrol seputar pekerjaan, dan juga masa yang dilalui oleh Hani selama lima tahun hingga dia menjadi sukses."Sungguh aku tak menyangka Hani, kamu bisa menjadi sukses dan terkenal seperti sekarang ini."Niko memuji Hani akan bakat terpendamnya.Setelah makan malam, Hani dipersilahkan masuk ke sebuah kamar oleh Niko."Beristirahatlah di dalam kamar ini, jika membutuhkan sesuatu kamu bisa mengetuk pintu kamarku, di sana," tunjuk Niko pada sebuah kamar yang berhadapan dengan kamar milik Hani."Baiklah," jawab Hani lalu menutup pintu kamarnya.
Apakah Bram akan kembali membuat keributan di rumah ini. Tidak, jangan sampai bapak dan ibu melihat dan mendengar keributan yang akan dilakukan oleh Bram.Hani segera bergegas menuruni anak tangga.Saat tiba di ruang tamu, senyuman dari Niko menyambutnya."Niko, ada apa datang kemari?"Hani merasa heran, kedatangan Niko tanpa pemberitahuan dahulu. Biasanya jika dia ingin berkunjung, Niko.akan mengabatinya lewat pesan singkat."Bersiaplah Hani, perjalanan ke Singapura dipercepat besok pagi, pukul 07.00 tepat. Aku meminta kamu segera bersiap."Ucap Niko yang berhasil membuat hati bapak dan ibu dirundung kesedihan.Yang ternyata sejak tadi sudah berdiri di belakang Hani."Baiklah, tapi kenapa kamu tak menghubungi lewat telpon saja?"Pertanyaan Hani berhasil membuat wajah Niko berubah. Yang dia sendiri juga tak tahu jawabannya."Kalau begitu aku pulang dulu. Aku yang akan datang menjemput kamu besok pagi di sini."Ucap Niko sambil berpamitan pulang pada bapak dan ibu."Bapak, ibu saya p
Tok tok tokBunyi pintu kamar Hani sejak tadi diketuk dari luar. Hani terbangun dan melihat jarum jam di atas nakas, sudah pukul 17.00 waktu setempat. Berarti hari ini dia telah melewati jam makan siangnya mungkin dia terlalu lelah. Sehingga dia tertidur. Hani turun dari atas ranjangnya, lalu membuka pintu kamarnya.Hans, dan seorang pelyan wanita berdiri di hadapannya."Selamat sore Hani. Kamu diundang untuk sebuah acara makan malam para pemegang bisnis Wijaya Grup. Mereka ingin memastikan jika butik yang akan kamu buka akan mampu menembus pasar dunia. Jadi persiapkan dirimu. Mulai sekarang aku yang akan menyiapkan segala keperluanmu, pelayan ini yang akan membantu kamu bersiap."Lalu Hans meminta Hani untuk mengenakan, gaun berwarna navy, yang dipegang oleh pelayan pada Hani."Acara makan malam? Sama siapa?"" Bersiaplah saja Hani, setelah kamu selesai, kamu akan tahu acara itu akan dilakukan dimana."Hani hanya menurut, terlebih dahulu dia mandi, kemudian duduk di depan meja riasn
"Siapa kamu?"Hani terperanjat bukan main, seseorang telah tidur bersama dirinya sepanjang malam. Segera dia meraba seluruh tubuhnya, gaun malamnya sudah berganti dengan setelan piyama. Hati Hani bedebar keras, siapa yang sudah mengganti pakaiannya, sementara dia sendiri tak mengingat jika dia masuk ke kamar lalu berganti pakaian. Hanya riasan wajahnya sepertinya tak dibersihkan.Hani memijit kepalanya yang mulai terasa sakit. Dan berusaha mencari sesuatu yang bisa digunakan olehnya. Matanya tertuju pada sebuah benda di atas lemari pakaiannya. Lalu Hani beringsut turun pelan dari atas ranjangnya.BukhhhhSatu pukulan telak menimpa seseorang yang sedang tertidur ditutupi oleh selimut di atas ranjangnya.AwwwwPekik keras suara seorang pria dari bawah selimut. Suara yang begitu sangat familiar di telinga Hani. Pria itu langsung terbangun dan berdiri. Pakaiannya masih kemeja yang dipakainya semalam. Lantas apa yang membuat dia tiba-tiba tidur di atas ranjang Hani."Niko?"Teriak Hani tak
Hani terdiam, mengingat beberapa saat yang lalu, ibu Victoria menghubunginya. Tepat saat Niko keluar dari ruangannya. Memilih bekerja di tempat yang lain katanya. Dan Hani tak mampu berkata apa-apa saat ini."Halo, Hani kamu tahu aku hanya akan memberitahukan kamu sebuah informasi yang sangat penting. Aku kira kamu harus mengetahui hal ini. Maafkan aku, sebab aku kurang begitu mencari informasi, sehingga kemarin sore saat aku tak sengaja bertemu teman lama. Kami memutuskan duduk untuk bercerita tentang kabar teman-teman kami yang lain."Hani mengernyitkan dahinya, apa hubungannya dirinya dengan cerita teman-teman ibu Victoria. Hani memilih tetap mendengarkan, meski dia masih bingung. Kemana arah pembicaraan ibu Victoria padanya."Tanpa sengaja temanku bercerita tentang sahabatku yang sudah lama tak pernah terdengar lagi kabarnya. Aku pikir telah kehilangan kontaknya, dan masih belum memiliki kesempatan untuk mencari tahu nomornya yang baru. Selama ini kita terlalu sibuk."Sambung ibu
Hani mengernyitkan dahi, tanda tak mengerti.Niko menundukan kepala, lalu mengusap kasar wajahnya. Hani menatap wajahnya dalam-dalam. Menunggu apa yang akan dijelaskan oleh Niko."Selama lima tahun aku mencari keberadaan kamu, Hani. Setiap malam aku merasa kacau. Dan semua malam yang aku lalui adalah malam penyesalanku."Ungkap Niko, yang kini wajahnya berubah sendu.Tangannya mulai menggenggam tangan Hani. Seakan sedang mengumpulkan sebuah kekuatan untuk bisa lebih kuat lagi. Tangan Hani yang satu lagi, mengusap pelan punggung tangan Niko. Kini mata Hani melihat sisi lain dari seorang Niko Wijaya. Sebuah kelemahan yang membutuhkan kekuatan dari perasaan cinta."Berulang kali aku menyesali, aku mengira setiap malam yang aku lalui dengan secangkir kopi panas darimu adalah kesempatanku yang aku abaikan. Mengapa tak aku sampaikan saja perasaanku, yang nyatanya pada saat itu terlalu banyak kesempatan bagiku. Tapi sayang, aku terlalu takut. Takut jika aku menyatakan perasaanku, kamu akan m
Pencapaian Hani yang sungguh di luar dugaan. Niko meminta Hani bekerja selama tiga bulan lagi. Agar butik yang dikelola olehnya semakin lebih baik lagi. Sementara permintaan para pelanggan semakin banyak.Sehingga Niko dan Hani mau tak mau harus merekrut karyawan baru."Sungguh kamu luar biasa Hani, aku tak menyangka pencapaian kamu dan keuntungannya sudah melebihi target."Niko menggelengkan kepalanya. Tak menyangka jika Hani memiliki kelebihan seperti ini. Andai saja dia bisa menyadarinya sejak awal. Mungkin keduanya tak terpisah jauh.Hani hanya tersenyum mendengar pujian dari Niko. Ada rasa bahagia tersendiri di dalam hati.Seorang karyawan mengetuk pintu, mengagetkan keduanya, dan Hani langsung memintanya masuk. Sebab pintu ruangan Hani terbuat dari kaca, jadi siapa pun yang akan masuk Hani bisa langsung melihatnya "Nyonya Hani, ada seorang yang ingin bertemu. Dia ingin meminta anda membuatkan sebuah gaun untuknya. Jika anda tak keberatan, dia ingin langsung bertemu.""Baiklah
"JAUHI NIKO, ATAU KAMU AKAN MENYESALINYA!"Teriak Ayunda penuh emosi. Hani menjadi bingung tak tahu harus menjawab apa.Kenapa dengan Ayunda, dia begitu emosi saat meneriaki Hani.Mendapati Hani tak menjawab keinginannya, Ayunda mendorong keras tubuh Hani hingga jatuh ke belakang.Kemudian Ayunda membungkukkan tubuhnya sambil berbisik, "Aku tak akan pernah membiarkan satu orang pun untuk bisa mendekati Niko. Lihatlah apa yang akan aku lakukan jika kau berani melawanku!"Perkataan Ayunda membuat Hani bergidik ngeri, suaranya penuh penekanan. Entah apa yang sedang terjadi antara Ayunda dan Niko. Kenapa dia juga ikut terseret dalam masalah mereka. Jika tentang Ayunda adalah soal pekerjaan, harusnya Niko memberitahukan yang sebenarnya. Lihatlah kini Ayunda begitu beringas, seakan sedang ingin menelan manusia saat dia sedang emosi.Tiba-tiba mobil Hans masuk ke pelataran parkir butik. Melihat Hani yang masih terduduk di bawah tanah, lalu menatap dingin pada Ayunda, saat wanita itu masuk ke