Semua Bab Pernikahan Kedua Duda dan Janda: Bab 21 - Bab 30

44 Bab

21. Berdua Denganmu

"Jadi kenapa?" Baik Abi maupun Tari memandang lurus pada Lastri yang duduk di sofa tunggal.Wanita itu mengusap air matanya dengan tisu, sebelum mengambil napas dalam. Agar dia bisa berbicara dengan lancar."Saya mau menikah."Kemudian mengalir lah cerita Lastri, tentang orang tuanya yang menjodohkan dia dengan tetangga di kampungnya. Sebenarnya dia sudah menolak, karena masih betah kerja di sini.Namun, apa daya. Kedua orang tuanya terus mendesak. Selain itu faktor umur juga menjadi pertimbangan sendiri bagi Lastri.Sementara itu, meski cukup kaget karena Lastri mengatakan aku pulang dua hari lagi. Tari ikut merasa bahagia karena temannya sudah mendapatkan jodoh."Makasih Mbak Tari. Makasih Mas Abi sudah nerima saya kerja selama ini, maaf kalau saya banyak salah," ucap Lastri tergugu-gugu."Iya. Saya juga berterima kasih karena kamu sudah banyak membantu saya, maaf juga kalau saya ada salah.""Saya sudah memaafkan Mas Abi, meskipun Mas Abi sering banget marahin saya.""Hey!" ucap Abi
Baca selengkapnya

22. Menyelesaikan Masalah

"Kalau gue jadi bini lo, gue juga bakal bersikap sama kali. Coba bayangin, dia dulu udah nikah lama tapi gak punya anak. Terus diselingkuhin gara-gara masalah anak. Nah, sekarang lo malah nglakuin hal konyol dengan ngasih dia pil itu. Jelas dia merasa ditolak, ogeb."Riko merasa kesal sendiri ketika sang sahabat, bercerita tentang kejadian yang menimpanya tadi pagi. Laki-laki itu tidak habis pikir, bagaimana Abi bisa melakukan hal sebodoh itu. Kemana perginya otak cemerlangnya itu?"Gue cuma takut kejadian yang menimpa mamanya Ica terjadi lagi." Riko memandang prihatin pada sahabatnya. Dia tidak menyangka kalau Abi masih memendam ketakutan atas kejadian tujuh tahun silam."Coba lo bicarakan baik-baik sama bini lo. Gue yakin pasti dia akan ngerti.""Entahlah, gue bingung. Dia kelihatan kecewa banget sama gue.""Jangan pesimis gitu. Lo bilang Tari itu wanita yang baik. Gue yakin dia bakal nerima penjelasan lo." ujar Riko, mencoba menenangkan sahabatnya yang terlihat kalut sejak datang
Baca selengkapnya

23. Pesta

Dengan posisi bersandar pada ranjanbersiap untuk memulai ceritanya.Melihat raut sedih di wajah sang suami. Membuat hati Tari menjadi bimbang. Disatu sisi dia merasa tidak tega pada suaminya, tapi disisi lainnya perempuan itu menginginkan sebuah penjelasan. Hingga akhirnya Tari memilih untuk bersikap egois. Membiarkan sang suami tetap meneruskan kisahnya.Diawali sebuah pesta, yang menyebabkan Abi dan mama Arkan mabuk. Kejadian terlarang itu terjadi. Abi menjelaskan, dia tidak lupa bagaimana persisnya, yang lelaki itu ingat adalah ketika pagi dia terbangun di sampingnya sudah ada mama Arkan.Sebenarnya waktu itu, mereka sudah sepakat bahwa kejadian itu adalah sebuah kesalahan. Toh, mereka tidak saling cinta. Namun, dua bulan setelahnya dunia Abi terasa runtuh saat mama Arkan datang dengan membawa kabar kehamilan.Cerita berlanjut tentang bagaimana mereka berdua sama-sama diusir dari rumah. Kemudian mama Arkan yang terlahir dari keluarga kaya, merasa tidak sanggup hidup serba kekuranga
Baca selengkapnya

24. Jangan Sedih

"Papa, ini gak adil. Bagaimana bisa papa menunjuk anak haram sebagai penerus!"Abi memandang tajam pada Alisa-kakak tertua Alita. Perempuan yang dulu pernah menghinanya kini dengan lantang menghina anaknya di depan banyak orang. Seandainya dia bukan perempuan, sudah dipastikan Abi akan memukulnya."Jaga ucapan Anda!" Wanita yang usianya diatas Abi itu, memandang Abi penuh cemoohan. "Apanya yang mau dijaga? Bukankah kamu juga tahu, kalau ucapan saya memang benar. Arkan itu anak haram.""Mbak!" bentak Abi."Arkan, Ica, anak-anak ayo ikut oma ke dalam." Bu Rahayu memberi kode pada asisten rumah tangganya, untuk membawa cucu-cucunya. Karena dia merasa suasana akan memanas."Arkan di sini saja.""Tidak! Kamu ikut Omamu saja." Tari memandang remaja yang kini ekspresinya sudah keruh."Tapi-""Arkan," ucap Tari tegas.Remaja itu mendengkus, tapi tetap mengikuti perintah ibu tirinya."Alisa," panggil Pak Wijaya. "Kamu tahu 'kan hanya Arkan satu-satunya keturunan laki-laki dalam keluarga kita.
Baca selengkapnya

25. Cerita Arkan

Selamat membaca."Kapan pertama kali kamu denger kata anak haram?" "Waktu umur sepuluh tahun. Pas itu, Tante Alisa baru kembali ke Indonesia.""Apa yang dia katakan kepadamu?" Tari menyadari sebagai seorang remaja, mungkin Arkan merasa kesulitan bercerita. Apalagi hubungan di antara mereka belum terlalu dekat. Maka dari itu, dia mencoba mengetahui perasaan Arkan dengan sebuah pertanyaan."Pas aku main dengan Rena, anaknya. Tiba-tiba saja dia menarik Rena dan berkata kalau Rena tidak boleh bermain denganku karena aku anak haram.""Waktu itu apa kamu langsung tahu arti kata itu?"Menoleh pada sang ibu yang menatapnya penuh kehangatan. Arkan menggeleng pelan. "Karena Tante Alisa terus menyebut hal itu, akhirnya aku cari lewat internet apa itu anak haram.""Apa yang lain tahu perlakuan Tante Alisa padamu?""Iya, mereka semua tahu. Biasanya mereka akan memperingatkan Tante Alisa, tapi tetap saja setiap kami bertemu kata itu selalu muncul."Tari menghela napas panjang. "Kenapa kamu tidak c
Baca selengkapnya

26. Kekecewaan Tari

"Mas!" Tari segera menarik tangan suaminya. "Jangan, Mas. Istighfar." Mengusap punggung suaminya, dia bermaksud menenangkan Abi.Abi menoleh pada istrinya yang menggeleng lemah. Raut ketakutan terlihat jelas di sana. Hal itu membuat Abi merasa kesal. Apakah Tari takut dia melukai mantan suaminya? Pikiran itu terbesit di otaknya.Membuang jauh pikiran tidak masuk akalnya, Abi kembali menatap Dipta yang berdiri dengan tenang. "Ini peringatan terakhir saya, segeralah pergi atau saya akan bertindak lebih jauh lagi.""Tidak, saya akan tetap di sini." Dipta menatap datar pada Abi.Cukup! Abi tidak bisa lagi menahannya, dengan kuat dia pukul rahang laki-laki di depannya. Membuat Dipta tersungkur, tapi itu tidak menghentikan Abi yang kembali memukuli laki-laki itu. Gerakan Abi terhenti saat dia merasakan pelukan di pinggangnya."Sudah, Mas. Jangan teruskan."Belum sempat Abi mencerna perbuatannya. Tiba-tiba saja beberapa orang sudah ada di sekitar mereka."Apa yang kamu lakukan pada suamiku?"
Baca selengkapnya

27. Jarak

Dari meja makan, Abi melirik istrinya yang sejak tadi sibuk dapur. Memasak nasi, lauk, memanaskan air, semua hal itu tidak luput dari pandangan Abi.Istrinya memang masih bersikap biasa, membangunkannya untuk sholat, menyiapkan pakaiannya sampai memasak sarapan. Namun, ada hal yang berbeda, Tari lebih pendiam dan terkesan menjaga jarak.Laki-laki itu kebingungan memikirkan cara agar istrinya kembali seperti semula. Namun, ketika sama sekali tidak menemukan solusi. Dia menjadi kesal, dan memutuskan untuk mengikuti drama yang dibuat istrinya."Kopinya, Mas.""Ehm ... makasih." Sial! Sudah berapa lama dia melamun? umpat Abi. "Kita bicara sebentar!" perintah Abi saat dia sudah menormalkan ekspresinya."Maaf, Mas. Kerjaanku belum selesai.""Kita bicara sebentar!" Abi menekan setiap kata yang diucapkannya."Baiklah."Namun, belum sempat Tari duduk. Dering ponsel Abi membuat keduanya menatap ke arah yang sama. Layar ponsel yang menampilkan nama Riko. Dengan cepat Abi mematikan panggilan itu
Baca selengkapnya

28. Terungkap

"Bangun, Mas. Sebentar lagi subuh." Tari berdecak kesal saat sang suami bukannya bangun, malah menarik selimut untuk menutupi tubuhnya."Mas, inget kamu harus mandi dulu. Cepat bangun!" Tari menggoncang lebih kuat tubuh suaminya."Sebentar, masih dingin.""Ya Allah, Mas Abi. Bangun!" kesal Tari. "Aku mau ke masjid, Mas. Menemani anak-anak.""Hem.""Bundaaa."Tari berjingkat mendengar teriakan Ica, dia bergerak menuju nakas untuk menyetel alarm di ponsel suaminya. Selanjutnya dia bergegas menemui Ica sebelum gadis itu masuk ke kamar ini."Kenapa, Sayang?" tanyanya pada Ica yang berada di tepi tangga atas."Bunda dari mana?" Gadis itu mengucek matanya, terlihat sekali kalau dia masih mengantuk."Ehm ... dari kamar tamu, bangunin papa.""Papa kapan pulang?""Semalam.""Kok Ica gak tahu? Gak jadi ngasih kejutan dong?" Wajah Ica terlihat sedih."Ica, 'kan udah tidur semalam. Lagipula papa sudah tau kalau Ica bikinin kejutan untuk papa."Ica menganggukkan kepala, membuat rambutnya yang acak
Baca selengkapnya

29. Rasa yang Menyakitkan

"Tari, aku bisa jelaskan." Dengan panik Abi menghampiri istrinya.Hatinya berdenyut nyeri melihat mata bulat itu sudah berembun, ditambah lagi pancaran mata itu menyiratkan perasaan luka dan kecewa."Nanti saja, Mas," ucap Tari pelan. Wanita itu kemudian berjalan menuju Alia yang menatapnya tajam."Perlu kamu tahu, aku tidak mengijinkan suamiku menuruti permintaanmu!"Alia mendengkus keras. "Aku rasa kamu dengar apa yang kami bicarakan tadi. Jadi jangan bodoh dengan mengatakan hal seperti.""Aku memang mendengarnya. Dan menurut pendengaranku, hal itu sudah terjadi di masa lalu, aku benar, 'kan?"Senyum tenang di wajah Tari membuat Alita merasa kesal. Wajah cantik itu bertambah merah. Alita mengepalkan tangannya erat. Berusaha meredam emosi yang siap meledak."Meskipun itu masa lalu, tetap saja aku punya cerita dengan Mas Abi."Namun, Tari tidak terpancing dengan Alia. Dia justru maju selangkah mendekati wanita di depannya."Aku tidak peduli. Yang penting sekarang, Mas Abi adalah suami
Baca selengkapnya

30. Nasehat

Beberapa hari berlalu sejak pertengkaran Abi dan Tari, dan kehidupan pernikahan mereka tidak baik-baik saja. Memang mereka masih berinterksi seperti biasanya bersama anak-anak. Namun, tentu saja ada yang berbeda. Komunikasi mereka tidak seintens dulu. Berbicara hanya seperlunya, itulah yang mereka lakukan saat ini."Sudah siap?" tanya Abi ketika melihat istri dan juga kedua anaknya keluar dari rumah.Mereka kompak mengangguk. Kemudian Abi membuka bagasi untuk memasukkan barang bawaan mereka, yang hari ini akan pergi ke acara pernikahan Lastri sekaligus berlibur sebentar di sana.Ica masuk lebih dulu ke dalam mobil. Sedangkan Arkan masih terdiam menatap kedua orang tuanya yang terlihat kebingungan. "Arkan di depan." Remaja itu langsung membuka pintu. Ya, Arkan memang sepeka itu. Apalagi dia merasa setiap hari hubungan orang tuanya semakin mendingin. Sampai-sampai belakangan ini suasana hatinya ikut memburuk.Banyak pertanyaan muncul di otaknya, menyebabkan dia kesulitan tidur akhir-ak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status