Nicholas menoleh sambil mengerutkan alis."Tuan Nicholas, semua salahku, tolong maafkan aku. Kita bisa membicarakan semuanya, aku mohon, ampuni aku!" Ekspresi Colin terlihat memelas.Raut wajah Nicholas terlihat dingin. Dia menatap Colin dan menjawab, "Mengampuni kalian?""Iya, aku yang buta, aku tidak pintar menilai orang dan terlalu bodoh. Aku mohon, ampuni aku!" Meskipun terpaksa, Colin tetap berusaha untuk menunjukkan senyuman tulus.Ketika melihat ke sekeliling, tiba-tiba Nicholas teringat kejadian pada hari itu. Nicholas juga berdiri di tempa ini saat Felita dan Colin mempermalukannya.Terkadang, takdir memang konyol. Dalam sekejap mata, mereka pun kembali ke tempat ini."Kalian pulang duluan." Nicholas memandang Karen dan Sandy, lalu melambaikan tangan.Karen hanya menundukkan kepala, dia tidak tahu harus berkata apa. Hingga saat ini, kepala Karen masih dipenuhi kebingungan. Dia hanya tahu bahwa Nicholas telah memainkan sebuah lagu yang sangat merdu. Selain itu, Karen sama sekal
"Harusnya kamu bersyukur Tuan Nicholas masih memandangmu! Jangan berlagak suci di sini!" Colin menarik rambut Felita dan menjambaknya. "Masih berani membangkang?"Nicholas tidak nyaman melihat Colin yang memperlakukan Felita secara kasar.Gadis yang dulu sangat dicintai dan dilindungi Nicholas, malah diperlakukan seperti sampah oleh orang lain. Seketika, perasaan Nicholas terasa campur aduk.Felita mengangkat kepalanya, tatapannya dipenuhi dengan ketakutan."Cukup." Nicholas melambaikan tangan sambil menggelengkan kepala."Tuan Nicholas, apakah kamu sudah memaafkanku?" Wajah Colin terlihat berseri-seri.Wajah Nicholas terlihat sangat masam, tapi tidak ada yang bisa menebak isi hatinya."Tuan Nicholas, kalau kamu masih tidak puas, aku ...." Colin bergegas membujuknya."Tidak perlu." Nicholas melambaikan tangan sambil memandang Felita. "Rapikan dirimu.""Tunggu Tuan Nicholas di Hotel Hilton," Colin memerintahkan Felita.Nicholas mengerutkan alis, ekspresinya terlihat muram. Dia hanya ing
Colin ketakutan sampai meringkuk. "Ayah, dengarkan aku, ini bukan salahku! Nicholas yang selalu mencari masalah, dia bahkan mau merebut pacarku. Ayah, aku sudah mengalah dan memberikan Felita kepadanya.""Orang seperti apa yang telah kamu singgung?" Tangan dan tubuh Mario terlihat gemetaran."Ayah, dia bukan siapa-siapa, cuma pemuda miskin yang mengembalikan dompet yang jatuh dan diberi imbalan oleh pemiliknya. Aku curiga, jangan-jangan dompet itu adalah milik Keluarga Tansil, makanya Nicholas diundang ke sini. Kalau tidak, bagaimana mungkin Keluarga Tansil mengundang seorang pemuda miskin?" Colin menjelaskan secara cepat karena takut dihajar."Mengembalikan dompet yang jatuh?" Mario agak lega setelah mendengarnya. Setidaknya, Nicholas dan Keluarga Tansil tidak mempunyai hubungan yang terlalu erat.Pemuda itu hanya menemukan dompet Keluarga Tansil, bukan orang yang terlalu penting. Mungkin Keluarga Tansil hanya ingin balas budi. Keluarga Tansil hanya ingin menunjukkan kebaikan, anggap
Hotel Hilton ada hotel mewah yang terletak di dekat Universitas Bahasa Asing Mano.Banyak pasangan muda yang berkencan di Hotel Hilton, bukan hanya karena hotelnya yang murah, tapi juga pelayanannya yang bagus.Setibanya di hotel, Nicholas langsung masuk ke dalam lift dan naik ke atas.Ting tong ....Setelah pintu lift terbuka, Nicholas melihat kedua kamar yang berada di hadapannya. Kedua kamar ini adalah kamar VIP, hanya tamu khusus yang boleh memesan kamar ini.Nicholas berdiri dan melamun selama beberapa menit. Kemudian, dia maju dan membuka pintu kamar secara perlahan-lahan. Ternyata, pintu kamar tidak dikunci. Jadi, Nicholas langsung beranjak masuk.Sesampainya di dalam kamar yang gelap, Nicholas melihat Felita yang berdiri di tepi jendela dan membelakanginya. Felita hanya mengenakan sehelai handuk, bahu dan kakinya yang indah terpampang jelas. Rambut Felita masih basah, dia pasti baru selesai mandi.Saat mendengar suara, Felita sontak menoleh. Dia memandang Nicholas dengan tatapa
Nicholas berhenti, lalu menoleh ke belakang."Aku sudah menyadari kesalahanku, aku masih menyukaimu. Kamu juga masih menyukaiku, 'kan?" tanya Suzy dengan nada memelas. "Nic, kamu masih mencintaiku, 'kan? Emm, kamu belum pernah melihatku mandi. Apakah kamu mau melihatnya?"Tiba-tiba, Nicholas pun merasa jijik. "Felita, jangan sikapmu. Aku jijik melihatnya!""Nic, jangan pergi ...." Felita berusaha menahan Nicholas.Nicholas berjalan ke luar tanpa memedulikan Felita."Nicholas!" Felita berlutut sambil menangis tersedu-sedu. "Nic, aku tahu, kamu pasti dendam, tapi aku juga nggak punya pilihan lain. Aku memang matrealistis, aku menyukai kekayaan, apa ada yang salah? Di dunia ini, ada banyak orang yang seperti aku, apakah kami salah? Aku mohon, tolong bantu aku ...."Nicholas mengerutkan alisnya. Meskipun sudah memegang gagang pintu, dia tidak buru-buru pergi."Nic, Colin baru saja meneleponku, dia menyuruhku untuk menggodamu. Dia mau menggerebek kita yang sedang bermesraan. Kalau aku melak
Colin turun dari mobil, lalu memandang Nicholas dengan tatapan dingin.Nicholas memiringkan kepalanya sambil tersenyum licik."Nic, cepat sekali sudah turun?" Colin berpikir sejenak."Licik!" Nicholas tersenyum dingin. Tak berapa lama, ekspresi kembali terlihat cemberut. "Orang licik seperti dia tidak akan menang. Lihat saja!"Wajah Colin memucat. Melihat tatapan Nicholas yang menyeramkan, Colin pun berbalik dan masuk ke dalam hotel.Nicholas menggelengkan kepala dan kembali ke vila.Nicholas sadar, dia dan Colin adalah musuh bebuyutan. Walaupun tidak menyadari jebakan yang dipersiapkan Colin, untungnya Nicholas juga tidak terjebak.Begitu pintu lift terbuka, Colin langsung beranjak ke dalam kamar. Terlihat Felita yang tersungkur sambil menangis di lantai."Aku menyuruhmu menggodanya, tapi kamu malah melepaskannya?" Colin berteriak kepada Felita.Felita bergidik, dia langsung bangun dan berkata, "Aku ....""Tidak berguna!" Colin menendang Felita hingga terpental. Kemudian, dia menjamba
Gadis yang berada di dalam mobil tampak tertegun. Dia mengerutkan alis, lalu memalingkan wajahnya."Nona, Beliau adalah Tuan Mario, pemilik Mondial Jewelry," bisik Khaliza dari samping.Samantha meliriknya sambil menganggukkan kepala. Ketika menatap Colin, reaksi Samantha terlihat sangat tenang, tapi saat melirik Felita, Samantha tampak tidak begitu senang."Nona Samantha, maaf Anda harus menyaksikan semua ini." Mario tersenyum canggung.Samantha tidak menjawab Mario, tatapannya hanya tertuju kepada Felita.Raut wajah Felita terlihat canggung, dia dapat merasakan tatapan kebencian yang terpancar dari mata Samantha. Felita tidak mengenal Samantha, tapi melihat sikap Mario dan Colin, Samantha pasti memiliki identitas yang tidak biasa."Untung aku sudah mencari tahu semuanya. Tidak disangka, kamu memang gadis murahan!" Walaupun memaki, suara Samantha tetap terdengar merdu. "Kamu tidak pantas menjadi pacar Kak Nicholas ...."Felita kebingungan, dia tidak mengerti maksud Samantha."Bi, ayo,
Felita menggelengkan kepala. Dia merasa pikiran itu terlalu menakutkan!Nicholas hanya pria miskin yang payah, untuk makan saja susah, mana mungkin Samantha menyukai pria seperti itu?Ah, Samantha pasti adalah pemilik dompet itu .... Nicholas pasti sudah membohongi Samantha!Felita mengepalkan tinjunya, dia sangat membenci Nicholas. Saat ini, tidak ada kata yang bisa menggambarkan betapa marahnya Felita terhadap Nicholas.Ingin mendapatkan hati Nona Samantha? Jangan mimpi! Felita tidak akan tinggal diam.Kebencian tersirat jelas di mata Felita.Para pengunjung heran melihat kejadian yang terjadi di depan pintu Hotel Hilton. Meskipun bisa dilacak, orang-orang tetap tidak akan memahaminya. Kalau Nicholas berada di sini, dia pasti sudah duduk sambil memegang segelas anggur dan tersenyum sinis.Hari ini Nicholas merasa sangat terpukul, terutama setelah mendengar ucapan Felita. Tidak dipungkiri, Nicholas merasa sangat frustasi.Kalau kekesalan ini tidak segera dilampiaskan, takutnya Nichola
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,