“Dia model di Malik Agensi. Udah dua tahunan kerja.” Pemaparam Zein membuatku termangu. Pantas saja Nadia sampai sekacau itu bahkan sampai mengamuk ke rumah. Perbuatannya malam itu padaku dibalas, Mas Zaid tidak tanggung-tanggung. “Sudah, Mbak enggak perlu pikirin itu orang. Kesalahannya jauh lebih besar dari apa yang dia dapat sekarang. Aku nyaris kehilangan ponakanku karena minuman beralkohol dan dicampur obat perangsang sialan itu! Mbak, juga hampir hancur di tangan seorang pria biadab, jadi buat kali ini, tolong jangan pikirin orang lain dulu. Terlebih itu orang yang udah celakaian, Mbak!” Zein mengatakannya dengan menggebu-gebu. Ada api membara di matanya yang hitam pekat. Namun, tatapan tajam itu berubah lembut kala menatapku dan perut yang tersembunyi di balik gamis dan jilbab. “Oh, ya, Mbak. Soal kejadian waktu itu, aku udah nutupin soal kehamilan, Mbak dari semua orang termasuk, mas Zaid. Untungnya, perut, Mbak enggak kelihatan sama dia waktu itu karena terhalang punggun
Read more