All Chapters of Pernikahan Kedua Duda dan Janda: Chapter 11 - Chapter 20

44 Chapters

11. Akhirnya

Tari langsung menjauhkan wajahnya saat hembusan napas sang suami terasa di kulitnya. "A-apa, Mas?""Sudah, lupakan!"Abi merubah posisinya menjadi berbaring membelakangi sang istri. Sesungguhnya dia tidak mengerti kenapa bisa bertanya seperti itu. Hanya saja dia tidak suka melihat raut terluka di wajah Tari, meskipun wanita itu tersenyum."Kalau, Mas memang menginginkan hal itu aku—""Aku bilang lupakan, Tari! Lagipula gimana caranya kita melakukan itu? Sedangkan ketika tadi aku mengajakmu, wajahmu sudah ketakutan seperti itu."Sang istri menunduk mendengar kalimat suaminya, dia menggigit bibir mungilnya untuk menahan rasa sesak yang ada. "Maaf, Mas.""Tidurlah!"Pergerakan di sampingnya, membuat Abi tahu kalau Tari menuruti perintahnya. Namun, sekarang pria itu menjadi gelisah. Sebagai pria dewasa jujur dia terganggu dengan percakapan yang baru saja terjadi.Dikala dia berusaha memejamkan mata, sebuah suara lembut membuat matanya kembali terbuka."Menginjak enam tahun pernikahan, aku
Read more

12. Cinta Pertama Abisatya

"Ada perlu apa Anda datang ke sini?" tanya Abi setelah duduk di hadapan wanita yang sedang tersenyum aneh kepadanya.Ajeng tersenyum sembari meletakkan kedua tangannya di atas kaki jenjangnya yang menyilang. "Saya ke sini karena ingin bertemu istri Anda, Tari."Abi berdecak mendengar nada manja yang keluar dari mulut perempuan di hadapannya. Lelaki itu tidak habis pikir, bisa-bisanya mantan suami Tari memilih melepaskan istrinya, hanya untuk bisa bersama wanita di depannya. Bahkan dari pertemuan awal kemarin, Abi sudah bisa menebak karakter wanita di hadapannya."Istri saya sedang mengantar anak kami pergi ke sekolah."Ajeng menatap kagum pada pria berahang tegas, yang menjawab pertanyaannya dengan nada datar. "Anak kami? Setahu saya Tari bercerai dengan suaminya karena dia tidak bisa memberi keturunan pada mantan suaminya."Senyum sinis tergambar di bibir Abi, dia menebak perempuan di depannya berpikir kalau ia belum tahu masa lalu sang istri. "Mungkin mantan suaminya terlalu payah,
Read more

13. Ulah Arkan

"Dia butuh persetujuanku, untuk menjual rumah mereka." Tari memandang wajah di depannya yang terlihat sedang memikirkan sesuatu, "karena sertifikatnya atas namaku dan Mas Dipta."Mendengar istrinya mengucapkan nama sang mantan, Abi memandang netra itu dengan tajam. Namun, dia harus menyabarkan diri karena sepertinya istri cantiknya tidak mengerti arti tatapan tajam yang dia layangkan."Biar aku yang mengurusnya, kamu jangan bertemu lagi dengan mantan suamimu itu!""Terima kasih, Mas. Perlu Mas tau, aku memang tidak ada rencana bertemu mereka."Pandangan mereka saling mengunci beberapa saat. Ada perasaan hangat yang menjalar di hati mereka. Apakah ini pertanda baik? Kalau pada akhirnya perasaan mereka mulai tumbuh?Abi lah yang pertama kali memutus pandangan mereka. Karena lelaki itu mengingat sesuatu. Selanjutnya dia mengambil sesuatu dari dalam laci untuk diserahkan kepada istrinya."Ambilah! Untuk belanja."Tari mengambil ATM dari tangan Abi lalu mengucapkan terima kasih. Beberapa h
Read more

14. Undangan Sekolah

"Kamu dengar apa yang kubicarakan dengan Alia?""Iya.""Kamu gak marah?""Sedikit, tapi setidaknya aku bersyukur kamu menikahiku karena alasan itu, bukan alasan yang lain."Abi mengernyit. "Contohnya?""Menikahi karena ingin memuaskan nafsu, mungkin.""Hey, aku tidak seperti itu!"Tari tertawa melihat kekesalan sang suami. Diusianya yang ke tiga puluh enam, terkadang Tari merasa suaminya masih kekanakan."Kamu ngerjain aku?""Mas Abi tadi juga melakukan hal yang sama."Pria beralis tebal itu menatap sang istri lekat. "Sejauh apa kamu berubah?""Ha?""Dalam ingatanku kamu adalah gadis remaja yang ceria tapi juga pemalu, tapi sekarang banyak sekali perubahan dalam dirimu. Kenapa?""Mungkin karena pengalaman hidupku." ucap Tari sambil menerawang. "Mas? Boleh aku minta sesuatu?""Apa?""Bisakah kita berusaha membuat pernikahan ini berhasil?"Abi tertegun, tiba-tiba dia merasakan nyeri di sudut hatinya, melihat iris jernih di hadapannya memancarkan luka dan harapan. "Bisa, kita pasti bisa.
Read more

15. Perhatian Arkan

Selamat membaca."Tante.""Bu Tari."Tari merasakan telinganya berdengung dan pipinya terasa nyeri akibat tamparan itu. Dia yakin sudut bibirnya terluka, karena rasa perih terasa di sana."Meskipun anak saya salah, sebagai orang dewasa tidak seharusnya Anda melakukan kekerasan." Tari memandang tajam wanita yang terlihat salah tingkah itu. "Dan saya minta maaf atas ketidaksopanan anak saya, tapi saya tidak minta maaf untuk perbuatan Arkan yang membela temannya."Ibu Dino tampak salah tingkah, hingga membuatnya diam saja, kala Bu Ani menyampaikan hukuman apa yang akan diterima Dino dan Arkan."Terima kasih," ucap Arkan tanpa mengalihkan pandangan dari jendela mobil.Tari tersenyum mendengar ucapan penuh gengsi itu. "Iya, tapi lain kali belajarlah mengendalikan emosi. Kamu bisa cari cara lain untuk membela temanmu tanpa harus berkelahi.""Hem," jawab pemuda itu seadanya.Setelah pertengkaran di ruang BK tadi, akhirnya Bu Ani membuat keputusan bahwa Arkan dan Dino di skors selama satu har
Read more

16. Bunda

Wanita yang memiliki wajah serupa Abi, langsung berlari memeluk Tari. "Kamu cantik aja.""Mbak Kinan juga tambah cantik, ke sini sama siapa, Mbak?""Diantar sopir, bapaknya anak-anak ngajak ke sini pas weekend tapi aku keburu gak sabar.""Jadi anak-anak gak ikut?""Enggaklah besok mereka sekolah, ini aja besok pagi aku harus pulang. Eh malam ini tidur sama, Mbak, ya.""Mbak!" protes Abi."Mbak cuma pinjem istrimu semalam aja, gak usah drama deh. Ayo, Tari.""Mbak ke kamar tamu duluan aja, Tari ada perlu bentar sama Mas Abi.""Oke, jangan lama-lama, banyak hal yang pengen aku ceritakan sama kamu."Memandang sang suami yang menampilkan ekspresi kesal, Tari mencoba mengumpulkan keberanian sebelum kemudian memeluk suaminya. Tubuh yang dipeluknya membeku beberapa saat, lalu balas memeluk Tari dengan erat."Mbak Kinan bener-bener ganggu," gerutu lelaki di pelukan Tari. "Padahal kita baru saja akan mengembangkan hubungan ini, yang mungkin saja bisa mengembangkan perutmu."Mencubit pelan peru
Read more

17. Tante Alita

Seminggu berlalu sejak Arkan memanggil Tari dengan sebutan bunda, meskipun setelah itu sang remaja kembali memanggil dia tante. Namun, Tari sudah merasa bahagia karena ada sedikit kemajuan dalam hubungan mereka.Dirinya juga tidak pernah lagi diganggu Ajeng untuk urusan jual beli rumah, mungkin karena Abi sudah menyelesaikannya. Mengingat beberapa hari lalu suami Tari menyuruh wanita itu untuk menandatangani beberapa dokumen.Tari mengernyitkan kening, melihat suaminya menghela napas setelah melihat ponsel di genggamannya."Ada masalah?"Abi memiringkan wajah melihat istrinya. Ada keraguan dalam hatinya, haruskah ia memberitahu siapa yang barusan mengirim pesan?"Jangan terlalu dipikirkan, kalau Mas Abi belum mau cerita aku gak masalah kok."Abi berdecak kecil. "Biasanya wanita akan mencecar terus, kalau suaminya menyembunyikan sesuatu. Kenapa kamu bisa sesantai ini?" Rasa kesal mendadak muncul di hati Abi."Aku sudah beberapa kali bilang, aku belajar dari pengalaman. Kalau biasanya l
Read more

18. Ketakutan Abi

Abi memutar bola matanya untuk kesekian kali, ketika orang-orang memandangnya dengan aneh. Sebenarnya dia juga tidak mau ada di posisi seperti ini. Duduk di antara Tari dan Alia.Ini gara-gara Alia yang tidak mau menemani Arkan dan Ica di timezone. Capek katanya. Sedangkan Tari yang mengajukan diri untuk menjaga anak mereka, ditolak Abi. Mana mau dia hanya berdua dengan Alia."Jadi mau pesen apa?" tanya Abi pada dua wanita yang sedang membolak-balik buku menu.Memang mereka memutuskan menunggu Arkan dan Ica di food court, yang terletak di lantai yang sama dengan arena bermain. Karena mereka tahu, kakak-beradik itu pasti akan lama berada di timezone."Kentang goreng sama jus alpukat," jawab Tari."Kamu?" Pandangan Abi beralih pada wanita di samping kirinya."Jus apel.""Baiklah, kalian tunggu di sini. Biar aku yang pesan."Beranjak menuju counter makanan ringan, untuk memesan sekaligus melakukan pembayaran. Abi kembali merasa dongkol, karena harus menghadapi senyum penuh arti dari pega
Read more

19. Panggilan dari Icha

"Kamu gak kerja, Mas?"Tari memperhatikan suaminya yang sedari tadi asik menonton televisi di ruang tengah."Gak, udah ada yang ngawasin juga.""Meskipun begitu, seharusnya Mas Abi tetep nengok keadaan bengkel sama resto.""Denger, ya, Batari. Tujuan aku buka usaha itu biar banyak waktu di rumah. Kalau aku masih harus ngawasi mereka, sama aja kayak aku kerja kantoran."Keras kepala seperti biasa, batin Tari. Biar banyak waktu di rumah katanya. Sang istri berusaha untuk tidak memutar bola matanya mendengar kalimat suaminya. Padahal menurut cerita Lastri, Abi selalu pulang larut meskipun sudah tidak bekerja di kantor."Nanti Ica pulang jam sepuluh."Abi menoleh kepada istrinya. "Kenapa?""Gurunya ada rapat.""Ngomong-ngomong, Lastri ke mana?"Kepala Abi memutar, mengamati rumahnya yang terlihat sepi."Belanja di depan.""Kamu gak ikut?"Melihat istrinya hanya mengedikkan bahu, Abi merasa curiga telah terjadi sesuatu."Apa yang terjadi? Kemarin kamu semangat pergi belanja, katanya biar b
Read more

20. Hanya Kita

"Aditya kenapa?" Seorang perempuan paruh baya mengambil alih Aditya dari Ajeng. Mengusap-usap punggung anak itu, agar tenang. Lalu matanya membulat melihat mantan menantunya berdiri di depannya."Kenapa?" Suara dingin itu terdengar menakutkan di telinga Ajeng."Mereka mau mencelakakan anak kita!""Anda jangan mengada-ada, ya! Kalau bukan karena istri saya, anak anda pasti sudah ditabrak oleh motor itu!" sergah Abi seraya menunjuk motor yang tergeletak di pinggir jalan."Anda jangan-""Jangan apa? Jangan karena takut keteledoran anda dalam menjaga anak terbongkar. Anda jadi mencari kambing hitam dengan menyalahkan istri saya.""Apa maksud Anda?!"Belum sempat membalas kalimat itu, fokus Abi terpecah melihat kedatangan Lastri. Kemudian laki-laki itu langsung menyuruh Lastri agar membawa Ica masuk."Maksud saya jelas, anda teledor dalam menjaga anak. Bagaimana bisa anak sekecil itu berlarian sendiri di tengah jalan.""Sa-saya ...." Wanita itu bergerak gelisah, dia mengalihkan pandangan d
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status