Semua Bab Menikahi Adik Musuh: Bab 41 - Bab 50

68 Bab

41. Menikah Lagi?

“Apa yang dia katakan hingga membuatmu begitu resah, Dan?” Pertanyaan Dewa menghentikan Dania yang hendak berbalik memunggunginya. Entah berapa puluh kali ia menghitung Dania yang berganti-ganti posisi di sampingnya. Ia mengabaikannya, mungkin karena pengaruh kehamilan sehingga perut wanita itu bermasalah dan mengganggu tidurnya. Namun, semakin lama gerak keresahan Dania mulai mengganggunya. Dan sungguh, ia merasa bersalah telah menegur Dania. Kepalanya sangat pusing karena pekerjaan kantor yang menumpuk, perutnya yang lapar sudah terisi dan badannya yang lengket sudah segar. Sekarang ia ingin memejamkan mata untuk beristirahat untuk menghadapi pekerjaan yang masih menggunung dengan otaknya yang jernih.“Apa ... apa aku mengganggumu?”Ya, batin Dewa dalam hati. Pemikiran tentang Raka yang mampu memengaruhi Dania hingga tak bisa tidur seperti ini, tentu saja mengganggu pikiran Dewa. “Apa yang kaupikirkan?”‘Apa kau akan menikahi Alra?’ Pertanyaan itu sudah diujung lidah, tapi kepala Da
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-24
Baca selengkapnya

42. Cemburu Buta

Senyum Dania mengembang ketika dinding kaca ruangan Dewa sudah terlihat. Ia mempercepat langkahnya tapi harus berhenti ketika melihat seseorang di ruangan Dewa. Seorang wanita dengan rambut bergelombang hitam, tengah berdiri didepan meja Dewa. Sepertinya mereka sedang terlibat pembicaraan yang serius. Dania memundurkan langkahnya, menyembunyikan diri dari jangkauan pandangan Dewa.Menunggu di kursi sepertinya hanya akan membuatnya canggung, Dania pun memilih berbalik dan berjalan kembali ke arah lift di sebelah utara. “Kenapa kau kembali, Dan?”Dania menghentikan langkahnya. Kepalanya menoleh dan melihat Raka bersandar di pinggiran pintu ruangan pria itu. Ya, jarak ruangan Dewa dan Raka memang hanya terpisah oleh ruang meeting di tengah, dan lift yang di terletak di sebelah utara. Dengan ruangan Dewa yang ada di sebelah selatan, tentu Raka bisa melihat kedatangannya yang melintasi ruangan pria itu saat menuju ruangan Dewa dan kembali hanya dalam hitungan detik.Dania memaksa satu sen
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-25
Baca selengkapnya

43. Mikha

Dewa menepuk pelan pipi Dania. Menunggu respon dengan panik. “Dan? Dania,” panggilnya dengan lembut.Bulu mata Dania bergerak, matanya perlahan membuka dengan pusing ringan di kepala menyambut kesadarannya. Dania meringis, menyentuh kepalanya dan menggumamkan erangan lirih.“Minumlah.” Dewa mengangkat sedikit kepala Dania dan menyodorkan secangkir teh hangat ke bibir Dania.Dania menyesapnya dua kali dan kehangatan yang melewati tengorokannya seketika melenyapkan rasa pusing di kepalanya. “Kau benar-benar membuatku khawatir, Dan. Apa kau merasa pusing? Atau sesak?”Dania mengangkat badannya dan duduk mencari posisi yang nyaman. “Wajahmu.” Dania mengangkat tangannya dan menyentuh lebam di bawah mata kiri Dewa serta sudut bibir yang pecah dengan darah yang sudah mengering.“Aku baik-baik saja.” Dewa menurunkan tangan Dania dari wajahnya.“Lukamu harus diobati, Dewa. Katakan pada sekretarismu untuk membawa kotak obat kemari.”“Aku akan ....”“Sekarang,” tegas Dania dan hendak berdiri d
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-25
Baca selengkapnya

44. Noda Merah di Baju

Dania mematikan keran air dan terpaku ketika suara tawa Dewa dan Mikha samar-samar terdengar dari dalam kamar mandi. Dania mendekati pintu, mengintip di antara celah pintu yang kecil tapi cukup memberinya pemandangan Dewa dan Mikha. Mikha, wanita itu tengah berdiri menutupi tubuh Dewa yang duduk di sofa dan tengah mempertontonkan bentuk tubuhnya yang seketika membuat Dania minder.Tak tahan dengan cubitan yang semakin nyata di dadanya jika memilih melihat kemesraan itu lebih jauh lagi. Dania menarik pintu kamar mandi hingga tertutup rapat ketika tubuh Mikha membungkuk di depan wajah Dewa yang duduk di sofa. Ia pun kembali mendekati wastafel, menyiram wajahnya dengan air dingin. Bahkan Dewa tak pernah tersenyum selebar itu ketika dengannya.Dania menunggu, menenangkan gemuruh kecil di hatinya sebelum kembali menuju pintu. Menghela napas sekali dan memutar gagang pintu dan keluar. Mikha sudah tak ada di ruangan ini, sedikit melegakan napas Dania. “Apakah ini cemburu?” Benak Dania berta
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-25
Baca selengkapnya

45. Pernikahan Bisnis

Dewa terbangun ketika Dania mengurai pelukannya, dengan matanya yang masih mengantuk, ia ikut bangkit dan turun dari ranjang. Mengikuti langkah Dania menuju kamar mandi. Ya, morning sickness Dania sudah menggantikan alarm paginya.Seperti biasa, Dania memuntahkan seluruh isi perutnya ke lubang toilet, dan Dewa selalu dengan sigap menguncir rambut Dania di belakang dan menggosok punggung istrinya. Berharap bantuan kecil itu bisa meredakan kerja keras Dania menghadapi gangguan-gangguan kehamilan tersebut. Ada rasa ngeri melihat keringat yang selalu membasahi wajah Dania. Menegaskan seberapa besar tenaga yang dihabiskan wanita itu untuk mengosongkan isi perut yang memang sudah kosong.“Apa kakakmu mengatakan kapan hal seperti ini akan berakhir?”Dania menggeleng. Mengambil tisu yang dipegang Dewa dan mengusap bibirnya. “Yang pasti akan berhenti setelah anak ini lahir.”Mata Dewa melotot. “Tujuh bulan lagi?”Dania mengangguk, mengusap bibirnya lagi dengan punggung tangan.“Kau bilang kaka
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-26
Baca selengkapnya

46. Ada Udang Di Balik Batu

“Apa Mama yang menyuruhmu menjadi sekretarisku?” sergah Dewa begitu ia berhenti di tengah lorong yang tengah mereka lintasi. Menghadap Mikha yang mengekor di belakangnya penuh tuduhan.Mikha menggeleng dengan cepat. “Ini hanya kebetulan, Dewa. Aku kebetulan sedang butuh kegiatan.”“Kau bisa bekerja di perusahaan papamu.”Mikha menghela napas pendek. “Kau tahu aku sama sekali tak tertarik bekerja di perusahaan papaku. Aku hanya ingin memulai karirku dengan usahaku sendiri.”Dewa diam. Mengamati lekat-lekat wajah Mikha. Mikha memang wanita mandiri dan berjiwa bebas. Tak suka kekangan dalam pencapaian yang ingin di raih. Terbukti beberapa salon kecantikan yang dipegang wanita itu sudah memiliki cabang di beberapa kota besar. Dan semua pencapaian itu tanpa ikut campur koneksi atau kekuasaan orang tua Mikha.Bekerja sebagai sekretaris? Dewa tahu itu hanya untuk kesenangan Mikha saja, sebelum Dewa benar-benar menemukan kriteria sekretaris yang memenuhi syarat dan ketentuan-ketentuan yang ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-26
Baca selengkapnya

47. Rencana Licik Siapa?

Esok harinya, Dewa memeriksa seluruh pakaiannya sebelum turun dari mobil. Mengumpat keras menemukan noda merah itu menghiasi kerah jasnya lagi. Ia bahkan tak ingat darimana noda itu tertinggal di sana. Kemarin di kemeja dan sekarang bahkan di jas. Dewa mengumpat keras sambil melepas jasnya dan melempar ke jok belakang.Bertekad akan mencari tahu siapa pelaku yang sepertinya memiliki niat busuk. Dua kali bukanlah kebetulan, dan ia bahkan tak pernah mendapatkan noda sialan itu sebelum-sebelumnya. Sekarang, ia hanya berharap Dania tak curiga atau bersikap aneh karena pulang tanpa mengenakan jas seperti biasa.Harapannya ternyata tak berjalan semulus yang ia perhitungkan. Mata Dania yang mengamati dirinya dengan kernyitan tersamar di dahi membuat Dewa merasa seperti berdiri di kaca rapuh. Yang sewaktu-waktu bisa pecah dan menjatuhkan tubuhnya di antara pecahan yang tajam."Aku meninggalkan jasku di mobil." Dewa menyesal kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut sialannya. "Ac mobilku
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-17
Baca selengkapnya

48. Menjelaskan

Dania mengangguk. Menangkap keterkejutan di wajah Dewa. Entah karena kebohongan pria itu terungkap atau karena terkejut menemukan dia menyembunyikan hal tersebut. Dania tak cukup memahami Dewa sedalam itu.Dewa menggeram keras. Tangannya yang terkepal terasa sangat gatal ingin meninju sesuatu demi meluapkan kemarahan pada dirinya sendiri. Menyangkal atau menjelaskan ketidaktahuannya hanya akan seperti membuat alasan dan tidak mau mengakui kesalahan. Kata maaf pun tak akan membuat Dania merasa lebih baik. "Kauingin aku melakukan apa agar kau memercayai kata-kataku, Dan?" bisiknya dengan lemah.Dania memejamkam mata dan menghela napas. Ia tak ingin Dewa melakukan apa pun. Mungkin sedikit waktu untuk dirinya sendiri? Dania juga tak yakin. "Terakhir kalinya kita berada di persimpangan, aku merasa mendapatkan pilihan yang benar dengan berada tetap berada di sisimu, Dewa. Tetapi, sekarang aku tak yakin keputusan itu benar atau tidak."Napas Dewa tersekat. Dengan gerakan tergesa, ia mendekat
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-17
Baca selengkapnya

49. Rencana Makan Malam

Dewa mengamati beberapa alat kecantikan Dania yang Dania yang berjajar rapi di meja rias. Sedikit yang ia kenali namanya seperti bedak, lotion, lipstik, sisir, hairdryer, serta beberapa botol yang entah isinya apa. Sepertinya produk untuk perawatan kulit wajah dan tubuh seperti yang ia miliki tapi dengan merk yang berbeda. Juga ada beberapa benda yang berbentuk seperti pensil, penjepit atau entah apa namanya yang terasa asing bagi mata Dewa."Dewa, sarapanmu sudah siap." Dania muncul dengan kepala melongok di antara celah pintu.Langsung saja Dewa menegakkan punggung dan menoleh ke belakang. Tersentak kaget seolah ketahuan mencuri barang milik istrinya. Sambil berpura-pura menyentuh dasi untuk memperbaiki simpulnya yang sudah rapi, Dewa berkata, "Aku ... sedikit lagi.""Apa kau perlu bantuan?"Dewa menggeleng. Cara mengikat dasi Dania tak akan lebih rapi dari caranya. Tetapi bukan itu alasannya menolak tawaran Dania kali ini. Terkadang, meski ia harus mengulang memperbaiki ikatan dasi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-18
Baca selengkapnya

50. Rencana Mikha Yang Gagal

Dania tersenyum ketika mendengar bel apartemennya berbunyi. Ia meletakkan bukunya di nakas ranjang, turun dari kasur, dan bergegas keluar menyambut Dewa."Salmon Salad?" Dewa menunjukkan kotak yang terbungkus plastik berwarna orange di wajah Dania.Senyum Dania berkembang ketika mengangguk mengiyakan, mengambil alih kedua plastik makanan di kedua tangan Dewa lalu berjalan ke arah dapur.Langkah Dewa terhenti ketika melihat amplop undangan berwarna hitam dengan tinta perak bertuliskan nama kakaknya dan Alra Wardhana tergeletak di meja ruang tamu. "Siapa yang mengirim undangan itu?""Kurir.""Apa kauingin datang?"Dania mendongak dan meletakkan salah satu kotak makanan di hadapan Dewa. "Kau harus datang."Dewa diam sesaat. "Kita lihat nanti.""Dia kakakmu, Dewa. Kau harus mengucapkan selamat."Dewa terkekeh sinis. "Selamat untuk apa? Dia tidak menginginkan pernikahan ini."Dania menatap wajah Dewa."Atau berterimakasih karena melindungi pernikahanku?"Mungkin terima kasih lebih tepat."
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status