Share

27. Jarak

Author: SashiArumi
last update Last Updated: 2022-10-09 09:24:43

Dari meja makan, Abi melirik istrinya yang sejak tadi sibuk dapur. Memasak nasi, lauk, memanaskan air, semua hal itu tidak luput dari pandangan Abi.

Istrinya memang masih bersikap biasa, membangunkannya untuk sholat, menyiapkan pakaiannya sampai memasak sarapan. Namun, ada hal yang berbeda, Tari lebih pendiam dan terkesan menjaga jarak.

Laki-laki itu kebingungan memikirkan cara agar istrinya kembali seperti semula. Namun, ketika sama sekali tidak menemukan solusi. Dia menjadi kesal, dan memutuskan untuk mengikuti drama yang dibuat istrinya.

"Kopinya, Mas."

"Ehm ... makasih." Sial! Sudah berapa lama dia melamun? umpat Abi. "Kita bicara sebentar!" perintah Abi saat dia sudah menormalkan ekspresinya.

"Maaf, Mas. Kerjaanku belum selesai."

"Kita bicara sebentar!" Abi menekan setiap kata yang diucapkannya.

"Baiklah."

Namun, belum sempat Tari duduk. Dering ponsel Abi membuat keduanya menatap ke arah yang sama. Layar ponsel yang menampilkan nama Riko. Dengan cepat Abi mematikan panggilan itu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pernikahan Kedua Duda dan Janda   28. Terungkap

    "Bangun, Mas. Sebentar lagi subuh." Tari berdecak kesal saat sang suami bukannya bangun, malah menarik selimut untuk menutupi tubuhnya."Mas, inget kamu harus mandi dulu. Cepat bangun!" Tari menggoncang lebih kuat tubuh suaminya."Sebentar, masih dingin.""Ya Allah, Mas Abi. Bangun!" kesal Tari. "Aku mau ke masjid, Mas. Menemani anak-anak.""Hem.""Bundaaa."Tari berjingkat mendengar teriakan Ica, dia bergerak menuju nakas untuk menyetel alarm di ponsel suaminya. Selanjutnya dia bergegas menemui Ica sebelum gadis itu masuk ke kamar ini."Kenapa, Sayang?" tanyanya pada Ica yang berada di tepi tangga atas."Bunda dari mana?" Gadis itu mengucek matanya, terlihat sekali kalau dia masih mengantuk."Ehm ... dari kamar tamu, bangunin papa.""Papa kapan pulang?""Semalam.""Kok Ica gak tahu? Gak jadi ngasih kejutan dong?" Wajah Ica terlihat sedih."Ica, 'kan udah tidur semalam. Lagipula papa sudah tau kalau Ica bikinin kejutan untuk papa."Ica menganggukkan kepala, membuat rambutnya yang acak

    Last Updated : 2022-10-10
  • Pernikahan Kedua Duda dan Janda   29. Rasa yang Menyakitkan

    "Tari, aku bisa jelaskan." Dengan panik Abi menghampiri istrinya.Hatinya berdenyut nyeri melihat mata bulat itu sudah berembun, ditambah lagi pancaran mata itu menyiratkan perasaan luka dan kecewa."Nanti saja, Mas," ucap Tari pelan. Wanita itu kemudian berjalan menuju Alia yang menatapnya tajam."Perlu kamu tahu, aku tidak mengijinkan suamiku menuruti permintaanmu!"Alia mendengkus keras. "Aku rasa kamu dengar apa yang kami bicarakan tadi. Jadi jangan bodoh dengan mengatakan hal seperti.""Aku memang mendengarnya. Dan menurut pendengaranku, hal itu sudah terjadi di masa lalu, aku benar, 'kan?"Senyum tenang di wajah Tari membuat Alita merasa kesal. Wajah cantik itu bertambah merah. Alita mengepalkan tangannya erat. Berusaha meredam emosi yang siap meledak."Meskipun itu masa lalu, tetap saja aku punya cerita dengan Mas Abi."Namun, Tari tidak terpancing dengan Alia. Dia justru maju selangkah mendekati wanita di depannya."Aku tidak peduli. Yang penting sekarang, Mas Abi adalah suami

    Last Updated : 2022-10-12
  • Pernikahan Kedua Duda dan Janda   30. Nasehat

    Beberapa hari berlalu sejak pertengkaran Abi dan Tari, dan kehidupan pernikahan mereka tidak baik-baik saja. Memang mereka masih berinterksi seperti biasanya bersama anak-anak. Namun, tentu saja ada yang berbeda. Komunikasi mereka tidak seintens dulu. Berbicara hanya seperlunya, itulah yang mereka lakukan saat ini."Sudah siap?" tanya Abi ketika melihat istri dan juga kedua anaknya keluar dari rumah.Mereka kompak mengangguk. Kemudian Abi membuka bagasi untuk memasukkan barang bawaan mereka, yang hari ini akan pergi ke acara pernikahan Lastri sekaligus berlibur sebentar di sana.Ica masuk lebih dulu ke dalam mobil. Sedangkan Arkan masih terdiam menatap kedua orang tuanya yang terlihat kebingungan. "Arkan di depan." Remaja itu langsung membuka pintu. Ya, Arkan memang sepeka itu. Apalagi dia merasa setiap hari hubungan orang tuanya semakin mendingin. Sampai-sampai belakangan ini suasana hatinya ikut memburuk.Banyak pertanyaan muncul di otaknya, menyebabkan dia kesulitan tidur akhir-ak

    Last Updated : 2022-10-15
  • Pernikahan Kedua Duda dan Janda   31. Damai

    Abi yang baru saja keluar dari kamar mandi tersentak, saat melihat istrinya sudah duduk di ranjang. Dia berhenti lama di depan pintu, bingung harus berbuat apa. Apalagi sang istri memandangnya dengan tatapan yang tidak bisa dia artikan.Laki-laki itu berdeham pelan. "Kamu mau ke kamar mandi?"Tari menggeleng, senyum tipis terbit di bibirnya.Abi tertegun. Setelah aksi saling jaga jarak, ini adalah senyum pertama yang diberikan sang istri padanya. Namun, dia takut untuk berharap lebih."Mas Abi kenapa berdiri disitu terus?" tanya Tari sambil mengerutkan kening.Mengusap tengkuk, lagi-lagi Abi berdeham kecil. Dia salah tingkah. Karena perubahan istrinya yang tiba-tiba. Dengan pelan laki-laki itu berjalan ke ranjang, dan duduk di sisi yang berlawanan dengan istrinya."Aku tidur dulu," pamit Abi.Tubuh Abi membeku. Ketika baru saja membaringkan tubuh dia merasakan sebuah pelukan dari belakang. Sementara jantungnya telah bekerja extra cepat."Jangan bergerak! Tetap seperti ini!" perintah i

    Last Updated : 2022-10-22
  • Pernikahan Kedua Duda dan Janda   32. Potret

    "Makasih, ya," ucap mama Abi pada sang menantu yang kini membantunya memasak. Pagi ini terasa begitu indah bagi wanita paruh baya itu, sejak tadi senyum lebar tidak lepas dari bibirnya.Setelah sekian lama keluarganya bisa berkumpul kembali, memang masih ada kecanggungan tapi begina saja dia sudah sangat bersyukur."Untuk apa, Ma?" tanya Tari heran. Bahkan perempuan itu menatap penasaran sang mertua."Karena sudah membawa Arkan ke sini." Mata tua itu berkaca-kaca, tapi binar kebahagiaan terlihat jelas di sana.Perkataan mertuanya mengingatkan Tari pada acara makan malam kemarin. Awalnya ketiga laki-laki dengan wajah mirip itu hanya diam, memperhatikan para wanita yang sedang asyik cerita.Namun, tiba-tiba saja ayah mertua Tari mengajak anak serta cucunya untuk ke kebun pada pagi hari. Reflek Abi dan Arkan langsung menatap Tari, seakan meminta pendapat wanita itu. Setelah Tari memberi isyarat, akhirnya suami dan anaknya menerima ajakan mertuanya.Lucu memang, bagaimana bisa untuk hal

    Last Updated : 2022-11-13
  • Pernikahan Kedua Duda dan Janda   33. Ulah Ajeng

    "Iya, Ma. Wa'alaikumsalam," jawab Tari sebelum menutup telpon dari mertuanya.Dua minggu sudah terlewat, dari terakhir kali mereka pulang ke kampung. Semenjak itu komunikasi Tari dan mertuanya semakin intens, karena mereka berniat mulai mendamaikan Abi dan ayahnya.Alhamdulillah, kedua pria itu sudah mulai mau berbicara melalui telpon. Meskipun hanya obrolan basi-basi yang hanya berlangsung singkat. Namun, menurut mertuanya itu adalah perkembangan yang luar biasa.Sedangkan hubungannya dengan Abi memang mengalami peningkatan. Akan tetapi, akhir-akhir ini dia jadi merasa malas melihat wajah suaminya. Entah lah, rasanya kesal setiap kali berada di dekat Abi. Padahal perlahan dia sudah mulai menerima masa lalu suaminya.Menaruh ponsel di meja makan, Tari berjalan keluar dengan membawa dompet. Berniat untuk belanja di tukang sayur. Memang sejak Lastri berhenti, Tari mulai rutin belanja di tukang sayur lagi. Dia bersyukur selama ini tidak pernah bertemu dengan Ajeng. Entah kemana perginya

    Last Updated : 2022-11-13
  • Pernikahan Kedua Duda dan Janda   34. Sakit

    "Bundaaa!" Teriak Arkan yang dari kejauhan melihat ibunya terjatuh. Remaja yang masih menggunakan seragam putih abu-abu itu segera berlari menghampiri ibunya."Bunda, gak papa?" tanya Arkan panik, melihat wajah pucat ibunya. Remaja itu ikut mendudukkan diri di samping ibunya.Tari tidak mampu menjawab, karena rasa sakit begitu kuat dia rasakan di perutnya."Apa yang kalian lakukan?" bentak Arkan pada dua orang dewasa di depannya.Suara keras Arkan menyentak pasangan suami istri yang tadi terpaku karena perbuatan Ajeng. Dipta segera berjalan ke arah Tari, tapi di cegah Arkan ketika laki-laki itu akan menyentuh Tari.Dipta memandang tajam Arkan. Alih-alih merasa takut. Arkan justru balik memandang tajam pada laki-laki dewasa itu.Cengkraman di lengannya membuat Arkan menoleh pada sang ibu, yang terlihat kesakitan. Bulir-bulir keringat muncul di dahi wanita cantik itu."Kamu tunggu di sini! Saya ambil mobil dulu!""Tidak per—""Ibumu sedang kesakitan!" bentakan Dipta membuat Arkan menela

    Last Updated : 2022-12-09
  • Pernikahan Kedua Duda dan Janda   35. Kabar baik

    Arkan dan Tari serentak menoleh, mendengar pintu yang dibuka secara kasar. Mereka dengan jelas melihat raut kekhawatiran di wajah Abi."Kenapa?" tanya Abi yang sudah berdiri di samping ranjang. Napasnya sedikit memburu karena dia setengah berlari menuju ruangan tempat istrinya dirawat.Memindai tubuh sang istri, dia mengembuskan napas lega ketika Tari tampak baik-baik saja meski wajahnya agak pucat.Baik Arkan maupun Tari belum ada yang menjawab, mereka saling menatap. Seakan menimbang-nimbang hal apa yang akan Abi lakukan jika tahu kejadian yang sebenarnya. Keduanya takut jika sang kepala rumah tangga akan mengamuk."Kenapa?" Abi menyipitkan mata melihat gestur aneh pada istri dan anaknya. Dua orang disayanginya itu saling lirik seakan bicara lewat tatapan mata.Tari berdeham kecil. "Aku jatuh, Mas. Terus pendarahan.""Pendarahan? Bagaimana bisa?"Mata Abi menatap fokus pada Tari. Ada perasaan asing di hatinya. Entahlah, Abi sendiri juga bingung mengartikannya. Ada harapan, rasa sena

    Last Updated : 2022-12-09

Latest chapter

  • Pernikahan Kedua Duda dan Janda   Extra Part 5

    Mengistirahatkan diri dengan duduk di sofa, Tari menarik napas berkali-kali seraya mengelus perutnya yang terasa sakit. Sudah sejak tadi siang dia merasakan hal ini, tapi karena sakitnya muncul lalu hilang terus jadi dia tidak terlalu ambil pusing dan tetap mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa. Namun, kali ini rasanya lebih sakit dengan durasi yang cukup lama. Apa dia sudah mau melahirkan? "Sabar, ya, Sayang. Sebentar lagi papa pulang." Tari meringis kala rasa sakit kembali menyerang, dia menatap jam yang ada di dinding. Sudah setengah lima, tapi suaminya belum datang. Padahal pria itu berkata akan pulang pukul tiga. Sedangkan Bintang tadi mengatakan jika anak itu menginap di rumah temannya untuk mengerjakan tugas, Icha sendiri dari kemarin menginap di rumah Kinan. Menahan rasa sakit yang kian menjadi, pelan dia bangkit bermaksud mengambil ponsel yang tadi diletakkannya di kamar. Jarak kamar dan ruang tengah yang dekat, kali ini terasa jauh. Belum lagi dia yang harus sedikit

  • Pernikahan Kedua Duda dan Janda   Extra Part 4

    Rasa haus membangunkan Tari dari tidur nyenyaknya. Meraba-raba tempat di sampingnya, dia merasa bingung karena tidak menemukan sang suami. Di mana pria itu?Semakin hari dia merasa tak bisa jauh dari suaminya. Pernah ditinggal sebentar saja langsung menangis. Pasalnya Abi pergi ketika malam, waktu dimana dia ingin menghabiskan waktu bersama pria itu.Bangkit perlahan mengingat perutnya yang sudah membesar, matanya menyipit kala di bawah remang lampu kecil yang terletak di atas nakas dia mendapati sang suami tengah menengadahkan tangan. Berdoa.Pria yang menggunakan peci putih itu tampak sesenggukan. Entah apa yang diminta pria itu sehingga membuatnya tampak sedih.Tari tidak bergerak, diam dalam posisi duduk. Menunggu sampai sang suami menyadari kehadirannya. Lalu dia tersenyum kala Abi terkejut begitu menyadari keberadaannya."Kenapa bangun?" tanya Abi sambil berjalan ke arah sang istri.Tari menggeleng, diletakkannya telapak tangan di pipi sang suami. Mengusap lembut, menghilangkan

  • Pernikahan Kedua Duda dan Janda   Extra Part 3

    Seperti yang sudah direncanakan, pagi itu keluarga Abi sudah bersiap-siap untuk berangkat menuju tempat pertandingan Arkan.Abi sendiri yang sudah berusaha membujuk sang istri agar tidak ikut, akhirnya menyerah. Karena wanita itu benar-benar berubah menjadi sosok keras kepala, yang akan cemberut sepanjang hari jika keinginannya tidak dipenuhi.Sebenarnya bukan hanya dia saja yang mencoba melarang, tapi Arkan juga melakukan hal yang sama. Berbeda dengan dirinya, Tari bersikap lebih lunak pada anak-anak. Bahkan wanita itu cenderung sensitif, seperti kemarin istrinya membuat drama kala Arkan mengatakan agar tidak perlu datang."Apa sebaiknya Bunda di rumah saja?" Dari meja makan Arkan memperhatikan sang bunda yang tengah sibuk menyiapkan bekal untuk besok. Padahal dia sudah mengatakan agar wanita itu tidak perlu repot-repot. Toh, dari panitianya sudah disediakan konsumsi."Kenapa memangnya?""Ya, 'kan Bunda lagi hamil gitu. Gimana kalau kecapekan?" tanya Arkan untuk kesekian kali. Karena

  • Pernikahan Kedua Duda dan Janda   Extra Part 2

    "Minggu ini 'kan final futsalnya?" tanya Tari sambil menyerahkan segelas jus pada suaminya yang tengah menonton televisi di ruang tengah bersama sang putera.Semenjak hubungan kedua laki-laki tersebut semakin membaik, semakin kompak juga mereka. Tak jarang dia merasa kesal jika suami dan anaknya sudah berada di dunianya sendiri, seperti olahraga dan bermain game. Dia sungguh merasa di abaikan.Duduk di salah satu sofa, dia ikut memperhatikan layar datar yang sama sekali tidak menaikkan minatnya."Iya, Bun.""Kalau jawab itu sambil liat, bunda! Emangnya tv lebih menarik dari bunda?" cibir Tari kesal. Benar 'kan dia selalu diabaikan jika sang anak tengah menikmati tontonan favoritnya.Dia berharap ada Icha yang selalu berada di kubunya. Sayangnya gadis cantik tersebut sudah tidur sejak tadi.Sementara itu Arkan yang baru saja kena cibir langsung berdeham dan melirik sang papa yang tampak sedang mengulum bibir, seperti menahan tawa atau mungkin mengejeknya?"Maaf, Bun. Lagi seru soalnya.

  • Pernikahan Kedua Duda dan Janda   Extra Part 1

    "Kenapa, Lo?" Riko menatap aneh sahabatnya yang menghela napas berulang kali. Seolah tengah menghadapi beban yang berat. Padahal kalau dipikir-pikir, bukankah kehidupan Abi sudah enak? Punya istri baik, anak-anak tampan dan lucu yang sebentar lagi akan bertambah satu. Namun, kenapa wajah sahabatnya itu macam kemeja yang belum disetrika. Kusut."Ngga pa-pa.""Buset, kayak cewek aja, Lo! Bilang ngga pa-pa tapi ada apa-apa."Abi melemparkan bantal sofa pada temannya. "Daripada Lo bawelnya melebihi cewek."Riko menggerutu. Kesal. "Males gue ngomong sama Lo!" Pria itu berjalan menuju pintu, seraya memegang gagang pintu dia membalik setengah badannya. "Jangan suntuk lama-lama, kasihan Tari. Nanti dia dikira nikah sam om-om."Berdecak kesal, Abi hampir saja melempar bantal kursi lagi tapi sayangnya pria yang sudah bertahun-tahun menjadi sahabatnya itu sudah menghilang di balik pintu.Beberapa menit setelah kepergian sang sahabat, Abi memutuskan untuk keluar dari ruang kerjanya. Walaupun kini

  • Pernikahan Kedua Duda dan Janda   39. Akhir Kisah

    "Jadi, Mas Abi sudah lama suka padaku?" tanya Tari sambil tertawa kecil. Tidak menyangka jika pertanyaan yang di lemparkan sang suami dulu, adalah bentuk keseriusan. "Bisa dibilang begitu." Mata Tari memincing. "Santai banget jawabnya. Seingatku dulu Mas Abi terlihat gugup saat mengutarakan keinginan untuk mendekatiku." Abi tertawa, tangannya mencubit pipi sang istri. "Tentu saja. Dulu aku masih remaja sekarang aku adalah laki-laki dewasa yang mau punya anak tiga. Udah gak pantes lagi malu-malu kucing kayak gitu." Entah kenapa, ucapan sang suami membuatnya kesal. Tanpa mengucapkan apapun Tari membalik tubuhnya. Memunggungi sang suami. Boleh kah dia menyalahkan hormon kehamilan? Sebab belakangan ini hanya hal kecil bisa mematik kekesalannya. Di saat sedang memikirkan perubahan emosi yang dirasakan, Tari tersentak saat sebuah tangan memeluknya. Walau kesal, tak ada niat untuk menyingkarkan dekapan Abi karena rasanya yang begitu nyaman. "Sepertinya aku harus mulai bersabar menghada

  • Pernikahan Kedua Duda dan Janda   38. Kisah Masa Lalu

    "Mas.""Ya," jawab Abi tanpa melepaskan pandangan dari laptop yang ada di pangkuannya. Dia menoleh dan mendapati raut sang istri penuh keraguan. "Ada apa?""Aku boleh tanya sesuatu?" Jemari Tari saling bertaut. Sebenarnya dia takut menyinggung sang suami, tapi di sisi lain juga penasaran.Abi tersenyum lembut pada sang istri yang tengah berbaring miring sambil menatapnya. Dia usap pelan rambut legam yang terasa halus di tangannya. "Mau tanya apa?"tanyanya lembut."Kata bapak, dulu Mas Abi pernah memintaku pada bapak. Benar?"Abi tersentak untuk sesaat, bahkan wajah pria itu mendadak memerah. Salah tingkah.Setelah berhasil menenangkan diri, di menyunggingkan senyum tipis. Lalu bergerak untuk meletakkan laptopnya di atas nakas, kemudian ikut berbaring miring menghadap sang istri yang masih memberinya senyum lembut.Astaga, manis sekali istrinya!Pantas saja mantan suami Tari menyesal karena perempuan yang tengah mengandung anaknya itu selalu bisa memperlakukan orang lain dengan lembut.

  • Pernikahan Kedua Duda dan Janda   37. Berbicara dengan Arkan

    "Mas, apa kamu merasa ada yang aneh dengan Arkan?" tanya Tari pada laki-laki yang berbaring di sampingnya. "Dia menjadi lebih pendiam. Apa dia belum menerima kalau akan mempunyai adik lagi?" Kesedihan tampak jelas di wajah ibu hamil tersebut mengingat perubahan sikap sang anak.Abi menghela napas berat. Hal ini lah yang belakangan menjadi beban pikirannya. Perubahan sikap sang putra. Awalnya dia berencana untuk menyelesaikan masalah ini sendiri. Karena tidak mau membuat istrinya ikut stres memikirkan sang putra. Namun, siapa sangka istrinya ini sangat peka."Aku gak tau kenapa dia seperti itu," jujur Abi. "Nanti biar aku cari waktu untuk bicara padanya.""Biar aku saja. Karena firasatku mengatakan kalau perubahan Arkan terjadi karena berita kehamilanku." Tari menatap sang suami dengan mata berkaca-kaca.Abi mengusap kepala istrinya penuh kasih sayang. "Kamu yakin?"Iya, Mas. Bagaimanapun Arkan sekarang adalah anakku. Aku mau dia juga bahagia, Mas."Merengkuh tubuh istrinya. Abi merasa

  • Pernikahan Kedua Duda dan Janda   36. Menyaksikan Pertengkaran

    "Udah, Mas?" tanya Tari saat suaminya yang baru saja menaruh tasnya, karena hari ini dia sudah diperbolehkan pulang. Setelah menginap satu malam di rumah sakit."Udah." Abi menatap lekat istrinya. "Jadi? Masih belum mau bercerita kenapa kamu terjatuh?"Tari mengedikkan bahu. Sementara bibirnya menyunggingkan senyum, berharap sang suami mau mengerti jika dia tak mau membicarakan masalah ini lagi."Aku yakin pasti ada hubungannya dengan tetangga depan itu. Apa perlu aku menanyakan pada mereka?""Jangan!" teriak Tari, panik. Bukannya apa, dia tak mau Abi terlibat perkelahian lagi. Dia lantas menghela napas panjang. "Aku akan cerita, tapi tolong jangan terpancing amarah.""Ngga janji.""Mas!""Oke, jadi?""Ajeng yang mendorongku," ujar Tari lirih berharap suaminya tidak mendengar. Namun, tentu saja dia salah sebab kini suaminya sudah mengepalkan tangan seraya menatapnya tajam."Berani sekali wanita itu!""Tenang, Mas. Yang penting aku baik-baik saja. Lagipula, kamu ngga mungkin mukul pere

DMCA.com Protection Status