Semua Bab Jadi CEO Setelah Diceraikan: Bab 101 - Bab 110

119 Bab

Harus Berpuasa

“Mas,” panggil Septi yang baru saja menerobos kamar. Terlihat Brata yang sedang membelakanginya. Dia tengah mengenakan baju tidur.Septi menyergap punggung Brata yang akan membalikan badan. Membenamkan kepalanya di tempat ternyaman selain pundak sang suami.“Ada apa, Sayang?”“Mas, maafkan aku karena tidak bisa memenuhi kewajiban….” Brata melepas pegangan istrinya dan membalikan badan. Jemarinya yang kekar menyelusup di antara rambut yang berjuntai sampai ke punggung.“Enggak apa-apa, Mas paham,” sahutnya lembut. Namun, tidak mampu meredamkan gemuruh di hati Septi. Dia tahu kalau suaminya itu berpura-pura bersikap biasa saja di hadapannya.Brata membimbing Septi untuk berbaring di atas ranjang dan menutupnya dengan selimut sampai sebatas leher. Pria itu mengusap-usap keningnya dan mengecupnya mesra. Septi sangat bahagia mendapatkan perlakukan seperti itu.“Mau kemana, Mas?” tanya Septi saat melihat suaminya menuju pintu.“Aku mau tidur di kamar sebelah, Sayang?”“Kenapa?”Brata terdia
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-26
Baca selengkapnya

Tuan Brata Mirip Ayahku

“Apa yang Pak Brata lakukan di kamar saya?” seru Dinda di ambang pintu. Tatapannya nanar melihat Brata yang sedang melirik ponselnya yang menyala. Cepat-cepat dia masuk dan menyembunyikan ponsel itu di dalam laci. Meski itu adalah hal yang percuma.“Kamu suka dengan saya?” tanya Brata yang membuat wajah Dinda semerah tomat. Belum sempat Dinda protes karena Brata yang masuk kamarnya tanpa izin, dia sudah di cecar dengan pertanyaan yang terasa menusuk sampai lubuk hati.“Benar kamu suka sama saya? Enggak apa-apa jujur saja,” desak Brata.“Enggak,” sahut Dinda refleks setengah membentak. Tumben gadis yang lemah lembut itu berbicara dengan nada tinggi. Apa mungkin karena Brata yang sembarangan masuk kamarnya.Brata diam. Memang tidak seharusnya dia masuk di kamar orang lain dengan sembarangan. Meskipun notabene dia adalah majikan di rumah ini, tapi sudah seharusnya dia menjaga privasi dari para pekerjanya.“Maafkan saya karena sudah masuk kamar kamu tanpa izin, saya hanya ingin mengembali
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-26
Baca selengkapnya

Puasa Lagi

“Mas, biar saya bantu bawa tasnya,” ucap Septii setelah selesai sarapan. Brata yang akan bergegas ke depan pun menoleh. Dia tersenyum.“Tidak perlu Sayang, ini tasnya berat lho,” canda Brata. Namun, Septii bersikeras dengan merebut tas kantor suaminya.“Enggak apa-apa, Mas. sekali-kali boleh kan?” tanya Septii. Dia merasa lega karena suaminya itu tidak uring-uringan terhadapnya. Sedari tadi, dia melihat suaminya itu lebih irit berbicara. Tidak seluwes seperti biasanya. Mungkin karena kebutuhan batin yang terganjal, tetapi Brata berusaha tampak baik-baik saja. Septii sudah sangat mengenal Brata luar dalam, meski sekeras apapun pria itu berusaha menyembunyikan sesuatu terhadapnya.“Sudah sampai di sini saja, Makasih ya Sayang,” ucap Brata yang mengambil alih tas itu saat sudah sampai di teras. Septii menatap suaminya yang seakan sedang berbicara.“Kenapa Sayang?” tanya Brata saat mendapatkan tatapan yang tidak biasa. Dia melihat bibir yang begitu sensual, merah muda yang merekah tampak
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-27
Baca selengkapnya

Hampir Durhaka

“Mama,” gumam Brata tertahan. Bagaimana dia tidak terkejut saat melihat seorang wanita berumur enam puluh tahun itu berada tepat di hadapannya. Setelah sekian lama tidak bertemu, dia mendapati begitu banyak perubahan dari seorang wanita yang pernah melahirkannya itu. Wanita dengan kehidupan glamournya tanpa memperdulikan dirinya itu terlihat sangat kumal. Mirip gembel.“Brata, Ini Mama Sayang,” ungkap Jesica. Langkahnya yang tidak begitu tegap karena umurnya yang menua itu menghampiri Brata. Sedangkan Brata hanya membuang wajahnya acuh. Tadi, begitu dia mengetahui siapa yang datang, langsung saja dia turun ke lobby dan benar saja ada Jesica di sana, seorang ibu yang Brata tidak merasakan kasih sayang darinya.Kemelut mendera batin Brata. Sedalam apapun kebencian Brata terhadap wanita itu, tak pelak nalurinya sebagai seorang anak juga masih menyayanginya, terlebih yang membuatnya bertanya-tanya adalah kenapa penampilan ibunya itu tidak lebih dari gelandangan yang sering dia temui di
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-27
Baca selengkapnya

Menjadi Sosok Pemaaf dan Romantis

“Mas, ada apa?” tanya Septi tatkala Brata menerobos masuk ke dalam kamar. Septi dengan tertatih memegang perutnya untuk mengikuti langkah suami. Bisa dipastikan suaminya itu sedang di rundung masalah.Brata melemparkan tasnya serampangan di atas sofa dan menghempaskan dirinya. Dasinya yang sudah tidak tertata rapi dengan rambut yang acak-acakan, membuat khawatir Septi. Sekacau apapun kondisi suaminya sepulang bekerja, tidak pernah dia mendapati sang suami sampai seperti ini.Septi meninggalkan suaminya sebentar ke belakang. Memberikan jeda supaya gejolak yang melanda suaminya sedikit mereda. Tidak berapa lama dia kembali dengan membawa segelas teh hijau.Septi meletakannya di atas meja, dia mengambil posisi duduk berjarak dengan suaminya. Memandang wajah tegas itu dengan penuh pengertian.“Mas, diminum dulu tehnya.” Septi mengelus lutut Brata. Pria itu menegakan badan dan menoleh ke arah istrinya. Tatapan teduh itu bagaikan butiran salju yang menerpa batinnya. Brata tersenyum tipis. D
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-27
Baca selengkapnya

Menyusul Ibu

Brata mengandeng tangan Septi dan Bagus di sepanjang koridor menuju Apartemennya. Jantungnya berdegup kencang. Dia bisa membayangkan betapa senangnya Jesica saat dia menghadirkan Menantu dan cucunya.Dan juga Brata yang sedari tadi memikirkan kata-kata yang tepat untuk memaafkan ibunya. Merelakan apa yang terjadi di masa lalu dan membuka lembaran baru. Tidak mudah memang. Tapi, dia melakukannya demi Septi dan juga Bagus.Sampailah di depan pintu apartemennya, Brata memegang sebuah kartu untuk membuka pintunya. Dia bahkan terlupa untuk meninggalkan kunci cadangan jika sewaktu-waktu Jesica ingin keluar. Sungguh dirinya sangat keterlaluan.Ketika akan men-tap kartunya, dia menengok ke arah Septi. Terlihat wanita itu mengangguk pelan. Pertanda dia mendukung penuh keputusan baik suaminya. Brata menghela nafas lega. Setelah men-tap kartu, dengan perasaan berdebar, dia membuka pintunya.Brata mengedarkan pandangan. Tidak ada tanda-tanda Jesica. Dia pun membuka pintu selebar-lebarnya. Mempers
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-27
Baca selengkapnya

Belum Bisa Move On

Jesica menatap lemah ke Brata yang sedang menggenggam tangannya. Sudut pipinya terangkat melihat wajah Brata yang tersenyum ke arahnya. Menyejukan hatinya.“Mama, maafkan aku, Ma.” Mata Jesica sembab. Tidak menyangka kalau permintaan maaf terlontar dari mulut anak semata wayang. Apalagi, saat dirinya dipanggil Mama.“Buat apa minta maaf, kamu tidak salah Nak. Mama yang salah karena tidak perduli denganmu,” lirih Jesica. Lihatlah Jesica begitu membuka hatinya kepada Brata, kenapa Brata tidak melakukan sebaliknya. Maka dengan begitu hubungan mereka akan membaik.“Kita mulai dari awal ya, Ma,” ucap Brata dengan sepenuh hati. Mamanya mengangguk perlahan. Brata merentangkan pelukannya di atas Jesica.Septi menatap haru. Akhirnya sang suami bisa berdamai dengan masa lalunya. Memang tidak mudah mengiklaskan masa lalu, tapi Septi tahu kalau suaminya itu berusaha keras untuk menghapus semuanya.“Oh, iya. Kenalin Ma, ini Septi menantu Mama,” ucap Brata setelah melepas pelukannya. Septi mengangg
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-27
Baca selengkapnya

Dari mana Saja?

“Tolong, buatkan saya kopi,” ucap Brata di ujung telfon. Terdengar suara merdu yang membalas. Tidak salah lagi itu adalah suara Dinda.Setelah memastikan Jesica terlelap, dia langsung mengambil laptopnya. Mengerjakan laporan mengenai kinerja perusahaan untuk disampaikan kepada Pemegang saham. Dia mengerjakannya di kamar itu. Sembari mengerjakan, juga bisa mengawasi ibundanya.Brata melepas bajunya dan meletakannya di punggung sofa. Suhu ruangan yang lebih tinggi dari biasa, membuatnya kegerahan. Kemudian, baru dia bisa tenang mengerjakan laporan.Suara ketukan terdengar, Brata menghentikan kegiatannya dan mengendap menuju pintu. Dia menyimpan suara lantangnya supaya tidak mengusik ibunya yang sedang terlelap.Seorang gadis bak bidadari berdiri di ambang pintu. Dinda terlalu cantik memakai pakaian seperti itu, batin Brata selalu, kalau bertemu dengan Dinda.Sedangkan Dinda terlihat salah tingkah. Wajahnya bersemu merah ketika mengingat kejadian waktu itu. Dinda yang larut akan kerindu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-27
Baca selengkapnya

Pelakor

Kondisi kesehatan Jesica semakin membaik. Hal itu tentu menjadi kabar gembira untuk Brata dan sekeluarga. Benar apa kata Septi, tidak membutuhkan waktu lama bagi Jesica untuk pulih karena berada dalam kehangatan keluarga. Terbukti, Jesica sudah pulih seperti sedia kala.Ini berarti, Brata harus menyiapkan semuanya untuk segera terbang ke Australia. Sungguh berat bagi Brata untuk meninggalkan Septi. Tetapi apa boleh buat, dia harus mengantarkan Ayahnya sampai ke liang lahat.Brata mencari Septi untuk berpamitan. Dia mencari ke seluruh penjuru mansion. Namun tidak kunjung menemukannya, sampai telinganya mendengar percakapan di kamar Dinda,“Kenapa kamu tidak menggoda suami saya untuk bercinta.” Suara lembut nan berwibawa adalah istrinya. Dahinya berkerut. Apa maksud dari perkataan istrinya.“Maaf Nyonya, saya tidak mau berbuat seperti itu. Saya sudah menganggap Pak Brata sebagai ayah saya sendiri.”Brata langsung muncul di ambang pintu, mengagetkan mereka berdua.“Apa maksud perkataanmu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-27
Baca selengkapnya

Mama Baru

“Nyonya, maafkan saya,” ucap Dinda setelah diizinkan masuk oleh Septi di dalam kamarnya. Sedari pagi tadi, Septi mengurung diri di dalam kamar. Tidak berhasrat untuk melakukan kegiatan apapun.“Enggak apa-apa, Dinda. Aku yang salah. Tidak seharusnya aku meminta kamu melakukan hal itu. Aku memang orang yang egois,” bibir Septi bergetar. Dia terlalu kalang kabut pada saat itu. Takut kalau Brata sampai selingkuh. Maka daripada dia selingkuh dengan orang yang tidak jelas di luar sana, dengan ceroboh ia meminta Dinda untuk menggoda suaminya yang justru berakibat fatal. Brata menjadi sangat kecewa, juga dia yang hampir merenggut masa depan Dinda.“Tidak, Nyonya. Saya tahu niat Nyonya sangat baik kepada Pak Brata, Tapi, saya memang tidak sanggup melakukannya karena Pak Brata sudah kuanggap sebagai ayah sendiri,” sahut Dinda polos. Septi menatap dua manik yang terlihat sangat indah di usia ranumnya. Ya Ampun, dia terlalu jahat kalau mengira Dinda adalah wanita-wanita di luar sana yang gampang
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status