Semua Bab PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN: Bab 91 - Bab 100

104 Bab

090 - Bukan Sekadar Petani Kampungan

Pada akhirnya, pedagang dari Palembang itu dapat juga bernegosiasi untuk membeli hasil panen seorang petani. Ini merupakan petani kedua yang bisa mereka ajak negosiasi setela seharian mencari.Dari jumlah tomat yang sudah dipanen, bisa diperkirakan semuanya mencapai 6-7 peti tomat. Tentu akan butuh waktu juga bagi petani itu untuk mengemas dan juga menimbang semuanya.“Mumpung masih belum gelap, kenapa tak kita lihat dulu lebih jauh ke dalam,” saran Yusuf.“Apa tak masalah ditinggal saja dulu?” tanya Pak Rizky berbisik.“Kenapa memangnya?” balas Yusuf bertanya.“Aku takut nanti petani itu malah melepasnya ke pedagang lain yang datang sepeninggal kita,” balas Pak Rizky menjelaskan kesangsiannya.“Kalau begitu, Pak Rizky bisa tinggalkan saja dulu uang muka untuk tanda jadi saja dulu,” saran Yusuf.Pedagang dari Palembang itu mengangguk pelan menerima usulan tersebut. Dia pun menghampiri si petani sembari menghitung-hitung lipatan uang kertas yang dia keluarkan dari sakunya.“Pak, kami m
Baca selengkapnya

091 - Syaiful Mulai Berulah

Di rumah, hanya tinggal anaknya Pak Salman yang membantu yang lainnya mengemas kentang Yusuf. Karena Bobby dan Dani sudah duluan berangkat sesaat setelah magrib, dan tak sempat bertemu Yusuf.Sekarang pekerjaan itu dilanjutkan oleh ibunya Yusuf bersama Aisyah. Bahkan Cindy pun ikut serta, meski aslinya lebih banyak bikin ulah. Kentang-kentang yang dia masukkan ke dalam karung malah meliuk ibarat ular yang kekenyangan.“Sudah, Cindy. Kamu ke dalam saja temani kakakmu jagain si Taufiq,” seru Yusuf sembari sibuk mengeluarkan kentang-kentang yang sudah dimasukkan Cindy.Tentu Cindy merasa tak enak, karena malah membuat mereka menjadi semakin sibuk. Namun begitu, dia sedikit merasa enggan juga kembali ke dalam rumah. Pada akhirnya, dia bertahan di sana, memancing Aisyah mengobrol di tengah kesibukannya.Aisyah yang paham dengan kondisi itu, akhirnya memilih berhenti untuk membantu dan mengajak Cindy ikut pergi.“Yuk, Kak! Kita ke dalam saja,” ajaknya.Setelah isya, mereka baru selesai meng
Baca selengkapnya

092 - Mana Harga Dirimu

Keributan di salah satu rumah warga itu mulai semakin tak terkendali. Untungnya, satu petani yang kebetulan sedang memegang cangkul itu cukup bisa ditahan oleh warga lain.Sementara itu, ribut-ribut yang dimunculkan oleh emak-emak yang berteriak histeris masih terus berlanjut, seiring beberapa orang mulai terlibat adu pukul.Sedikit warga yang sudah ada di sana tak begitu banyak yang bisa melerai. Karena sebagian besar mereka yang datang adalah mereka yang marah pada satu petani tersebut, yang hanya dibantu oleh dua orang anak remajanya.Yusuf pun datang menghampiri. Tanpa pandang bulu, dia malah ikut serta dalam keributan itu. Namun tak ikut berkelahi. Dia langsung membanting mereka satu persatu ke tanah tanpa melakukan satu pun pukulan.“Hey, siapa kau ikut-ikut campur dalam urusan ini?” teriak salah seorang warga yang baru saja dibanting Yusuf ke tanah.Namun Yusuf tak sempat menjawab, karena satu pukulan baru saja melayang ke kepalanya dari belakang. Satu anak remaja dari si petan
Baca selengkapnya

093 - Bukan Lagi Seorang Kacung

Yusuf tak bisa juga memungkiri kenyataan, kalau si petani itu tetap bersalah. Namun, karena merasa iba juga, Yusuf terpaksa sedikit berbohong untuk mendamaikan mereka semuanya, dengan mengalihkan persoalan itu semua pada Syaiful, si tauke yang dia yakini menjadi biang dari ini semua. “Sebelumnya maaf, Pak! Aku ingin kasih tahu dulu, mengenai masalah ini, tak hanya terjadi di sini saja,” sela Yusuf memancing perhatian mereka semua. Baru di situ, warga-warga itu tak lagi memojokkan satu petani bernama Rusli itu. Toh mereka memang mengharapkan sesuatu dari Yusuf, yang sebelumnya mengaku tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. “Apa yang ingin kau jelaskan?” sahut salah seorang dari mereka. Yusuf pun menghela nafas sedikit, sebelum memberikan penjelasan yang mungkin akan sedikit panjang pada mereka. “Sebenarnya ini semua adalah tipu muslihat dari sekelompok tauke yang ingin memonopoli hasil panen di daerah kita. Jadi Pak Rusli ini tak bisa disalahkan dan dianggap mencegah petani lainn
Baca selengkapnya

094 - Sepi Di Keramaian

Terdapat empat nagari di Kecamatan Lembah Gumanti yang luas, dengan setidaknya 39 Jorong (kampung) tersebar. Dari empat nagari tersebut, tiga diantaranya seperti mulai bulat menyatukan suara. Para petani ladang di tiga nagari yang kesemuanya merupakan pemasok utama di kecamatan Lembah Gumanti itu, bersepakat untuk tidak akan menjual barang mereka lagi pada beberapa tauke dari Padang. Satu nama yang sudah mereka black list adalah Syaiful, satu tauke yang sejatinya memang hampir tak pernah mencari barang ke sana. Karena selama ini dia sendiri selalu mengirim anak buahnya ke daerah lain. Mungkin karena alasan itu juga, Syaiful ini berani membuat ulah seperti itu di sana. Karena tak akan ada resiko yang akan datang padanya. Begitu juga dengan Mahzar, yang masih memonopoli pasokan dari kabupaten lain. Kehilangan kepercayaan para petani dari sejumlah jorong di Lembah Gumanti tak akan membuatnya kesulitan mendapatkan pasokan barang. Namun hal itu sekarang membuat situasi beberapa tauke l
Baca selengkapnya

095 - Lancang Kau

Gara-gara kejadian di beberapa hari belakangan, kembali Harmoko meminta Yusuf untuk duduk bersama dengan beberapa tauke lainnya. Ini sesuatu yang sama sekali tanpa sepengetahuan Yusuf. Namun tentu saja dia tak bisa menolak permintaan dari mertuanya tersebut. “Dani, kamu kembali saja dulu. Tak enak juga dengan Pak Salman kalau anaknya pulang kemalaman,” jelas Yusuf. Dani mengangguk dan kembali ke mobil di mana anak Pak Salman masih menunggu. Satu mobil itu pun kembali, sementara Yusuf terpaksa harus bertahan dulu ditemani Bobby. Kembali warung sate itu penuh, dan rata-rata yang duduk di sana adalah para juragan besar di Pasar Raya. Sebagian besar dari mereka menatap tak ramah dengan kedatangan Yusuf. Dan seperti biasa, Harmoko menawarkannya dan juga Bobby sate. Namun Mahzar langsung menyela. “Maaf, aku sibuk dan masih ada lebih banyak hal yang harus aku urus. Tolong, Pak Bos kalau memang ada hal penting yang ingin dibicarakan, langsung saja pada pointnya.” Harmoko pun menghelas na
Baca selengkapnya

096 - Mati Ang

Dalam perjalanan pulang, Yusuf masih belum lepas dari rasa kesalnya. Bobby sesekali melirik, dan mendapati Yusuf masih membuang muka ke sisi kiri. "Kau seharusnya sudah mengerti dari jauh hari, cepat atau lambat kita pasti akan berurusan dengan Mahzar. Jadi apapun yang mau kau lakukan, harusnya kamu lakukan dengan penuh perhitungan," ucap Bobby. "Ya aku tak mungkin dia saja, Bob!" sanggah Yusuf. "Aku tak menyalahkan tindakanmu. Tapi sebisanya, jangan sampai tindakanmu itu hanya karena dorongan emosi. Aku khawatir nanti kau malah membuat keputusan yang justru akan merugikan kita semua." Yusuf menghela nafas dan mengangguk pelan menerima saran temannya itu. Karena memang ada kebijakan dari kata-katanya tersebut. Dia pun mencoba menenangkan dirinya, khawatir jika sampai moodnya yang jelek itu bertahan sampai di rumah malah akan mendatangkan masalah lain. Memang sebagai laki-laki, tak seharunya dia membawa masalah yang dia temui di luar ke rumah. Namun sesaat menjelang mobil pick up
Baca selengkapnya

097 - Periksa Saja TKP-nya

Bobby memberanikan diri keluar dari persembunyian dan menyerang sisanya dengan membabi buta. Tiga orang begal itu semakin panik, karena satu temannya masih meirntih dengan luka di lengannya.Pada akhirnya mereka pun memilih kabur. Sementara sisa begal lainnya yang sudah dilumpuhkan Yusuf, masih terdengar merintih di beberapa tempat.Bobby terkesima dengan apa yang sudah diperbuat Yusuf, sementara sahabatnya itu masih berdiri seorang diri. Dia pun menghampirinya dari belakang.Namun belum beberapa langkah Bobby berjalan, Yusuf langsung nampak lunglai. Bobby bergegas menghampirinya dan memapah Yusuf seketika.“Suf! Kau baik-baik saja?”Namun Yusuf tak menjawab, hanya berusaha tetap bertahan dengan satu lutut tertekuk di tanah. Hanya suara nafasnya saja yang begitu berat terdengar.Bobby pun memeriksa kondisinya dengan senter, hingga dia menyadari obeng yang masih tertancap di perut Yusuf.“Andeh, Suuuuf!”“Bagaimana dengan mereka?” tanya Yusuf.“Mereka sudah kabur. Sebaiknya biarkan saj
Baca selengkapnya

098 - Rasa Bersalah

Polisi pun datang, namun tak seorang di sana kecuali beberapa mayat yang tergeletak di semak-semak. Satu petugas langsung melakukan panggilan dan meminta bantuan ke Polres Kota Padang.Tak hanya itu, dia juga melakukan panggilan pada satu rekannya yang masih berada di rumah sakit menjaga Yusuf dan Bobby.“Apa laki-laki itu masih bersamamu?”[Ya!]“Tahan dulu dia untuk sementara waktu. Kami menemukan mayat di sini. Orang-orang yang katanya sempat mereka lumpuhkan ternyata sudah mati.”Tanpa melakukan penyelidikan lebih jauh, tentu masih terlalu dini bagi mereka untuk menilai kalau Bobby dan Yusuf lah pembunuhnya. Namun tetap saja, mereka berdua saat ini menjadi satu-satunya tersangka. Karena Bobby sendiri telah mengaku bahwa mereka yang melumpuhkan preman-preman tersebut.Satu petugas polisi mencoba mengamati mayat-mayat tersebut secara seksama tanpa menyentuhnya. Dia mendapati tubuh-tubuh preman itu penuh luka, baik di bagian lengan maupun kaki..Namun satu luka yang jelas fatal yang
Baca selengkapnya

099 - Gelak Tawa

Harmoko yang menyadari kedatangan istrinya itu, langsung bergegas keluar. Dia berlalu sesaat melewati Rayna dengan tatapan tak senang.Tentu Rayna pun diliputi perasaan bersalah. Karena bagaimanapun, Rosdiana tetap ibu kandunganya. Dia pun kembali masuk menghampiri suaminya dengan perasaan campur aduk.Hingga tiba-tiba, si petugas polisi yang sedang berjaga di sana mengatakan sesuatu yang cukup penting untuk Rayna.“Aku pikir mungkin Ibu dan keluarga perlu mencari pengacara. Ini hanya saran saya secara pribadi saja untuk berjaga-jaga, siapa tahu masalah ini akan lebih rumit untuk suami Ibu nantinya.”Rayna hanya menoleh sesaat, dan memberikan satu anggukan tanpa mengatakan sepatah katapun. Dia masih tak senang dengan petugas tersebut karena telah memborgol suaminya.Meski begitu, sepertinya sekarang dia mulai sedikit bisa memahami kalau polisi tersebut sama sekali tak memiliki pandangan buruk terhadap Yusuf.Di koridor, Harmoko mencoba menyusul istrinya. Dia menahan bahu Rosdiana dari
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status