Home / Urban / Di Balik Topeng si Pria Miskin / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Di Balik Topeng si Pria Miskin : Chapter 61 - Chapter 70

605 Chapters

Bab 61

"Bagaimana? Suka, nggak?" Nicholas bertanya kepada Karen tanpa memedulikan Yabin."Em." Karen mengangguk sambil tersipu malu.Wajah Yabin memucat, dia hanya berdiri di tempat tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Yabin baru sadar, ternyata Nicholas bukanlah seorang amatir, dia adalah seorang profesional.Dapat memainkan musik karya Franz Liszt adalah impian semua pianis dunia, terutama lagu Harmonies Du Soir yang terkenal dengan kesulitan dan kerumitannya.Tadi, Nicholas sudah mengingatkan Yabin. Kalau ditantang memainkan piano, takutnya Nicholas malah akan mencuri para penggemar Yabin. Namun, Yabin tidak memercayai ucapan Nicholas, tapi sekarang semua telah terbukti.Yabin hendak mengatakan sesuatu, tapi tenggorokannya terasa seperti dicekik. Dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun."Yang penting kamu suka. Aku sudah hampir satu tahun nggak main piano, jari-jariku agak kaku," kata Nicholas sambil tersenyum."Bro, kamu keren banget! Walaupun sudah setahun nggak main piano, kamu masih
Read more

Bab 62

Ketika melihat kedekatan Karen dan Nicholas, Felita kesal sampai mengepalkan tangannya dan menggertakkan gigi.Felita marah setiap mengingat Nicholas yang mengingkari janjinya beberapa hari lalu. Selama hidupnya, tidak ada orang yang berani bersikap seperti itu kepadanya. Namun, tidak disangka, berani-beraninya pria miskin seperti Nicholas membohonginya."Kak Colin, lihat mereka, nggak ada sopan santunnya. Yabin saja sampai diusir. Kita nggak bisa diam aja," kata Felita sambil menatap Colin."Tenang saja, aku akan memerintahkan orang untuk mengusir mereka. Memangnya siapa mereka? Ini bukan tempat sembarangan, orang seperti mereka tidak pantas berada di sini," jawab Colin.Felita mengangguk patuh. "Em, jangan biarkan mereka merusak acara ini."Colin segera memanggil para petugas keamanan. Dia merasa berkuasa karena acara hari ini disponsori oleh Mondial Jewelry.Satu bulan yang lalu, Colin mendapatkan informasi dari orang dalam. Katanya, hari ini ada seorang tamu spesial yang akan berse
Read more

Bab 63

"Eh, kok nggak adil? Yang lain juga nggak ada undangan," jawab Sandy yang terkejut."Itu urusan mereka. Sekarang, aku cuma minta undangan kalian. Ada, tidak? Kalau tidak ada, cepat pergi!" Edisa berteriak sambil menunjuk ke arah pintu. "Nggak ngaca, ya? Berani sekali datang ke tempat ini."Sikap Edisa sontak membuat Sandy tersinggung. Demi menghadiri acara ini, Sandy sengaja mengenakan jas. Walaupun bukan jas mewah, dia merasa tidak layak diperlakukan seperti ini."Apa hakmu mengusir kami?" tanya Sandy."Aku adalah penyelenggara acara ini, aku berhak mengusirmu! Cepat, pergi dari sini! Oh iya, kamu juga, siapa sih gadis ini? Sok cantik!" Edisa menyindir Karen.Karen yang biasanya bersikap lembut pun langsung memelototi Edisa."Apa lihat-lihat? Cih, gadis murahan! Sana, pergi!" Edisa menunjuk ke arah pintu."Tutup mulutmu!" Nicholas menatap Edisa dengan tatapan dingin. "Kamu undangan?""Memangnya kamu ada?" Edisa bertanya balik. "Jangan banyak omong kosong, memangnya siapa dirimu? Kongl
Read more

Bab 64

Nicholas tidak keberatan diusir seperti ini, tapi Edisa harus menanggung akibatnya."Nic, mereka kelewatan!" Sandy sangat kesal."Memang. Tidak apa-apa, aku akan membuat perhitungan dengannya. Dasar, sekelompok tikus busuk. Kita jangan bersikap seperti mereka," jawab Nicholas."Tikus busuk?" Edisa berteriak kepada Nicholas.Nicholas tidak menghiraukan Edisa. Dia pergi tanpa memalingkan wajah.Nicholas sudah sering menghadiri acara seperti ini, tapi ini adalah pertama kalinya ada penyelenggara yang mengusir tamu undangan."Nic, kita beneran pergi gitu saja?" Sandy menggertakkan giginya.Nicholas tidak menjawab Sandy, dia hanya tersenyum sambil berjalan menuju pintu utama.Ada begitu banyak pasang mata yang tertuju kepada mereka. Sebagian orang menertawai mereka, ada pula yang menghina dan mengejek mereka.Ini adalah Universitas Bahasa Asing Mano. Nicholas, Karen, dan Sandy bukanlah mahasiswa di kampus ini. Jadi, untuk apa dan bagaimana mereka bisa menghadiri acara kampus lain? Wajar saj
Read more

Bab 65

Nicholas tidak menghiraukan pertanyaan Edisa.Nicholas beranjak maju, lalu tersenyum dan berkata, "Bi, aku pergi dulu. Aku tidak diterima di tempat ini."Khaliza mengangkat kedua alisnya dan bertanya, "Di mana undangan yang aku berikan?""Ada, kok. Aku sudah bilang, aku ada undangan, tapi mereka tidak percaya dan langsung mengusirku," Nicholas menjelaskan sambil mengeluarkan selembar undangan berwarna emas.Begitu melihat undangan ini, kepala Edisa langsung berdengung dan hampir pingsan. Edisa yang mencetak dan mengantar semua undangannya, tapi Samantha memang meminta satu undangan berwarna emas yang ingin diantarkan secara pribadi. Hanya ada satu undangan emas, Edisa tidak mungkin salah.Bagaimana Nicholas bisa memiliki undangan ini? Berdasarkan kata Colin, pemuda ini adalah pria miskin yang berasal dari keluarga biasa. Untuk makan saja susah, mana mungkin dia mengenal Samantha?Kenapa Samantha memberikan undangan ini kepada seorang pria miskin?Dalam sekejap, semua pandangan pun tert
Read more

Bab 66

"Tidak perlu." Nicholas tersenyum sambil berjalan ke luar. "Aku tidak mau merepotkan kalian, aku akan pergi."Setika, wajah Edisa langsung membeku, wajahnya terlihat pucat dan ketakutan.Ucapan Nicholas jelas sedang menyindir Edisa. Kalau tahu seperti ini, Edisa tidak mungkin berani menyinggung Nicholas."Tuan Nicholas, masalah ini ...." Edisa berencana untuk memohon kepada Nicholas."Pergi!" Nicholas memelototi sambil memarahinya, "Memangnya aku apa? Bisa diusir dan disuruh-suruh sesukamu?"Tubuh Edisa bergetar, dia pun jatuh dan berlutut di lantai. Namun, hati Nicholas tidak luluh, dia menggandeng Karen dan pergi.Melihat reaksi Nicholas, Khaliza mengerutkan alisnya dan berkata, "Maaf, Keluarga Tansil sudah tidak bekerja sama dengan Mondial Jewelry."Begitu mendengar pernyataan Khaliza, Edisa langsung tersungkur di lantai. "Bu Khaliza, tolong berikan aku satu kesempatan lagi. Aku mohon, berikan aku satu kesempatan lagi. Aku berjanji, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.""A
Read more

Bab 67

"Baik!" Edisa bergegas menjawab Mario. Tak hanya Mario, Edisa pun sangat marah, dia merasa sangat bodoh, untuk apa mendengarkan bocah itu?Kemudian, Edisa mengangkat kepalanya dan menatap Colin yang pucat.Perasaan Colin terasa bercampur aduk, seluruh tubuhnya lemas sampai gemetaran. "Bibi ....""Plak!" Edisa mengangkat tangannya dan menatap Colin di depan umum.Meskipun ayahnya Colin adalah pemilik Mondial Jewelry, Edisa memiliki jabatan yang cukup tinggi. Bisa dibilang, Edisa adalah orang kedua setelah Mario. Ketika menampar Colin, Edisa tidak memiliki beban moral. Anak ini memang pantas dihajar."Semua gara-gara kebodohanmu!" Edisa menggertakkan giginya sambil meraung kecil. "Apa yang sebenarnya terjadi?""Aku ...." Colin berbicara terbata-bata, dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya."Kalau kamu tidak mau mengatakannya, aku akan pergi sekarang juga. Biar kamu saja yang membereskan kekacauan di sini. Jangan mencariku lagi!" Edisa melepaskan kartu tanda pengenal, lalu memberik
Read more

Bab 68

Nicholas menoleh sambil mengerutkan alis."Tuan Nicholas, semua salahku, tolong maafkan aku. Kita bisa membicarakan semuanya, aku mohon, ampuni aku!" Ekspresi Colin terlihat memelas.Raut wajah Nicholas terlihat dingin. Dia menatap Colin dan menjawab, "Mengampuni kalian?""Iya, aku yang buta, aku tidak pintar menilai orang dan terlalu bodoh. Aku mohon, ampuni aku!" Meskipun terpaksa, Colin tetap berusaha untuk menunjukkan senyuman tulus.Ketika melihat ke sekeliling, tiba-tiba Nicholas teringat kejadian pada hari itu. Nicholas juga berdiri di tempa ini saat Felita dan Colin mempermalukannya.Terkadang, takdir memang konyol. Dalam sekejap mata, mereka pun kembali ke tempat ini."Kalian pulang duluan." Nicholas memandang Karen dan Sandy, lalu melambaikan tangan.Karen hanya menundukkan kepala, dia tidak tahu harus berkata apa. Hingga saat ini, kepala Karen masih dipenuhi kebingungan. Dia hanya tahu bahwa Nicholas telah memainkan sebuah lagu yang sangat merdu. Selain itu, Karen sama sekal
Read more

Bab 69

"Harusnya kamu bersyukur Tuan Nicholas masih memandangmu! Jangan berlagak suci di sini!" Colin menarik rambut Felita dan menjambaknya. "Masih berani membangkang?"Nicholas tidak nyaman melihat Colin yang memperlakukan Felita secara kasar.Gadis yang dulu sangat dicintai dan dilindungi Nicholas, malah diperlakukan seperti sampah oleh orang lain. Seketika, perasaan Nicholas terasa campur aduk.Felita mengangkat kepalanya, tatapannya dipenuhi dengan ketakutan."Cukup." Nicholas melambaikan tangan sambil menggelengkan kepala."Tuan Nicholas, apakah kamu sudah memaafkanku?" Wajah Colin terlihat berseri-seri.Wajah Nicholas terlihat sangat masam, tapi tidak ada yang bisa menebak isi hatinya."Tuan Nicholas, kalau kamu masih tidak puas, aku ...." Colin bergegas membujuknya."Tidak perlu." Nicholas melambaikan tangan sambil memandang Felita. "Rapikan dirimu.""Tunggu Tuan Nicholas di Hotel Hilton," Colin memerintahkan Felita.Nicholas mengerutkan alis, ekspresinya terlihat muram. Dia hanya ing
Read more

Bab 70

Colin ketakutan sampai meringkuk. "Ayah, dengarkan aku, ini bukan salahku! Nicholas yang selalu mencari masalah, dia bahkan mau merebut pacarku. Ayah, aku sudah mengalah dan memberikan Felita kepadanya.""Orang seperti apa yang telah kamu singgung?" Tangan dan tubuh Mario terlihat gemetaran."Ayah, dia bukan siapa-siapa, cuma pemuda miskin yang mengembalikan dompet yang jatuh dan diberi imbalan oleh pemiliknya. Aku curiga, jangan-jangan dompet itu adalah milik Keluarga Tansil, makanya Nicholas diundang ke sini. Kalau tidak, bagaimana mungkin Keluarga Tansil mengundang seorang pemuda miskin?" Colin menjelaskan secara cepat karena takut dihajar."Mengembalikan dompet yang jatuh?" Mario agak lega setelah mendengarnya. Setidaknya, Nicholas dan Keluarga Tansil tidak mempunyai hubungan yang terlalu erat.Pemuda itu hanya menemukan dompet Keluarga Tansil, bukan orang yang terlalu penting. Mungkin Keluarga Tansil hanya ingin balas budi. Keluarga Tansil hanya ingin menunjukkan kebaikan, anggap
Read more
PREV
1
...
56789
...
61
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status